Arrogant Husband

Saga Extra Perhatian 2



Saga Extra Perhatian 2

Sesuai dengan janji Saga yang diucapkannya tadi malam, seorang dokter wanita kini sudah berada di rumah mereka. Dokter itu akan melakukan pemeriksaan setiap hari untuk mengecek kondisi Alisa. Saga akan membayar berapa pun biayanya, agar sang istri tetap terus terkontrol kondisinya. Ia tak mau, Alisa kenapa-kenapa.     

Alisa setengah duduk dan tengah berbincang-bincang dengan sang dokter. Saga sebentar lagi akan segera berangkat ke kantor. Ia tak merasa khawatir lagi karena sang istri akan terus dipantau oleh orang rumah.     

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Saga.     

"Keadaan istri Anda baik-baik saja, Pak. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ibu Alisa juga kondisinya stabil."     

Saga mengembuskan napas lega. Ia pun segera berpamitan dengan sang istri. Alisa mencium punggung tangan Saga dan pria itu melangkah ke luar kamar.     

Alisa masih bersama dengan dokter wanita itu di dalam kamar. Mereka saling melempar senyuman.     

"Terima kasih dokter telah memeriksa keadaan saya."     

"Sama-sama, Bu. Oh, ya, sebentar lagi saya akan pamit pulang. Besok saya akan datang lagi ke sini sesuai dengan permintaan Pak Saga," balas dokter itu. Alisa kemudian mengangguk.     

Dokter itu tengah bersiap-siap untuk pulang. Alisa pun ikut bangkit dan akan mengantar dokter itu menuju pintu depan.     

"Ahh, tidak usah, Bu. Ibu di sini saja istirahat. Biar saya sendiri yang ke luar."     

"Tapi, saya ingin mengantarkan Anda, dok."     

"Tidak usah repot-repot, Bu."     

Dokter itu melebarkan senyuman. Lantas pamit untuk pulang dari rumah ini. Alisa melihat dokter itu dan pintu pun kembali tertutup. Sekarang ia hanya sendiri di kamar ini.     

***     

"Saga ...."     

Ternyata Bu Angel dan sang suami tiba-tiba mengunjungi Saga di kantor. Pria itu terlihat menyikapi kedua orang tuanya dengan biasa saja.     

"Ada apa ayah dan ibu kemari?" tanya Saga langsung dan tak mau berbasa-basi.     

"Ibu dan ayah ingin mengajakmu makan malam di rumah. Mau kan, nak?"     

Saga langsung menolak keinginan kedua orang tuanya. Pasti mereka berdua akan kembali mengajak Reva lagi di rumah. Itu yang membuat Saga sama sekali tak suka. Andai, mereka berdua mau membuat hati untuk Alisa , mungkin dirinya tak bersikap seperti ini.     

Mendengar penolakan langsung yang keluar dari mulut Saga, membuat hati Bu Angel merasa sedikit kecewa. Putranya kini tak sehangat dulu lagi. Ia pun langsung terpikirkan dengan Alisa, karena wanita itu yang sudah mengubah Saga jadi seperti ini.     

"Kenapa kau menolak keinginan ayah dan ibu, nak?" tanya Pak Surya.     

"Karena kalian berdua pasti akan mengajak Reva saat makan malam itu. Iya kan? Mengaku saja. Aku tak suka kalau ada wanita itu di rumah. Kenapa kalian tak bisa membuka hati sedikit untuk Alisa? Dia adalah istriku sekaligus menantu kalian juga."     

Bu Angel mencebik. Mendengar nama Alisa disebut, membuatnya langsung tak suka. Begitu pun dengan Pak Surya.     

"Kalau tak ada yang perlu dibicarakan lagi, silakan ayah dan ibu ke luar dari ruang kerjaku," ucap Saga.     

"Kau tega mengusir ibu dan ayahmu, Saga?"     

"Bu, aku mohon. Aku sedang sangat sibuk sekarang. Kalau kedatangan kalian hanya untuk mengajakku makan malam dan ada Reva di sana. Maaf, aku tak akan pernah datang."     

Bu Angel keluar dari ruang kerja sang anak dengan tergesa-gesa. Namun, Pak Surya masih ada di sana dan menatap sangar ke arah Saga.     

