Jodoh Tak Pernah Salah

Part 282 ~ Menemuinya



Part 282 ~ Menemuinya

"Apa rencana selanjutnya Tuan?"     

"Jauhkan Dian dan Fatih."     

"Kenapa Tuan begitu khawatir? Dian dan Fatih tidak punya hubungan apa-apa. Laki-laki seperti Fatih akan mencari muslimah yang berhijab bukan wanita seperti Dian."     

"Kita tidak tahu Mike bagaimana takdir mengubah hubungan mereka. Sebelum semuanya terlambat lebih baik kita atur strategi dulu."     

"Fatih baru saja dilantik menjadi rektor di Universitas Islam Alabdy. Dian datang ke acara pelantikan itu. Disana juga ada Bara dan Dila."     

"Menarik sekali. Apakah mereka berempat meet up disana?"     

"Iya Tuan."     

"Aku hampir melakukan kerja sama dengan Bara namun dia tidak jadi tekan kontrak denganku sehingga dia kerja sama dengan Tuan Smith. Laki-laki sialan itu juga membantu Bara ketika Dila diculik. Apakah Tuan Smith juga sudah membongkar rahasiaku pada mereka? Apakah Dian juga tahu jika aku dalang dibalik penculikan Dila?"     

"Sepertinya Dian tahu Tuan. Cuma kita sudah membersihkan nama Tuan dan lemparkan semua kesalahan pada Samir, Ana dan Jack. Nama Tuan sudah bersih dan tak terlibat penculikan itu."     

"Bagus dan aku suka cara kerja kau Mike. Kau selalu bisa diandalkan dan tak salah aku menjadikan kamu asistenku."     

"Terima kasih atas pujiannya Tuan."     

G tersenyum bahagia. Ia akan mendekati Dian terang-terangan tanpa perlu menguntitnya lagi seperti maling.     

"Atur strategi agar aku bisa berinvestasi pada perusahaan Bara. Bukankah perusahaannya akan membuka resort di pulau Mentawai? Cari informasi dan kita akan investasi disana. Membangun resort di Mentawai akan sangat menguntungkan kita karena wisatawan yang datang kesana wisatawan mancanegara. Ombak Mentawai sangat bagus dan wisatawan ketagihan berselancar disana."     

"Baik Tuan."     

G pergi membersihkan diri di kamar mandi. Rencananya dia akan menemui Dian. Selama seminggu menguntit Dian pria itu sudah tahu kebiasaan Dian. Tempat mana saja yang didatangi oleh wanita itu     

G tampil sporty dengan hodie dan celana jogger. Ia akan jogging di sekitar taplau. Taplau artinya tapi laut istilah pantai bagi masyarakat Padang. Tiap sore Dian menyempatkan gowes berkeliling pantai. G rencananya akan gowes sore ini.     

Pada hari kerja suasana taplau sangat sepi bahkan cenderung tak ada orang yang datang. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. G berdiri di depan tugu IORA yang belakangan ini hits di kota Padang. G sudah putar-putar taplau sebanyak dua kali namun belum melihat kedatangan Dian.     

Senyum terkembang di wajah G ketika melihat Dian mengayuh sepedanya dari arah tugu perdamaian. Gadis itu sangat cantik dan lebih muda dari usianya. G pun menyusul Dian dan mengayuh sepeda di belakang Dian.     

Ide pun muncul dalam otak G. Ia mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi dan dengan sengaja menyenggol sepeda Dian hingga wanita itu jatuh dari sepedanya.     

"Awwwwwww," pekik Dian memegangi pantatnya. Saat jatuh pantatnya langsung mendarat di aspal.     

G pura-pura kaget dan kelabakan. Bule itu menghampiri Dian dan membantunya berdiri.     

"Maaf, aku tidak sengaja," ucap G dengan penuh penyesalan.     

"Kamu tidak apa-apa?"     

Dian mengibaskan tangannya membersihkan pasir yang melengket pada bajunya. G melihat ada darah di telapak tangan Dian.     

"Sepertinya kamu terluka," ucap G mengambil sapu tangan dan membersihkan luka Dian.     

"Tidak apa-apa." Dian menarik tangannya namun G menahannya. Bule itu sibuk membersihkan luka Dian.     

G tersenyum evil rencana berjalan lancar mendekati Dian bahkan ia bisa menyentuh wanita idamannya.     

"Maafkan aku telah melukai kamu. Aku terlalu ngebut mengayuh sepeda sehingga tak menyadari sepedaku menyenggol sepedamu," ucapnya sekali lagi sembari membersihkan darah Dian.     

