Jodoh Tak Pernah Salah

Part 255 ~ Terbongkarnya Rahasia Egi ( 3 )



Part 255 ~ Terbongkarnya Rahasia Egi ( 3 )

Egi tersentuh dan terharu mendengar setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Dila. Muncul rasa kagum dalam hatinya pada sosok istri mantan kekasihnya. Berusaha tenang dan tak emosi dalam menghadapi masalah. Pantas saja Bara ingin berubah dan kembali ke kodrat karena memiliki istri bak penyejuk seperti Dila.     

Egi mengakui kekalahannya. Pantas Bara lebih memilih Dila daripada dia karena Dila sosok wanita yang bijaksana. Dila bahkan melepaskan cintanya pada laki-laki pujaannya karena sudah menikah dan tak ingin menodai kesucian ikatan pernikahan.     

"Sebenarnya ada pergolakan batin ketika gue menjadi seorang gay. Indonesia tidak memberi ruang untuk keberadaan mereka karena Indonesia yang mayoritas muslim dan dalam ajaran agama Islam gay perbuatan terkutuk dan dilaknat. Gue menyembunyikan identitas gue dari keluarga. Gue sebenarnya ingin sembuh tapi...."     

"Tapi lo enggak punya keinginan kuat untuk sembuh." Dila memotong ucapan Egi. "Lo tahu kenapa mama Ranti menjadi kelemahan Bara?"     

Egi membuka telinganya lebar-lebar.     

"Dia terlalu sayang dengan mamanya. Mama Ranti terlalu memanjakan Bara. Bahkan Bara masih dianggap sebagai anak kecil, meskipun sebenarnya sudah dewasa. Inilah yang menyebabkan Bara sangat sayang dengan mamanya. Sebagai balasannya, Bara tidak ingin membuat ibunya marah atau sakit hati. Dia ingin selalu menjadi anak yang baik dan penurut di hadapan ibunya. Pikiran bawah sadarnya pun menganggap, tidak boleh menyakiti hati perempuan. Itu sama saja akan menyakiti mamanya. Itulah yang menyebabkan dia lebih memilih suka dengan sesama jenis dan pemerkosaan yang ia alami di masa lalu juga menjadi pemicu. Inilah keluguan pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak mau ambil pusing. Supaya tidak menyakiti hati perempuan, ya jangan pacaran dengan perempuan. Kalau tidak pacar dengan perempuan, berarti tidak akan pernah menyakiti hati perempuan. Simpel."     

"Gue sebenarnya iri dengan Bara. Dia bisa sembuh dan kembali normal dan sangat mencintai lo."     

"Apa? Bara mencintai gue?" Giliran Dila yang kaget mendengar penuturan Egi. Mana mungkin Bara mencintainya? Bara tak pernah mengatakannya.     

"Cintanya sama lo telah menghapuskan rasa cintanya sama gue. Bara sangat mencintai lo makanya keinginan dia untuk sembuh besar. Dia ingin sembuh karena ingin menjadi pasangan yang layak untuk lo. Bara berubah karena ingin memantaskan diri sebagai pasangan lo. Lo sudah berhasil menyentuh hati gue Dil. Gue merasa bersalah telah membunuh mama Ranti. Rasa bersalah ini akan terus menghantui gue seumur hidup."     

"Minta ampunlah pada Tuhan dan minta maaflah pada Bara agar rasa bersalah lo hilang."     

"Apakah Tuhan akan memaafkan gue?" Dila mengangguk.     

"Orang tua meninggal sejak gue kecil dan sejak kematian mereka gue tinggal sama tante dan om. Gue mengalami pelecehan seksual waktu kecil. Suami tante Ira menyodomi gue." Egi mulai bercerita tentang dirinya.     

"Sejak itu, orientasi seksual gue berubah menjadi penyuka laki-laki dan sulit untuk melawannya. Keadaan gue diperparah karena tante Ira enggak tahu kondisi gue yang sebenarnya. Enggak ada yang membantu gue untuk sembuh bagaimana mau sembuh?"     

"Gimana dengan Clara? Lo saja tak pernah menganggap dia ada. Gue tahu Clara dari Dian." Dila berkata agar Egi tak kaget darimana ia mengenal Clara. Clara dan Dila pernah bertemu ketika Egi datang membongkar rahasia Bara pada Dila bertepatan dengan pesta sangeet Hari, sepupu Dila.     

