122. TERUNGKAPNYA SEBUAH FAKTA
122. TERUNGKAPNYA SEBUAH FAKTA
Netizen Malaysia tidak menduga jika pangeran Ahmed, pangeran kebanggaan mereka dalang di balik kematian artis kesayangan mereka. Cinta ditolak, pembunuh bayaran pun bertindak. Mungkin peribahasa itu layak disematkan pada Ananya. Publik yang tidak pernah tahu siapa sosok suami Ananya karena wanita itu menyembunyikannya menjadi tahu. Mereka turut prihatin dan berduka untuk Dino. Tak menyangka Dino harus melewati masa-masa sulit setelah kematian Ananya. Istri yang sangat dicintai difitnah sebagai wanita pemabuk dan kematiannya dihujat.
Pangeran Ahmed dirawat di rumah sakit akibat tembakan yang ia terima. Ternyata pangeran itu seorang psycho. Ia terlalu mencintai Ananya sehingga terobsesi pada wanita itu. Pangeran Ahmed sudah lama menyukai Ananya sebelum perempuan itu menikah dengan Dino. Pangeran itu ingin Ananya menjadi istrinya namun perempuan itu menolak cintanya. Ambisi memiliki Ananya membuat pangeran gila itu mengatur rencana pembunuhan pada Dino, namun sayangnya Ananya yang terbunuh karena bertukar mobil dengan Dino.
Mata Dino sembab dan perasaannya lega ketika berhasil mengungkap kematian istrinya. Ia sudah lega nama baik istrinya telah kembali. Tak pernah menyangka jika Rere salah satu saksi kunci dalam kematian istrinya. Nyawa Rere bahkan berada dalam bahaya.
"Terima kasih Bar telah menyelamatkan nyawa gue. Lo ipar yang baik," ucap Dino menepuk bahu Bara. Dino dirawat di rumah sakit. Ia mengalami cedera akibat peristiwa penculikan itu.
"Gue lakukan itu bukan demi lo," balas Bara jutek.
"Maksud lo?" Dino mengernyitkan kening.
"Ini demi Leon. Gue ingin Leon bertemu dengan ayah kandungnya."
"Lo tahu semuanya?" Dino terhenyak dan kaget. Tiba-tiba Lala datang ke kamarnya. Sang ibu berlari ke dalam pelukan Dino.
"You tak apa-apa nak?" Lala sangat khawatir. Wanita itu tak mau kehilangan anak satu-satunya.
"Aku baik-baik saja Mama." Dino mengusap pelan wajah Lala. "Berkat menantu Mama aku tidak apa-apa," lanjut Dino malah mencibir Bara.
"Bara?" Lala baru menyadari kehadiran Bara.
"Ante." Bara mengambil telapak tangan Lala lalu menciumnya. Lala sangat mirip dengan Lusi. Mereka terlihat seperti saudara kembar.
"Sejak kapan kamu kenal dengan Bara?" Lala melirik Dino dan Bara bergantian.
"Sejak kapan kenal tidak penting Mama. Aku harus jujur pada Mama."
"Jujur apa No?" Lala malah deg-degan menunggu cerita Dino. Kejujuran macam apa yang akan disampaikan Dino.
"Sebenarnya aku mempunyai anak laki-laki. Usianya beranjak tiga tahun."
"Diam-diam kamu menikah setelah kematian Ananya? Kenapa kamu enggak cerita sama Mama?"
Dino menggeleng kepalanya. Wajah Lala pias. Perempuan itu cukup tahu jika anak yang dimaksud Dino anak yang lahir diluar pernikahan.
"Mama kecewa sama kamu No." Lala malah menangis. Perempuan itu ingin pergi namun ia dicegah Bara.
"Seminggu setelah kematian Ananya, pangeran Ahmed merencanakan kehancuran Dino. Pangeran gila itu tahu Dino terpukul karena kematian Ananya. Pangeran Ahmed menyalahkan Dino atas kematian Ananya. Harusnya malam itu Dino yang meninggal bukan Ananya. Pangeran Ahmed ingin membalas dendam atas kematian Ananya. Dia menjebak Dino dengan menaruh afrosidiak dalam minumannya, sayangnya seorang anak magang di kantor Dino tahu penjebakan itu. Gadis malang yang bermaksud menolong Dino malah terlibat cinta satu malam dengan Dino karena mereka minum minuman yang telah diberi obat perangsang. Gadis itu membawa Dino kabur sebelum orang-orang pangeran Ahmed membawa Dino ke lokasi penjebakan. Gadis itu hamil. Dia tak mau mengatakan siapa ayah bayinya pada keluarga. Dia juga tak mengatakan kehamilan pada pria yang telah menghamilinya karena dia tak mau Dino berpikir, jika dia menjebak Dino demi harta. Gadis itu adalah adik tiriku, Rere."
