Rencana Jahat {3}
Rencana Jahat {3}
Wu Chong Ye yang tampak sedang memakai jubah kebesarannya pun kini keluar, melihat Kasim itu dengan tatapann mencemoohnya.
"Sesuatu? Sepertinya aku tak butuh sesuatu apa pun di dunia ini. hidupku adalah milikku sendiri, bukan milik siapa pun," kata Wu Chong Ye.
Ya, dia memang selalu seperti. Seolah tidak peduli dengan orang lain dan tak mau bersekutu dengan siapa pun. Sehingga dia selalu ditentang oleh para Kasim. Andai saja dia memiliki sekutu, dan sekutu itu adalah Kasim Agung Cheng, tidak bisa dihindarkan jika dia pasti akan menjadi Raja dengan sangat mudah.
Wu Chong Ye terlalu sombong untuk itu, dia terlalu meninggikan dirinya sendiri. Dia hanya memiliki satu Kasim Agung yang ada di pihaknya, yang tak lain adalah pamannya sendiri. Selain itu dia tak memiliki siapa-siapa lagi.
"Dayang Liu kembali hamil bayi dari Yang Mulia Raja. Jika sampai bayi itu lahir dan dia adalah laki-laki, itu berarti jika Yang Mulia Raja tidak akan pernah bisa dilengser oleh siapa pun. Sebab anaknya secara otomatis akan menjabat sebagai Putra Mahkota jika ada sesuatu yang buruk terjadi kepadanya,"
"Apa? Dayang Liu mengandung lagi?" ucap Wu Chong Ye. Sebenarnya bukan masalah bayinya akan menjadi Putra Mahkota atau bukan. Sebab baginya, melenyapkan bayi itu sangat mudah sekali. Namun yang membuat Wu Chong Ye kesal adalah, bahkan dia belum menyentuh tubuh Liu Anqier, dia belum menikmati tubuh itu. Kenapa bisa Liu Anqier hamil lagi. Itu adalah hal yang sangat menyebalkan. Maka setelah Liu Anqier melahirkan, miliknya tidak akan seperti dulu. Miliknya tak sekencang dan sesempit dulu. Sehingga Wu Chong Ye hanya akan mendapatkan sisa dari Chen Liao Xuan dengan sangat nyata.
"Kau harus melakukan sesuatu, Pangeran Wu. Menghadapi Emo Shao Ye dan menurunkan tahtanya seorang diri saja kau tidak bisa. Apalagi nanti kalau sampai Dayang Liu melahirkan anak laki-laki. Itu adalah hal yang sangat mengerikan di dunia ini,"
Wu Chong Ye tampak menyeringai, kemudian dia memandang Kasim itu dengan tatapan liciknya.
"Kau tenang saja, Kasim Li. Semuanya bisa diatasi. Bukankah, beberapa hari lagi Emo Shao Ye memutuskan untuk pergi ke istana laut selama dua pekan? Maka selama dua pekan dia akan kehilangan calon bayinya itu," kata Wu Chong Ye kemudian.
"Apa yang akan kau lakukan, Pangeran Wu?"
Wu Chong Ye tak lantas menjawab pertanyaan dari Kasim itu, dia tampak tersenyum penuh arti.
"Kasim Li tidak usah cemas, cukup panggilkan aku Selir Cheng. Maka semuanya akan berjalan dengan sangat lancar setelah ini."
Setelah itu, Kasim itu pun langsung pergi. Tak menunggu waktu lama Cheng Wan Nian pun datang sambil menutupi tubuhnya dengan jubah kebesarannya itu. Dengan penuh hati-hati dia pun masuk ke dalam kediaman dari Wu Chong Ye.
Dia benci ketika dipanggil oleh Wu Chong Ye siang-siang seperti ini, akan mengakibatkan kerusuhan yang benar-benar tidak bisa dibendung oleh siapa pun. Terlebih jika orang-orang dari kerajaan tahu, maka apa yang akan terjadi setelah itu. Bisa-bisa Chen Liao Xuan akan banyak berpikir dan akan mengetahui jika sampai detik ini dia dan Wu Chong Ye masih berhubungan.
