JANGAN DIBUKA 16
JANGAN DIBUKA 16
Egi memejamkan mata mengingat kembali kenangan bersama Bara, ia merasa jijik dan tak menyangka bisa melakukan perbuatan terlaknat itu. Jeruk Makan Jeruk?
Egi kembali mengingat kelakuannya di masa lalu. Bagaimana dia dengan kejam mencoba membunuh Dila di Kandui Resort. Tanpa rasa takut Egi menarik kaki Dila ketika wanita itu berenang.
Rasa cemburunya telah menghilangkan sisi manusia Egi. Untung saja Bara mengetahui perbuatannya sehingga Dila selamat dan Egi tak jadi pembunuh.
"Aku laki-laki menjijikan di masa lalu," ucap Egi sendu memandang wajah Kamil.
"Itu hanya masa lalu. Sekarang kamu pria normal yang sedang mencoba memperbaiki diri."
"Apakah gay seperti aku masih ada kesempatan untuk bertaubat?"
"Tentu saja. Kau sudah menyesali perbuatanmu. Sekarang nikmati kehidupan barumu. Jangan lagi bergaul dengan orang-orang gay. Jauhi mereka dan jangan pernah kembali ke komunitas itu. Jika tidak kau akan tersesat lagi Egi."
"Aku benci diriku. Kenapa aku bisa menjijikkan. Aku menyukai laki-laki, seperti tak ada perempuan cantik di dunia ini."
Kamil tersenyum , ternyata hasil terapinya sangat bagus dan jauh dari perkiraan. Biasanya butuh dua sampai kali terapi, agar klien bisa seperti Egi sekarang. Keinginan Egi untuk straight membuat hasil terapi jauh lebih bagus daripada harapan.
Kamil mengucapkan rasa syukur. Satu orang pria lagi telah berhasil kembali ke kodrat. Perlu digarisbawahi gay bisa sembuh dengan hipnoterapi asal keinginan sembuh berasal dari diri sendiri. Tak terasa, air mata Kamil ikut meleleh melihat perubahan drastis Egi. Tentu saja, ini juga berkat dari pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang ikut campur tangan dalam mendukung perubahan Egi.
Tiba-tiba saja Egi teringat dengan Clara. Wanita itu telah lama menyukainya dan ia mengabaikannya. Egi kembali mengingat bagaimana sikapnya sangat buruk pada wanita itu. Wanita seperti Clara sangat langka. Dia masih bertahan mencintai Egi padahal sudah tahu jika pria itu gay. Egi menangis terharu mengingat semuanya.
"Apa yang kau rasakan Egi?"
"Aku menyesal telah mengabaikan Clara. Dia menerima aku apa adanya. Mencintaiku dengan tulus walau ia tahu aku seorang gay."
"Jalani hidup barumu. Ingatlah Gi. Berjuang kembali ke kodrat tidaklah mudah. Akan banyak rintangan di kemudian hari. Kamu telah memilih untuk menjadi pria normal, maka kamu harus bertanggung jawab atas pilihanmu. Jangan lagi terjerumus dalam pergaulan gay. Ujian untuk orang bertaubat tidaklah mudah."
"Iya aku tahu itu tidak akan mudah. Aku akan berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi kedepannya."
"Satu hal yang harus kamu ingat gay dilaknat dan dilarang oleh agama. Ingatlah firman Allah dalam Alquran. Bagaimana kaum sodom dihancurkan dan dibinasakan karena penyimpangan mereka. Tahukah kamu kenapa Allah menceritakannya dalam Alquran? Agar manusia dimasa sekarang bisa belajar dari masa lalu dan tidak mengulangi kesalahan yang sama."
"Aku benar-benar jauh dari Tuhan," ucap Egi menangis terisak-isak. "Aku sudah tidak pernah menjalankan salat, puasa dan zakat. Aku bener-bener manusia yang kotor dan hina."
"Jika kamu telah menyadari kesalahanmu, maka bertaubatlah dan kembalilah kepada Tuhan karena hanya Tuhanlah tempat kita meminta dan tempat kita mengadu. Jangan pernah berharap ke manusia karena pada akhirnya akan membuat kecewa, tapi berharaplah kepada Tuhan karena Tuhan tidak akan pernah mengecewakan kita."