Egi tertegun dengan muka merah dan malu.     

"Lo beruntung dicintai oleh wanita seperti Clara. Dia sudah tahu lo gay tapi tetap mencintai lo tanpa syarat dan ingin membantu lo kembali ke kodrat. Namun lo menyia-nyiakan dia hingga akhirnya menyerah untuk mendapatkan lo."     

"Sekarang dia sudah tak mencintai gue. Dia melepaskan gue. Mungkin benar kata lo melepaskan adalah hakikat tertinggi dari cinta. Dia melepaskan gue, membiarkan gue bahagia dengan cara dan pilihan gue sendiri. Karena cinta itu membebaskan, tanpa harus ada beban.     

Entah kenapa Dila merasa miris melihat keadaan Egi yang sangat menyedihkan untuknya. Laki-laki itu kehilangan orang tua dan mengalami pelecehan seksual semenjak kecil dan pelakunya adalah suami tantenya. Bukannya mendapatkan perlindungan setelah kehilangan orang tua Egi malah masuk kandang harimau dan jadi pelampiasan seksual om-nya.     

Egi terjebak dalam pergaulan gay karena tak ada yang membimbingnya dan memberi tahunya. Sejak kecil selalu mendapatkan ancaman dan intimidasi dari Musba. Anak kecil yang tak berdaya melawan orang dewasa. Dila bisa membayangkan penderitaan yang telah dilalui Egi. Tak mudah hidup tanpa adanya orang tua yang bisa mendidik namun walau pun begitu seharusnya setelah dewasa Egi harus bisa berpikir mana yang baik dan buruk.     

"Lo dan Bara menjadi gay karena trauma masa lalu. Bara mengalami perkosaan sebanyak dua kali dan lo mengalami pelecehan dari suami tante Ira semenjak kecil. Peristiwa itu tidak mudah bagi kalian. namun kalian harusnya bisa membuka mata dan pikiran kalian. Apa yang kalian lakukan akan memberi dampak yang buruk bagi keluarga? Contohnya kejadian mama Ranti."     

Ira yang mengantar minuman pada Dila dan Egi kaget mendengarkan cerita mereka. Minuman yang dibawa Ira jatuh ke tanah. Ira shock dan kaget mengetahui Egi seorang gay dan yang paling mengejutkan baginya suaminya yang telah membuat keponakan kesayangannya melenceng dari kodrat. Dila dan Egi juga kaget mendengar suara gelas pecah. Mata Egi membulat dan melongo.     

"Tan-tante." Egi memanggil sang tante terbata-bata.     

Ira merengek seraya mendekati Egi. Ira terhenyak dan shock mendengar percakapan keponakannya. Egi seorang gay dan sang suamilah penyebabnya.     

Ira menampar sang ponakan karena terlanjur kecewa dan sakit hati telah di bohongi.     

"Tante," panggil Egi dengan suara parau. Hari ini sudah dua orang wanita yang menamparnya.     

"Dua pertanyaan untuk kamu apakah suamiku telah melecehkan kamu sejak kecil? Kenapa kau hanya diam dan tak cerita padaku?"     

Egi bersimpuh di kaki Ira dan memeluk kaki sang tante yang telah ia anggap seperti mamanya. Egi sangat menyayangi dan mencintai Ira dan tak ingin menyakiti tante.     

"Tante maafkan Egi," ucapnya penuh penyesalan.     

"Aku tak perlu permintaan maaf kamu. Kamu telah mengecewakan dan memporak porandakan hati tante Gi. Aku tidak bisa memegang amanah dari kakakku. Aku tak berhasil mendidik dan membesarkan anaknya. Aku telah gagal. Aku bodoh." Ira menangis terisak-isak seraya memukul dadanya sebagai penghukuman atas dirinya yang tak bisa membimbing Egi hingga sang ponakan salah jalan dan jadi seorang gay.     

"Jangan salahkan diri tante. Egi yang salah disini." Egi mengunci tangan Ira agar tak memukul dadanya. Egi memeluk Ira dengan erat. "Maafkan Egi tidak menceritakannya tante."     

"Ini bukan salah tante. Ini murni salah aku. Aku yang tak bisa menjaga pergaulan dan terjerumus dalam lingkaran kaum gay."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.