Part 221 ~ Pembalasan Egi
Part 221 ~ Pembalasan Egi
Bisa saja saat dia bertemu dengan keluarga besar Bara dan Dila di rumah sakit membongkar hubungan asmara mereka, namun melihat ketegangan dan ketakutan di wajah Bara membuatnya mengurungkan niat. Egi sangat mencintai dan menyayangi Bara sehingga masih melindunginya.
Egi memakai kaos polo tipis, celana chinos dan jacket hitam, tak lupa memakai kacamata hitam. Egi terlihat seperti cowok Korea bermata sipit, bibir tipis nan merah, kulit putih. Jika disandingkan dengan aktor Korea, Egi seperti kembaran dari Kim Soo Hyun pemeran Gang Tae dalam serial It's Okay to Not Be Okay. Bagaimana Clara tidak klepek-klepek jika Egi tampan dan mempesona seperti aktor Korea.
Egi hanya membawa tas ransel yang hanya berisi beberapa pakaian. Ia tak akan lama di Padang. Dia hanya menjadi trainer selama dua hari di sebuah hotel ternama di kota Padang memberikan training bank ABC.
"Mau kemana Gi?" Tanya Ira ketika Egi turun dan duduk di meja makan. Ada Musba yang menatapnya tak suka.
"Aku mau ke Padang tante," jawab Egi seraya mencicipi nasi goreng yang disiapkan Ira.
"Ngapain ke Padang Egi? Bukannya kamu baru saja sembuh?" Ira diliputi rasa khawatir. Menurut Ira kondisi Egi belum stabil untuk bepergian jauh.
"Ada kerjaan tante. Aku jadi trainer disana."
"Kenapa buru-buru ambil kerjaan Egi?"
"Perusahaan kalo liat aku udah sembuh gini ya suruh kerja tante sayang. Aku cuma seminggu di Padang."
"Ya udah hati-hati di jalan. Udah bilang sama Clara kamu ke Padang?"
"Ngapain bilang sama nyai badas itu."
"Bukannya Clara pacar Egi?"
"Dia aja yang ngaku sebagai pacar aku tante. Aku enggak ada hubungan apa-apa sama dia."
"Kamu udah waktunya menikah Egi. Kalo enggak suka Clara setidaknya bawa cewek lain sebagai calon istri kamu."
Egi tersedak karena Ira memintanya segera menikah. Gimana mau nikah tante aku sukanya sama cowok bukan cewek. Ini Indonesia bukan Belanda yang melegalkan pernikahan sesama jenis! Bisik Egi.
"Tante aku berangkat dulu ya," ucap Egi menyudahi makannya. Egi berpamitan dengan Ira dan Musba.
Egi memesan taksi online untuk mengantarnya ke bandara. Taksi online segera datang ketika ia keluar dari rumah.
Egi sudah mengantur jadwal untuk bertemu dengan Bara. Ia akan membuat perhitungan dengan Bara karena sudah mencampakkannya. Egi tak terima jika dibuang begitu saja. Kesempatannya untuk kembali menjalin hubungan sudah tertutup. Bara benar-benar ingin bertaubat. Bara sudah tidak lagi bergabung dalam komunitas gay di klub Vegi. Bara juga sudah tak membayar iuran bulanan. Banyak anggota klub bertanya-tanya pada Egi. Berita Egi diputuskan dan Bara belajar kembali straight sudah diketahui para anggota komunitas gay. Mereka tak menyangka jika Bara ingin normal.
Ketika sampai bandara Egi menabrak seseorang hingga terjatuh. Egi membantu orang yang ditabraknya berdiri.
"Maaf bro. Lo enggak apa-apa." Egi merasa bersalah dan terpesona melihat cowok yang dia tabrak sangat tampan, maskulin dan memiliki sex apple yang kuat.
"Tidak apa-apa," jawab si cowok mengibaskan baju dan celananya."
"Gue benar-benar enggak sengaja bro. Gue mau buru-buru check in."
"Gapapa bro. Santuy aja."
"Sekali lagi gue minta maaf ya bro."
