Tolong Kembalikan Ramuan Tingkat Sembilan Kepadaku
Tolong Kembalikan Ramuan Tingkat Sembilan Kepadaku
"Kalian melindungiku karena aku adalah ahli peramu obat level sembilan, dan aku menyediakan ramuan tingkat sembilan yang harganya tidak murah. Makanya kalian melindungi aku." Tatapan mata Yin Wushuang tampak sangat tajam dan menatap lurus ke arah John sembari berkata, "Kupikir aku layak untuk perlindungan yang kudapatkan."
Ini adalah pertukaran yang setara. Dengan harga ramuan tingkat sembilan, ada banyak orang yang seumur hidupnya hanya bisa melihatnya saja.
Sekali meracik Yin Wushuang membuat tiga puluh sampai empat puluh ramuan sekaligus. Kalau harganya digabungkan, itu cukup untuk membeli lima rumah di lokasi yang strategis di Ibu Kota Liga Utara.
Ekspresi wajah John tampak menjadi kelabu dan ia merasa malu. Sebenarnya ia ingin membalas tapi tidak tahu harus berkata apa. Anggota tim Yin Wushuang yang lain saling melirik, namun mereka tidak membantah perkataan Yin Wushuang.
Nilai yang diberikan oleh Yin Wushuang memang sepadan dengan perlindungan yang ia dapatkan. Mereka bukan orang bodoh, untuk apa di tempat yang begitu berbahaya ini melindungi seseorang yang sama sekali tidak berguna?
Yin Wushuang merentangkan tangan lalu mengangkat bahunya sembari berkata, "Tidak ada yang memaksamu untuk melindungiku. Kamu bisa pergi kapan saja. Tapi sebelum pergi, tolong kembalikan ramuan tingkat sembilan yang tadi baru kuberikan kepadamu. Ramuanku disediakan untuk rekan satu tim, bukan untuk orang asing."
Dua kata 'orang asing' itu bisa dibilang sangat mengejek. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Yin Wushuang tidak butuh perlindungan. Yin Wushuang tidak langsung ikut turun tangan karena ada alasannya tersendiri.
Ilusi gudang data yang selalu bergerak ini bukanlah suatu hal yang sederhana. Kekuatan setiap gelombang monster sesuai dengan kekuatan terakhir setiap orang. Karena 'copy paste' yang diulang secara terus-menerus ini, maka kemampuan yang dimiliki monster pun semakin lama semakin tinggi.
Jika Yin Wushuang turun tangan, sebelum gelombang monster berikutnya datang ia tidak dapat menjamin apakah enam orang yang ada di sampingnya ini bisa bertahan atau tidak. Semakin belakangan ia baru mulai bergerak, maka akan semakin bagus.
"John, cukup!" Ada sedikit amarah di wajah Sophia, "Kak Arya masih ada di sini, mana mungkin aku bisa pergi duluan! Kalau kamu mau pergi, pergi saja sendiri!"
Mendapat perkataan seperti itu dari wanita yang dicintainya, John menarik napas dalam-dalam lalu berjalan ke samping Sophia dan berkata, "Sophia, aku datang ke sini demi melindungimu. Kalau kamu bersikeras untuk tetap berada di sini, maka aku juga akan terus berada di sini untuk melindungimu, sampai mati."
Akhirnya ketegangan dalam tim pun mulai mereda. Kemudian semua orang pun terus bergerak maju dengan waspada. Setelah menghadapi dua gelombang monster, mereka mulai merasa kesulitan.
"Aku merasa seperti sedang bertarung dengan penyihir level sembilan." Dahi Arya tampak mengucurkan butiran keringat halus.
Para pemanggil memang sangat kuat, tapi mereka juga membutuhkan dukungan kekuatan spiritual yang juga sangat kuat. Dan sepertinya kini ia hampir tidak dapat bertahan lagi.
Sophia lebih tampak terengah-engah. Ia hanyalah seorang pemanggil level delapan, sehingga tingkatnya lebih rendah daripada Arya. Di sisi lain, raut wajah Arthur dan John sama-sama terlihat buruk. Pedang ksatria mereka penuh dengan darah hijau dari monster.
Di antara anggota tim yang lain, Louis adalah orang yang napasnya paling tenang di antara mereka semua. Saat ini wajah Panther tampak sedikit kesal, karena ia merasa lebih tidak berguna jika dibandingkan dengan Yin Wushuang. Di sini ia tidak bisa mengontrol elemen tanah.
Setelah berjalan selama sepuluh menit, mereka tiba di depan sebuah 'sungai darah'. Ini adalah sungai darah dalam arti yang sebenarnya. Di dalamnya mengalir darah yang berwarna merah dengan mayat yang mengapung di sana. Semua mayat yang ada di sana adalah korban.
Mereka mati dengan mata terbuka, di mata mereka masih tampak kengerian menjelang kematian.
"Ya Tuhan!" Sophia langsung menutup hidungnya dan berbalik untuk muntah.
Wajah Arya tampak kaget. Sepertinya saat mereka berjalan di jalan ini, ada lebih banyak lagi orang yang tewas.
"Nona Yin, kamu…" Arthur berbicara kepada Yin Wushuang.
"Terus maju." Ekspresi wajah Yin Wushuang tampak datar, tanpa menunjukkan emosi apa pun.