"Katakanlah apa yang ingin kau katakan, Pangeran Wu. Dan jangan pernah kau suruh aku untuk datang ke tempatmu di siang bolong seperti ini!" marah Cheng Wan Nian, mengibaskan jubahnya dengan tatapan sebalnya itu.
"Ini adalah hal yang menguntungkan untukmu, tapi kau berlagak tak peduli. Baiklah, aku tak jadi mengatakan apa pun kepadamu," kata Wu Chong Ye.
Cheng Wan Nian tampak menghela napas panjang, dia benar-bebar harus ekstra sabar menghadapi iblis jantan seperti Wu Chong Ye. Jika tidak, dia tidak akan pernah mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Wu Chong Ye sudah berada di bawah kakinya, dia sudah bersedia untuk melakukan banyak hal. Jadi, tinggal dia harus bersikap manis agar Wu Chong Ye tetap bertekuk lutut di bawah kakinya.
"Jadi, apa yang kau inginkan, Pangeran Wu?" tanya Cheng Wan Nian pada akhirnya. Wu Chong Ye tampak mengeringai. Sebuah pertanyaan yang begitu dia nantikan keluar dari mulut Cheng Wan Nian.
Dia tampak mengelus dagunya, memandang Cheng Wan Nian dengan tatapan penuh minat. Biar bagaimanapun, Cheng Wan Nian adalah wanita yang selalu ingin dia jadikan istri. Tapi dengan merasakan tubuh Cheng Wan Nian sesuka hatinya, sepuas yang dia mau agaknya membuat Wu Chong Ye merasa terhibur juga.
"Lepaskanlah pakaianmu, aku ingin kau melayani aku sampai pagi nanti."
"Tapi, jika Yang Mulia Raja mencariku, semuanya akan berakhir sekarang juga Pangeran Wu!" marah Cheng Wan Nian.
"Tidak akan, duduklah di pangkuanku, Selir Cheng. Ayolah!" perintah Wu Chong Ye kemudian.
Setelah keduanya melepaskan pakaian masing-masing, Cheng Wan Nian pun langsung duduk di pangkuan Wu Chong Ye, dia kemudian mulai bergerak naik turun. Wu Chong Ye pun kembali tersenyum, kemudian dia memandang Cheng Wan Nian dengan penuh minat.
"Bagaimana perasaanmu, melayani laki-laki tua seperti para Kasim itu? Bukankah milikku yang lebih bisa memuaskanmu lebih dari apa pun itu?" kata Wu Chong Ye.
Cheng Wan Nian tak menjawab, sebab bagaimanapun di dalam hatinya, tidak ada yang lebih memuaskan dari pada milik Chen Liao Xuan. Dia adalah satu-satunya laki-laki yang bisa membuat Cheng Wan Nian basah meski hanya melihat leher jenjangnya yang menggoda.
"Kau tahu jika Dayang Liu sedang mengandung keturunan dari Emo Shao Ye?" tanya Wu Chong Ye pada akhirnya. Cheng Wan Nian diam, dia tak mengatakan apa pun. Namun diamnya dapat ditebak dengan mudah. Jika apa yang dikatakan oleh Wu Chong Ye adalah benar. "Kita bisa gunakan kesempatan kepergian Emo Shao Ye ke istana laut untuk menghilangkan calon Putra Mahkota itu. Jika kau mengatakan iya, aku akan langsung melakukannya untukmu tanpa syarat apa pun."
"Bukankah bercinta denganmu ini adalah syarat yang kau inginkan, Pangeran Wu?" tanya Cheng Wan Nian dengan sebalnya. Wu Chong Ye pun terkekeh mendengar ucapan kesal dari Cheng Wan Nian itu.
"Percayalah, aku akan sangat bahagia jika kau dengan rela hati melakukannya, jadi bagaimana?"
"Lakukan yang terbaik, Pangeran Wu, dan jangan sampai meninggalkan jejak. Sebab jika kau melakukan kesalahan sedikit saja dan sampai namaku ikut terseret dalam situasi buruk, maka aku tidak akan pernah memaafkanmu untuk itu. Apa kau mengerti?"
Mendengar hal itu, Wu Chong Ye mengangguk, dia lantas mengecup bibir Cheng Wan Nian dengan lembut. Dia merasa telah menang sekarang, menang dari berbagai hal dan berbagai sisi dalam dirinya.