"Santai bro." Si pria mengacungkan jempol.
Egi pun meninggalkan cowok yang dia tabrak. Dia buru-buru ke gate F2. Takut telat check ini dan tak bisa naik pesawat. Gara-gara macet Egi datang tiga puluh menit sebelum berangkat. Egi bernapas lega akhirnya ia sudah berada dalam pesawat. Egi berada duduk di bisnis class. Tak terlalu banyak bangku terisi di bisnis class. Hanya beberapa yang terisi.
Egi melihat cowok yang tadi ia tabrak baru keluar dari kamar mandi.
"Bro bukannya lo yang tadi gue tabrak?" Tanya Egi ketika si cowok melintas di depannya.
"Hei bro ketemu lagi." Balasnya mengajak Egi berjabat tangan.
"Lo ke Padang juga? Asli orang Padang?"
"Enggak bro. Gue ada urusan bisnis disana."
"Kenalin nama gue Egi."
"Gue Zico." Zico duduk di sebelah Egi. "Lo ngapain ke Padang?"
"Gue kasih training buat pegawai bank ABC."
"Lo konsultan gitu?"
"Bisa dibilang begitu."
"Training apa yang lo berikan buat pegawai bank kalo boleh tahu? Kali aja gue bisa pakai jasa lo buat perusahaan gue untuk meningkatkan SDM pegawai gue."
"Bagaimana mereka memberikan pelayanan untuk nasabah dan stakeholder."
"Wah bisa juga itu. Bisa bagi kartu nama? Barang kali gue butuh jasa lo nanti."
"Boleh." Egi mengambil dompet dan memberikan kartu namanya pada Zico.
Zico pun memberikan kartu namanya pada Egi dan mereka bercerita selama penerbangan. Mereka berpisah ketika sampai di bandara Internasional Minangkabau.
Baru saja Egi menghidupkan smartphone sebuah panggilan dari Clara masuk. Egi sebenarnya malas mengangkat, namun jika tidak diangkat Clara akan menelponnya sampai ratusan kali.
"Ada apa?" Tanya Egi ketus.
"Ngapain lo ke Padang?" Clara to the point.
"Apa urusanya sama lo?"
"Gue pacar lo."
"Sejak kapan kita pacaran? Lo aja yang ngaku nyai badas."
"Awas aja lo temui Bara dan bikin kekacauan." Clara mengancam.
"Gue enggak takut. Gue ada kerjaan kasih training pegawai bank ABC. Sambil menyelam minum air. Lo tahu gimana gue. Gue enggak bakal melewatkan kesempatan ini buat kasih pelajaran pada Bara."
"Lo mau kasih pelajaran apa Gi? Ga kapok dihajar sama Dian?"
"Gue rela mati asal bisa kasih pelajaran sama Bara."
"Apa yang bakal lo lakuin?"
"Gue bakal bongkar hubungan gue sama Bara sama papa dan mamanya. Biar jantungan tu mama si Bara tahu kelakuan anaknya macam taik."
"Berarti lo taik juga dong?"
"Berisik lo!"
"Saran gue enggak usah lakukan Egi. Please….jangan ganggu Bara lagi. Dia udah bahagia dengan pernikahannya."
"Enggak bisa. Dia enak bahagia. Gue gimana?"
"Lo masih ada gue yang tulus mencintai lo."
"Gue enggak cinta sama lo."
"Gue ingatkan sekali lagi. Jangan cari masalah sama Bara. Gue enggak mau lo kenapa-napa Egi. Ingat kondisi lo. Lo baru aja pulih."
"Masa bodoh. Yang jelas sakit hati gue terlampiaskan. Rasain tuch si Bara gue bongkar rahasia dia. Biar shock tu orang tua liat kelakuan bejat anaknya."
"Sesama bis enggak boleh saling mendahului Egi."
"Maksud lo?"
"Sesama bejat enggak boleh saling hujat. Kalian itu sama aja, cuma Bara udah berubah ke arah yang lebih baik. Lo aja yang masih bejat."
"Kampret lo!" Egi memutuskan sambungan telepon sepihak.