Arrogant Husband

Saga Extra Perhatian 1



Saga Extra Perhatian 1

Saga dan sang istri sudah sampai di rumah. Pria itu sangat memperlakukan Alisa dengan begitu extra hati-hati. Saga membukakan pintu mobil agar istrinya ke luar.     

"Sayang, pelan-pelan." Saga melindungi kepala Alisa dengan tangannya sendiri, agar tak terjadi benturan kecil di mobil.     

"Iya sayang. Tak apa-apa." Alisa geleng-geleng kepala ketika Saga memperlakukannya seperti ini.     

Pria itu begitu siaga padanya. Saga menuntun Alisa menaiki tangga dengan perlahan. Pelayan dan anak buah tampak memandangi keduanya dengan takjub.     

"Sayang, mereka semua menatap ke arah kita," ucap Alisa.     

"Kenapa? Memangnya mereka tak boleh melihat keromantisan kita berdua?" Saga tetap menuntun dirinya agar sampai di kamar.     

"Bukannya begitu."     

"Lantas?" tanya Saga.     

"Aku malu."     

"Tidak usah malu sayang. Buat apa malu?" Saga membukakan pintu kamar dan masih menuntun Alisa sampai ke tepi ranjang.     

Alisa begitu diperhatikan dengan istimewa. Saga yang sekarang jauh lebih siaga menurutnya. Pria itu selalu memprioritaskan dirinya.     

Saga merebahkan tubuh Alisa ke atas ranjang. Membiarkan sang istri istirahat malam ini. Tangan pria itu terjulur untuk merapikan rambutnya yang jatuh menghalangi mata. Sesekali membelai wajah putih nan mulus milik Alisa.     

"Bidadariku yang sangat cantik. Semoga kau selalu sehat terus." Kemudian, Saga mengusap pelan perut Alisa. "Dan, kau juga nak. Sehat-sehat terus di perut ibumu, ya. Ayah janji, akan menjaga kalian berdua dengan baik," ucap Saga.     

Pelupuk mata Alisa terlihat hendak mengeluarkan buliran air mata. Rasanya tak mampu lagi membendung rasa bahagia ini. Perlahan-lahan, tangis wanita itu pecah. Bulir bening tampak turun melewati pipi.     

"Aku sangat bahagia." Alisa menangis penuh haru.     

"Aku juga sangat bahagia sayang." Telapak tangan Saga masih berada di perut Alisa.     

Saga terlihat menghapus bulir bening yang ada di sudut mata. Ia tak mau cengeng di hadapan Alisa. Pria itu kemudian ikut merebahkan diri di atas ranjang. Berada di samping sang istri begini, membuatnya merasa sangat nyaman. Apalagi saat ini mereka menjadi bertiga.     

Saga memintanya untuk tetap menjaga kesehatan. Jangan sampai melakukan aktivitas yang berat, hingga membuat Alisa jadi kelelahan. Sang istri mengangguk patuh setelah mendengarkan ucapan Saga.     

"Aku akan memanggil dokter pribadi ke rumah setiap hari untuk selalu memantau kondisimu."     

"Tidak usah sayang. Jangan repot-repot begini."     

Saga tetaplah Saga. Pria itu tak mau dibantah sedikit pun. Alisa hanya bisa pasrah dan mengiyakan saja permintaan sang suami. Ini semua Saga lakukan demi dirinya juga.     

Pria itu menatap ke arah langit-langit kamar dan tersenyum senang. Alisa melihatnya juga lantas ikut menyunggingkan senyum. Akhirnya, keinginan mereka mempunyai anak akan segera terwujud. Wanita itu sedang mengandung buah cintanya bersama dengan Saga. Betapa bahagianya sang suami mendengar kabar baik ini.     

"Tuhan begitu baik padaku hari ini." Saga menoleh menghadap wajah Alisa. "Telah mempercayakan kita amanah yang luar biasa."     

Alisa tersipu malu. Saga terus menerus memegangi perutnya yang masih ramping. Pria itu terus berdoa, agar dirinya dan si jabang bayi dalam keadaan sehat.     

"Sayang?" Alisa kemudian perlahan bangkit dan duduk.     

"Iya, kenapa?" Saga lantas ikut duduk juga, mengikuti sang istri.     

"Apa ibu dan ayahmu akan senang mendengar bahwa aku sedang hamil? Atau mereka masih tetap tak menyukaiku juga?"     