Dino tertunduk lesu tak sanggup menatap wajah Bara dan Lala. Hati ibu mana yang tidak sakit mendengar anaknya menghamili wanita lain sampai melahirkan tapi tidak menikahinya.
"Dimana Rere?" Lala menatap Bara. Ada harapan pada Bara menyatukan cinta Dino dan Rere. Menurut Lala mereka harus bersama demi Leon. Setidaknya Hanin memiliki sosok seorang ibu. Lala yakin setelah ini Bara akan membawa Dila dan triplets ke Jakarta.
"Rere dan Dila ada di penthouse."
****
Dila menekan remote televisi. Ia baru saja mematikan TV yang memuat berita penculikan Dino dan Gesa. Semua media Malaysia menayangkan fakta dibalik kematian Ananya. Dila bernapas lega akhirnya misteri kematian Ananya terpecahkan. Pangeran Ahmed ditahan Polis Diraja Malaysia dengan pasal pembunuhan berencana. Gelar pangeran mahkota dicabut. Pangeran Ahmed tidak akan menjadi raja. Posisinya digantikan sang adik.
"Kenapa kamu tidak jujur Re?" Dila menatap Rere dengan tatapan sendu.
"Jujur kenapa kak? Aku harus jujur kali ini. Leon bukan anak Bara tapi anak Dino." Dada Rere terasa sesak mengatakannya. Di saat seperti ini ia sangat membutuhkan Tia, tapi Bara malah mengirim Tia dan Daniel ke Jakarta.
"Kenapa kamu menyembunyikan fakta sebenarnya. Kasian Dino tidak tahu anaknya."
"Pantang bagi Rere untuk menelan ludahnya sendiri. Aku tidak mau pikiran dia tentang aku benar. Dia bilang jika aku menjebaknya demi harta. Hatiku sakit mendengarnya kak. Siapa yang tidak sakit. Niatku malam itu mau menolongnya dari penjebakan itu, tapi malah aku yang terjebak. Bodohnya aku kenapa malah minum minuman yang telah diberi obat perangsang. Minum laknat itu membuat Leon lahir ke dunia. Meski Leon lahir karena sebuah kesalahan, tapi aku tidak akan pernah menyia-nyiakan dia. Dia anakku kak." Rere malah memeluk Dila seperti kakaknya sendiri.
"Karena itu kamu menikah dengan Bara dan rela jadi istri kedua demi masa depan Leon?"
Rere malah tertawa terkekeh melihat ekspresi Dila.
"Aku dan bang Bara tidak pernah menikah?"
"Jika tidak menikah bagaiamana kalian semesra itu?" Dila menutup mulutnya sendiri karena keceplosan.
Rere malah tertawa seraya menghapus air matanya. "Ketahuan intip kami berdua ya."
Dila menggaruk kepalanya yang tak gatal. Membuang muka karena malu.
"Aku dan bang Bara bukan suami istri. Aku hanya adik tirinya."
"Adik tiri?" Dila mengkonfirmasi.
"Iya. Papa Herman dan bundaku menikah. Kami kakak dan adik."
"Jangan bilang Bara sudah ingat semuanya?" Dila berkacak pinggang karena tahu dibohongi.
"Sepertinya begitu kak." Rere hanya tersenyum dibalik tangisannya. Ia yakin setelah ini Dino akan mendatanginya membahas masalah Leon.
Rere angkat tangan, "Aku ga ikut campur ya kak. Kalo mau marah sama bang Bara marah aja. Silakan berantem di kamar. Habiskan waktu yang berlalu selama empat tahun ini bikin adik buat triplets."
Dila berkacak pinggang, pura-pura marah padahal tengah malu karena ketahuan Rere. Sebelum amarah Dila berkecamuk. Rere melarikan diri menetralkan perasaannya.