"Noted, aku akan ingat semua perkataan kamu. Terima kasih Kamil kamu telah membantuku. Perasaanku lebih baik sekarang."
"Syukurlah kalau begitu. Aku senang mendengarnya semoga perubahan kamu membuat orang tuamu bangga di alam sana. Kamu bisa kembali berkumpul dengan tantemu. Satu pesanku jangan pernah sia-siakan perempuan seperti Clara. Dari sepuluh perempuan hanya satu yang seperti dia. Bisa menerima kita apa adanya dan tahu kondisi kita."
"Tentu. Aku tidak akan menyia-nyiakan dia. Aku akan memperjuangkan cinta kami. Entah kenapa setelah aku terjaga dari hipnotis tadi aku jadi ingat dia. Aku merasa bersalah karena telah mengabaikannya selama ini. Pengorbanan Clara sangat besar untukku. Aku sangat tersanjung dan sangat beruntung. Andai tidak ada peran dia mungkin sampai sekarang tidak ada keinginan untuk straight."
"Bagus, aku senang mendengarnya. Mungkin kamu perlu berapa kali terapi agar bisa sembuh sepenuhnya Gi. Pokoknya apapun yang terjadi, halangan dan rintangannya kamu harus tetap teguh dengan pendirianmu. Kamu benci dengan pria, kamu jijik melihat pria gay, kamu benci masa lalumu yang buruk dan kamu ingin menjadi muslim yang taat."
Egi manggut-manggut menyetujui semua ucapan Kamil. Dia bersyukur bertemu orang seperti Kamil. Jika tidak bertemu Kamil mungkin dia masih terombang-ambing dan tak tentu arah.
Kamil memberikan buku tuntunan salat lengkap pada Egi. Pria itu tersentuh dan terharu. Egi sudah tidak pernah salat selama bertahun-tahun. Jangankan untuk salat, bacaan salat sudah mulai lupa. Dia harus belajar dari awal lagi.
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali!
"Semangat bro." Kamil menepuk pundak Egi. "Kau sudah bisa temui Clara. Kembali kesini satu bulan lagi."
"Terima kasih," ucap Egi dengan mata berembun.
Egi meninggalkan tempat praktek Kamil dengan perasaan plong, lega, bahagia dan terharu. Egi tak menyangka baru pertama kali terapi hasilnya sangat bagus dan diluar dugaannya. Wajah Egi berbinar-binar dan terlihat sumringah. Egi menyalakan mesin mobil lalu mengemudikannya menuju kantor Clara. Perempuan itu wajib tahu jika ia telah menyelesaikan terapi dan hasilnya sangat memuaskan.
Egi ingin Clara menjadi orang pertama yang tahu bahwa dia telah straight dan berubah. Egi tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sangat bahagia dan senang. Egi memarkirkan mobilnya di parkiran bawah tanah lalu naik lift menuju lantai tiga puluh lima.
Kantor Clara berada di lantai paling atas. Disanalah perempuan itu mengelola perusahaannya. Clara CEO dari perusahaan real estate. Dia memiliki perusahaan sendiri, bukan warisan dari sang ayah. Clara mendirikan perusahaan sendiri karena tidak ingin dibawah ketiak Wira, ayahnya. Clara ingin mandiri dan berjuang dengan kakinya sendiri. Berkat kerja kerasnya perusahaan yang ia pimpin mampu bersaing dengan perusahaan sang ayah. Ilmu bisnis Clara didapatkan dari sang ayah. Sebelum membuat perusahaan sendiri, Clara banyak belajar di perusahaan ayahnya.
Ruang CEO tidak sembarang orang bisa masuk. Untung saja Egi sudah sering kesini dan kenal dengan sekretaris Clara.
Egi tersenyum melihat Wika, sekretaris Clara. Egi mendekatinya.
"Clara ada?" Sapa Egi ramah.
Wika terlonjak kaget. Biasanya jika Egi datang pasti Clara sudah memberi tahunya. Namun kali ini Egi datang tanpa diketahui Clara. Wika tahu jika Egi adalah pria yang sangat disukai atasannya.
"Mas Egi," panggil Wika pelan.
"Clara ada?" Egi mengulangi pertanyaannya.
"Ada Mas," jawab Wika cepat. Wanita itu segera menelpon Clara melalui telepon paralel.
"Bu, ada Mas Egi."