Dian menarik tangannya karena merasa tak enak.     

"Tidak apa-apa Mister," ucap Dian meniup lukanya.     

G mengambil sepeda Dian menaruhnya ke tepi agar tak ditabrak mobil dan motor yang lalu lalang. Mereka duduk di kursi yang telah disediakan di pinggir pantai.     

"Ini minumanmu," kata G menyerahkan sebotol air mineral pada Dian.     

"Terima kasih dan tak perlu repot-repot."     

"Aku merasa bersalah padamu. Gara-gara aku, kamu mengalami luka-luka dan tak bisa melanjutkan sepedanya."     

"Tidak apa-apa." Dian memperlihatkan telapak tangannya. Sudah bersih dari darah dan pasir.     

"G," ucap G memperkenalkan diri.     

"G?" Mata Dian memicing karena nama laki-laki itu sangat singkat.     

"Aku biasa dipanggil G."     

"Dian," ucap Dian membalas uluran tangan G.     

"Apa perlu ke rumah sakit?"     

"Jangan berlebihan. Ini hanya luka kecil," ucap Dian tergelak tawa. Senyum manis Dian membuat G semakin terpesona dan jatuh dalam pesona Dian.     

"Mana tahu bisa infeksi," balas G membuat alasan.     

"Mister anda sangat lucu." Dian tertawa lucu. "Sudah lama di Indonesia? Bahasa Indonesiamu lumayan fasih."     

"Ibuku berdarah Indonesia makanya aku bisa bahasa Indonesia."     

"Lantas kenapa ada disini?"     

"Temanku menawarkan aku untuk investasi di resort yang akan dibangunnya."     

"Dimana lokasi resortnya?" Dian penasaran. Ia memang sedang mencari investor untuk proyek selanjutnya. Semakin banyak investor maka usaha resort dan villa yang akan dia buat akan berjalan lancar.     

"Pulau Mentawai."     

"Wowww menarik sekali. Kebetulan aku juga punya proyek disana. Kami sedang membangun resort kelas dunia disana. Resort kami akan membidik pangsa internasional. Kami akan membangun resort kelas dunia. Kami ingin bintang Hollywood datang ke resort kami seperti Liam Hemsworth yang datang ke Kandui resort."     

"Bisa saja datang jika resortmu sangat bagus. Apa resortmu membutuhkan investor?"     

"Kami sedang mencari investor untuk pembangunan resort ini."     

"Jika aku tertarik bisakah kita kerja sama?"     

"Anda lihat dulu proposal kami baru bilang tertarik untuk investasi."     

"Bolehkah aku meminta kartu namamu?" G mencari alasan untuk mendapatkan nomor ponsel Dian.     

"Aku tidak bawa kartu nama jika sedang gowes. Catat saja nomor ponselku." Dian menyebutkan nomor ponselnya dan G menyimpannya.     

G menghubungi nomor ponsel Dian. Wanita itu mengambil ponselnya dari saku.     

"Ini nomor kamu G?"     

"Simpan ya nomorku," ucap G kesenangan. "Senang berkenalan dengan kamu."     

"Sama-sama G. Aku juga senang berkenalan dengan kamu. Semoga kita bisa kerja sama."     

"Aku juga berharap bisa kerja sama dengan wanita secantik kamu."     

"Dasar bule. Tak tahu malu menggombal," ucap Dian mentertawai G.     

"Aku tidak menggombal. Aku mengatakan yang sebenarnya jika kamu cantik."     

"Sudah berapa banyak wanita yang kamu rayu seperti ini G? Dari gaya bicaramu aku tahu kamu badboy."     

"Wowwww, kamu terlalu terus terang. Aku kaget," ucap G berkelakar.     

"Aku bukan orang yang suka digombali G. Melihat sikapmu sama seperti para pria yang selalu mengejarku."     

"Kapan kita ketemuan membahas bisnis?" G mengalihkan pembicaraan.     

"Besok bagaimana?" Dian memberikan waktu.     

"Baiklah tidak apa-apa. Jam berapa?"     

"Sekitar jam sepuluh pagi kita ketemu di kantorku."     

"Baiklah kita ketemu jam sepuluh pagi lalu lanjut makan siang. Bagaimana?" G menaik turunkan alisnya.     

"Kita lihat saja besok G. Aku harus pulang G sudah sore." Dian bangkit dari tempat duduk.     

"Apa perlu aku antar?"     

Dian menggeleng, "Tidak perlu G. Aku pulang dengan sepedaku saja."     

"Ya sudah hati-hati."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.