JANGAN DIBUKA 11
JANGAN DIBUKA 11
"Aku tidak pernah menjebakmu sayang."
"Kamu melarang aku mengotori tangan ini karena kamu sudah tahu CEO Harapan benar-benar Zico, pemerkosaku." Bara bicara dengan nada tinggi.
"Aku tidak mau kamu sama dengan dia," balas Dila lembut. Api harus dilawan dengan air bukan dengan api. Jika Dila ikutan emosi maka semuanya akan semakin memburuk. Dila memberikan pengertian untuk suaminya.
"Aku sudah lima belas tahun menantikan momentum ini. Setelah waktunya datang kamu melarangku?"
"Tak ada gunanya membalas dendam. Biarkan Tuhan yang menghukum dia. Berapa banyak lagi kamu melakukan kejahatan? Berapa banyak lagi darah yang harus kamu tumpahkan? Berapa banyak lagi nyawa yang akan melayang di tanganmu. Aku tidak ingin punya suami seorang pembunuh."
"Kamu tak berhak ikut campur."
"Aku berhak," jawab Dila cepat.
"Aku berencana membalas dendam pada Zico sebelum aku menikah sama kamu. Jangan pernah menghalangiku Dila. Aku harus melakukannya karena dia tidak mendapatkan hukuman atas kejahatannya. Dia enak hidup bebas setelah melakukan perbuatan terkutuk itu pada kami. Kamu tahu tidak mudah untuk kami sembuh dari gangguan mental. Aku hampir gila membayangkan kejadian itu. Dian yang paling menderita disini. Dia tidak tahu apa-apa. Dia Ingin menolongku tapi apa? Dia jadi budak seks Zico. Bajingan itu memperkosanya di depan mataku. Apa tak ada yang lebih sakit dari pada ini?" Mata Bara memerah menahan emosi.
"Aku menyaksikan seorang remaja yang sudah aku anggap seperti adik sendiri dinodai di depan mataku, bahkan dia tak berhenti memperkosanya padahal Dian sudah kesakitan. Dian dirawat di rumah sakit jiwa sama seperti aku. Bahkan dia sampai ingin bunuh diri. Dian melukai tubuhnya sendiri. Cobaan seakan tak henti datang padanya. Kami sibuk mengobati mental Dian dan tak mengetahui perubahan fisiknya. Dian masih lima belas tahun kala itu tak menyadari jika dia hamil akibat pemerkosaan itu. Kami terlambat mengetahui kehamilannya sehingga bayi itu tidak bisa digugurkan. Kurang jahat apa Zico pada kami? Aku harus menanggung rasa bersalah seumur hidup. Karena aku, Dian jadi tumbal balas dendam Zico. Sakit Dila seseorang harus menderita karena perbuatanku." Bara menyentuh dadanya dan mulai menangis. Kepingan demi kepingan masa lalu berkelebat di kepalanya.
Kekejaman Zico yang tak pernah Bara maafkan adalah menyetubuhinya hingga ia kehilangan selera pada perempuan. Kemalangan terus menimpa Bara, di satu sisi ia harus jadi penyemangat Dian walau ia sendiri terluka lebih dalam. Harga diri dan kehormatannya diambil Zico. Bara kembali mengalami pemerkosaan ketika kuliah di London.
Dila mendekat dan ingin menyentuh suaminya namun Bara menepis tangannya. Wajah Bara sangat gelap dan menakutkan. Wajah seperti ini pernah ditunjukkan Bara ketika memperkosanya. Dila melawan rasa takutnya dan bertekad bisa mengendalikan Bara.
"Semuanya masa lalu sayang," ucap Dila mengajak suaminya bicara.
"Masa lalu itulah yang membuat aku menyimpang."
"Tapi melupakan masa lalu sangatlah penting. Semuanya sudah berlalu dan sudah terjadi. Mengingatnya hanya akan menyiksa kamu. Kamu pun tidak bisa mengubah takdir di masa lalu. Lalu mengapa membuang-buang waktumu untuk sesuatu yang tidak dapat diubah? Hal buruk yang datang dari ingatan masa lalu akan mempengaruhi suasana hati dan kondisi pikiran saat ini. Kamu membiarkan sebagian kecil dari hidup memengaruhi bagian utama hidupmu. Langkah move on adalah cara benar dalam menjalani hidup. Itulah yang dilakukan semua orang dan itulah yang juga harus kamu lakukan. Apa yang terjadi di masa lalu jadikan pelajaran dan kamu tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Apa yang terjadi padamu di masa lalu juga ada andil kamu. Andai kamu tidak mempermainkan Sisil hingga gadis itu bunuh diri mungkin hal buruk yang menimpamu dan Dian tak akan terjadi. Semua ada sebab akibatnya suamiku." Dila menangis sendu.