"Harusnya kau tidak bersikap seperti itu Saga! Kami mengajakmu makan malam dengan cara baik-baik."     

Saga berpikir, lebih baik ia berada di rumah bersama dengan sang istri dan menjaganya dari pada harus makan malam bersama orang tuanya. Terlebih lagi, kalau ada Reva di sana.     

"Maafkan aku ayah. Kalian selalu bersikap tak adil pada istriku. Kalian selalu membela Reva, yang bukan siapa-siapa di keluarga kita."     

Pak Surya menghentakkan kaki ke luar menuju ruang kerja Saga. Pria itu tak suka hati mendengar jawaban ketus dari anaknya. Saga memijit kepala karena merasa pusing. Dirinya ingin segera pulang saja ke rumah dan menemui Alisa.     

"Lebih baik aku pulang saja ke rumah dan menjaga Alisa. Melihat wajah cantiknya, semua rasa lelah seketika jadi hilang."     

***     

Saga pulang lebih awal dari kantor hanya ingin melihat kondisi Alisa di rumah. Pria itu merasa sangat rindu dengan istri dan sang anak yang masih berada dalam kandungan. Wanita itu tersenyum senang ketika menyambutnya datang.     

"Hai istriku yang cantik." Saga langsung mengecup pipi Alisa dengan singkat. Kemudian, tangannya meraba-raba ke bagian perut sang istri.     

"Hai nak, ayah pulang. Ayah sangat senang ketika melihat kalian berdua dalam keadaan baik-baik saja seperti ini," ujar Saga lagi.     

"Kau pulang cepat sayang, kenapa?" tanya Alisa.     

"Karena aku merasa sangat merindukan kalian."     

Pria itu merengkuh tubuh Alisa dengan begitu erat. Mereka berdua lagi dimabuk asmara. Baik Alisa maupun Saga, sangat berterima kasih pada Tuhan, karena sudah memberikan kehidupan yang penuh rasa bahagia ini. Ditambah ada sang bayi di dalam kandungan, membuat rasa syukur ini tambah membuncah.     

Namun, tiba-tiba saja, Alisa merasa sangat mual. Ia langsung berlari menuju ke dalam kamar mandi dan ingin muntah. Saga yang melihat itu langsung gelagapan.     

"Sayang, kau kenapa?" Saga sangat panik dibuatnya. Pria itu menunggu di luar karena pintu tertutup dari dalam. Ia berkali-kali mengetuk pintu saat mendengar suara Alisa yang muntah-muntah.     

Tak lama kemudian, muncullah Alisa dari dalam. Wanita itu langsung meraih pundak kekarnya.     

"Sayang, kau baik-baik saja?"     

"Iya, aku tidak apa-apa. Aku hanya mual saja."     

"Baiklah. Kalau begitu, ayo kita ke rumah sakit segera." Saga mengajak sang istri untuk pergi ke rumah sakit. Wajah pria itu terlihat begitu cemas.     

"Tidak sayang. Tidak perlu seperti itu. Karena ini merupakan hal yang wajar dialami oleh ibu yang sedang hamil." Alisa mencoba menjelaskan pada sang suami. Bahwa mual dan muntah ini merupakan hal yang wajar.     

"Benarkah begitu? Ohh, aku sungguh sangat takut kalau terjadi apa-apa pada kalian berdua."     

Saga lantas menuntun sang istri untuk duduk di atas ranjang. Wajah Alisa terlihat sedikit pucat. Ia langsung menyuruhnya untuk istirahat.     

"Sayang, tidak usah cemas begitu," ujar Alisa.     

"Bagaimana aku tidak cemas sayang. Ini adalah kehamilanmu yang pertama dan paling membuatku merasa harus siaga setiap saat."     

"Kau memang calon ayah yang baik." Alisa membelai-belai wajah sang suami dengan penuh kehangatan. Beruntung, memiliki suami siaga seperti ini.     

"Kau juga calon ibu yang baik, sayang. Aku dan anak kita sangat beruntung memilikimu. Aku akan menjaga kalian dengan baik."     

Alisa tersenyum. Baginya ini adalah sesuatu yang sangat istimewa. Semoga saja, rumah tangganya akan selalu harmonis seperti ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.