Saga tak bisa berkata apa-apa. Ia pun bingung dengan sikap kedua orang tuanya itu. Saga menyuruh Alisa untuk tetap diam saja dan jangan memberitahukan pada kedua orang tuanya tentang kehamilan ini. Dirinya takut, orang tuanya masih tak menyukai sang istri dan nekat melakukan sesuatu hal.     

"Untuk sementara ini, lebih baik kita berdua diam saja dan jangan memberitahukan kedua orang tuaku. Aku takut, mereka akan berbuat yang tidak-tidak karena masih tak bisa menerimamu." Saga berucap jujur pada Alisa.     

Memang benar perkataan Saga, Alisa masih takut untuk memberitahukan kabar tentang kehamilannya pada mereka berdua. Ia takut, kalau saja Bu Angel dan Pak Surya kembali nekat dan bahkan hendak mencelakai kandungannya. Cukup sudah mereka menyakitinya.     

"Iya sayang. Kau benar. Kita akan tetap diam dulu dan tak memberitahukan pada orang tuamu."     

"Ya sudah. Kau jangan terlalu memikirkan masalah itu. Biarkan saja, lambat laun mereka pasti akan menerimamu." Saga kembali menyuruh Alisa untuk merebahkan diri.     

Karena hari sudah semakin larut malam, Saga menyuruh sang istri untuk segera tidur. Ia tak akan membiarkan Alisa begadang lagi malam-malam, mengingat ada sang bayi yang tengah berada di dalam perut wanita itu.     

Alisa tiba-tiba menggamit lengan kekarnya. Saga menoleh ke samping dan mendapati wajah cantik itu. Ternyata sang istri ingin bermanja-manja dengannya. Saga mendekat ke wajah Alisa dan saling menempelkan bibir mereka.     

Saga mengecup bibir itu berkali-kali, kemudian melumatnya dengan lembut. Ia juga mendorong kepala Alisa agar ciuman makin terasa dalam. Lidah mereka saling berperang di dalam sana.     

Terdengar suara desis yang keluar dari mulut Alisa. Wanita itu merasa sangat nikmat saat melakukannya. Ditambah Saga sangat pintar memberikan sentuhan demi sentuhan di setiap lekuk tubuhnya. Masih saling bergumul dan perang lidah, tangan Saga juga tengah meraba-raba.     

Pria itu memainkan dengan begitu lihai bukit kembar nan besar itu. Alisa hanya merasakan saja sensasi yang diberikan oleh sang suami. Saga meremasnya dengan penuh gairah cinta.     

"Aku sangat mencintaimu, Alisa," ujar Saga, tangannya masih bermain di bukit kenikmatan milik sang istri.     

"Aku juga sangat mencintaimu sayang."     

Saga pun menghentikan belaiannya tersebut. Ia menyuruh Alisa untuk segera istirahat. Sudah cukup mereka berdua melakukan pemanasan sebelum menjelang tidur. Sang istri terlihat memejamkan mata dengan perlahan. Saga berada di samping sang istri dan mengelus puncak kepala Alisa.     

"Tidur ya sayang. Semoga mimpi indah." Saga membelai-belai rambut Alisa dengan penuh rasa sayang. Sang istri tersenyum sambil memejamkan mata.     

"Iya sayang, selamat tidur juga untukmu," balas Alisa.     

Saga tersenyum dan menggelengkan kepala karena melihat kelakuan sang istri. Keadaan mata terpejam tapi masih saja sempat untuk membalas ucapannya. Pria itu sangat mencintai Alisa lebih dari apa pun. Bahkan Saga akan mengorbankan apa saja demi wanita itu.     

'Aku tidak akan membiarkan siapa pun yang berani untuk menyentuh istri dan anakku yang masih berada dalam kandungan. Siapa pun yang ingin mengusik mereka berdua, akan langsung berhadapan denganku.'     

Saga tak akan membiarkan satu orang pun untuk mengganggu atau mendekati keluarga kecilnya. Bahkan itu orang tuanya sendiri atau pun Reva. Tak akan segan-segan untuk memberi mereka pelajaran apabila berani menyentuh sang istri.     

"Baiklah, aku akan menyusul istriku ke alam mimpi." Saga lantas memejamkan mata perlahan dan akan menyusul Alisa yang lebih dulu larut dalam ruang mimpi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.