Jodoh Tak Pernah Salah

25. KETEGASAN ZICO



25. KETEGASAN ZICO

Siang ini Zico akan meeting dengan CEO PT. Atlantis Persada. Mereka akan melakukan negosiasi pembelian bahan baku dari tambang milik Zico.     

Pria itu memang pebisnis kelas dunia. Bisnisnya tak hanya mencakup satu bidang. Banyak bisnis digeluti Zico mulai pertambangan, sawit, kesehatan, hotel dan telekomunikasi. Semua sukses di bawah arahannya . Untuk semua bisnisnya itu Zico bekerja sama dengan sang ibu. Lona juga bisa dibilang pebisnis hebat dan tangguh.     

"Pak, anda sudah siap?" Tanya Fahmi sekretaris kepercayaan Zico.     

"Tentu saja aku sudah siap." Zico merapikan jas.     

"Bapak mau menolong Pak Bara?" Fahmi tahu jika Bara meminta bantuan Zico untuk menekan Kinanti, CEO PT. Atlantis Persada.     

"Tentu saja aku akan membantu dia Fahmi. Jika aku tak bantu dia bisa-bisa nyonya rumah mengamuk karena aku tak menolong kakaknya." Zico tersenyum kecut.     

"Tidur Ibu balik badan ya Pak." Kekeh Fahmi melirik Zico.     

"Itu kamu tahu."     

"Bapak sejak nikah sama Ibu Dian jadi pribadi yang positif. Saya suka lihat Bapak yang sekarang."     

"Positif." Kening Zico berkerut.     

"Saya memang bikin Dian positif tiap tahun. Tokcer kan saya?" Zico tersenyum sumringah.     

Fahmi jadi malu sendiri mendengar ucapan vulgar Zico. Mentang-mentang ia jomblo seenaknya saja Zico bicara seperti itu.     

"Aduh Fahmi." Zico menepuk jidatnya.     

"Saya lupa kalau kamu jomblo," ucap Zico tanpa dosa.     

Fahmi hanya merungut kesal tapi tak menampakkannya pada sang bos. Mereka bersiap menuju hotel B untuk meeting dengan Kinanti. Mereka janjian di resto hotel.     

Perjalanan mereka kali ini tak mendapatkan macet yang berarti. Dalam waktu saja jam, mereka sudah sampai di lokasi dan tepat waktu.     

"Selamat siang Pak Zico," sapa Kinanti dengan ramah. Wanita itu sangat cantik dalam balutan blouse kotak-kotak dan rok span yang pendek. Dadanya mau berontak saking ga muatnya. Kata cowok mata keranjang zaman now. Tumpeh-tumpeh dadanya dan pantatnya bahenol. Pria mana yang tidak tergoda melihat kemolekan tubuh Kinanti.     

Wanita itu sangat cantik dengan rambut hitam legam. Body bak gitar Spanyol. Sayangnya attitude Kinanti kurang. Terlalu genit dan barbar.     

Kinanti akan melakukan cipika-cipiki dengan Zico, namun belum sempat melakukannya pria itu malah duduk duluan. Fahmi menahan tawa melihat kekesalan di wajah Kinanti. Sekretaris Kinanti merasa malu melihat tindakan bosnya. Fahmi duduk di sebelah Zico.     

Terpaksa Kinanti gigit jari. Zico pria kedua yang menolaknya untuk cipika-cipiki. Pertama Aldebaran. Saking kesalnya Kinanti, ia memberi pelajaran dengan menaikkan harga bahan baku untuk Bara. Ia tahu bahan baku untuk kontruksi Bara hanya perusahaannya yang memproduksi sehingga Kinanti merasa di atas angin. Bara sangat membutuhkan bahan baku itu untuk proyek pembangunan jembatan.     

Kali ini situasinya berbeda. Kinanti yang butuh bahan mentah mineral dan batubara untuk diolah perusahaannya. Permintaan luar negeri sangat banyak sehingga wanita itu memilih mengalah dengan sikap arogan Zico.     

"Salam kenal Pak Zico," sapa Kinanti centil sambil memilin rambutnya.     

Zico jengah dengan sikap wanita itu. Untung saja Bara sudah menceritakannya bagaimana genitnya Kinan sehingga ia bisa mengambil sikap.     

"Salam kenal juga Ibu Kinanti," balas Zico memaksakan senyum.     

Kinanti mendekatkan kursinya dengan Zico agar posisi mereka makin dekat. Zico benar-benar tampan dan mempesona. Rahang tegas, wajah blasteran dengan mata bulat yang indah. Kinanti tak sabar ingin bermain mata atau bahkan bercinta dengan Zico.     