Bara menangis terisak-isak. Apa yang dikatakan istrinya benar namun Bara belum bisa menerima kenyataan. Hatinya masih sakit dan api dendam ini tak pernah padam. Nyalanya makin hari semakin besar.
"Sekarang saatnya untuk melanjutkan dan merencanakan ke depan. Fokus harus pada apa yang harus dilakukan selanjutnya dan bagaimana membuat hidup maju daripada melihat ke belakang terus-menerus. Jika kamu terus melihat ke belakang makanya dendam di hatimu tidak pernah usai." Dila membelai pipi suaminya.
"Kita diciptakan untuk melupakan. Melupakan membantu kita untuk fokus pada masalah yang terjadi saat ini dan merencanakan masa depan. Orang yang terlalu terikat pada masa lalu akan merasa sulit untuk hidup dan menjalani di masa kini. Melupakan menciptakan ruang untuk sesuatu yang baru dan memungkinkan orang melampaui apa yang sudah mereka ketahui." Dila menaruh tangannya di dada suaminya.
"Pilihanmu ada dua suamiku. Membalas dendam atau lupakan aku sebagai istrimu!" Dila memberikan ultimatum.
Bara terhenyak lalu bangkit. Tubuhnya gemetar. Dila memberikan pilihan yang sangat sulit untuknya. Bara tidak mungkin rela melepaskan Dila namun tak bisa melupakan dendamnya pada Zico.
Dila mendekati Bara lalu menyandarkannya ke dinding. Lutut Dila menggesek selangkangan Bara. Tubuh Bara menegang bak tersengat listrik. Sesuatu di bawah sana langsung bangkit.
"Cara meredam emosi yang terbaik," bisik Dila seraya meremas kejantanan Bara.
Bara kaget dan shock atas tindakan istrinya namun juga bahagia. Sikap agresif Dila sudah lama diimpikannya.
Dila menarik tangan Bara dan menghempaskan tubuh suaminya di atas ranjang. Dila mengambil posisi duduk di atas perut suaminya.
"Aku atau balas dendam?" Dila mempermainkan suaminya. Menggesekkan miliknya hingga milik Bara semakin menegang.
"Apa aku diberi pilihan kali ini?" Tanya Bara dengan mata berkabut gairah.
"Pilihannya hanya satu sayang. Aku atau balas dendam?" Dila menunggangi Bara hingga membuat pria itu meracau dan kepanasannya. Bara melepaskan pakaian atasnya hingga memamerkan Abs.
Bara sudah tak tahan lagi karena terus dipermainkan istrinya. Jojo sudah meminta lebih tak sekedar gesekan. Bara bangkit dan membungkam Dila dengan ciuman panas yang menggelora. Tangan Bara dengan terampil melepaskan pakaian Dila namun tangannya di tepis sang istri.
"Kenapa?" Bara protes atas tindakan istrinya.
"Kamu belum menentukan pilihan sayang," balasnya menggoda. Dila menghembuskan napas di leher Bara membuat gairah suaminya semakin terbakar.
"Baiklah kamu menang," ucap Bara pada akhirnya. Gairahnya meledak-ledak dan tak bisa dikontrol lagi.
"Layani aku!"
"Aku siap melayanimu sayang," balas Dila menggoda.
Bara menyergap istrinya. Tangannya dengan cepat melepaskan penutup tubuh istrinya dan menyeretnya ke ranjang. Bara mencium bibir istrinya lalu kedua tangannya meremas puncak dada Dila.
Ciumannya turun ke leher lalu turun ke dada. Bara mengecup puncak dada Dila yang telah menegang. Racauan dan desahan kembali terdengar. Seolah menjadi irama yang mengiringi permainan panas mereka. Untuk kesekian kalinya tubuh mereka menyatu dan menikmati cinta yang tak kunjung usai.