"Ibu Kinanti bisa dikondisikan matanya?" Sarkas Zico tak suka gaya Kinanti menatapnya. Tatapan itu seakan memakannya bulat-bulat.     

"Oh maaf Pak Zico," balas Kinanti sok polos.     

"Kita langsung bahas kerja sama kita ya Bu," ucap Fahmi memotong ucapan Kinanti sembari tersenyum pada Zico.     

Sekretaris Kinanti yang bernama Ara merasa malu melihat sikap sang bos. Ara pun sebal dengan sikap genit Kinanti. Tak tahu malu menggoda rekan bisnis dan tak profesional dalam bekerja. Ara masih sebal dan muak melihat sang bos menaikkan harga bahan baku pada Bara. Kinanti melakukannya karena Bara telah menolak menikah dengannya. Pria mana yang mau punya istri seperti Kinanti.     

"Baiklah Pak. Saya mau kerja sama dengan perusahaan Pak Zico. Saya ingin Bapak menyuplai mineral dan batubara untuk perusahaan saya. Saya mau Bapak menjualnya hanya pada saya," ucap Kinanti dengan gaya centil.     

"Kalau hanya menyuplai untuk perusahaan anda saya tidak bisa. NO. Saya tidak ingin ada monopoli disini. Kasar disebut jika saya menyuplai hanya pada anda, berarti saya membuka kesempatan pada anda untuk menjual dengan harga lebih tinggi ke perusahaan lain."     

"Tidak Pak. Tidak mungkin saya akan menjual dengan harga tinggi ke perusahaan lain." Kinanti kehilangan muka karena Zico langsung memukulnya dengan telak.     

Wanita itu berharap dengan sedikit godaan, Zico menyerah dan setuju jika semua bahan mentah disuplai ke perusahaannya.     

"Kenapa Pak Zico bisa bicara begitu?" Kinanti ingin sebuah jawaban atas penolakan Zico. Baru kali ini wanita itu ditolak dan ia sangat tidak suka dengan penolakan Zico. Tak ada pria yang tak bertekuk lutut padanya kecuali Bara. Kinanti bahkan melabeli Bara impoten karena tak konak ketika ia mengelus paha pria itu.     

"Bukankah anda telah menjual bahan baku kontruksi dengan harga tinggi pada PT. Bara Corporation?" Tanpa basa-basi Zico menyindir Kinanti.     

"Maksud anda apa Pak?" Wajah Kinanti menyiratkan keterkejutan.     

"Anda menjual bahan baku kontruksi pada Bara dengan harga tinggi. Mentang-mentang bahan mentah itu hanya di produksi perusahaan anda. Anda naikkan harga karena Bara menolak menikahi anda. Saya pun menolak berbisnis dengan anda. Jika kerja sama kita gagal berarti produksi perusahaan anda terhenti bukan?" Zico memberikan senyum evil.     

"Saya tidak mengerti dengan maksud anda Pak?" Kinanti kehabisan kata-kata. Apa yang diucapkan Zico benar adanya.     

"Orang sepintar anda tentu mengerti apa maksud saya. Saya tidak akan menjual mineral dan batubara pada anda sebelum anda menjual bahan baku kontruksi dengan harga wajar pada Bara."     

"Apa kalian sedang bersekutu untuk membalasku?" Nada sumbang nampak dari pembicaraan Kinanti.     

"Anggap saja seperti itu. Anda mencampur adukkan urusan pribadi dengan urusan bisnis. Saya pun bisa Ibu Kinanti." Zico angkat bahu menunjukkan kesombongannya.     

Kinanti merasa kehilangan muka. Jika bisnis dengan Zico gagal maka ia tak akan bisa memenuhi kuota ekspor karena bahan mentah tak ada. Perusahaan Kinan bisa membayar pinalti dan akan di blacklist. Kinan seakan tidak punya pilihan. Zico mengetahui kelemahannya. Mau tidak mau Kinanti harus menjual bahan baku pada Bara dengan harga wajar namun wanita itu tidak bisa meminta Bara menikahinya.     

Kinan dipukul mundur kali ini. Zico memang sangat menyeramkan dan mematikan. Meski pria itu hangat pada keluarga tapi dalam dunia bisnis pria itu tetap seorang serigala.     

Kinanti menggeram kesal. Baru kali ini wanita itu merasa dipermalukan. Kinanti menatap Ara, namun wajah sekretarisnya datar. Jika Ara sempat mentertawainya, wanita itu bersumpah akan memecat Ara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.