124. MELAMPIASKAN KERINDUAN
124. MELAMPIASKAN KERINDUAN
"Ya Tuhan kapan kamu kembali?" Pekik Dila melihat Bara. Wanita itu melarikan diri ke dalam kamar mandi. Belum sempat Dila kabur, Bara menahan tangannya. Terjadi pertempuran sengit sehingga handuk yang melilit tubuh Dila lepas.
Mata Bara melongo melihat tubuh telanjang sang istri. Pria normal seperti Bara langsung terbakar gairah. Pria itu memegang kedua pipi Dila lalu menyambar bibir sang istri gemas. Salah sendiri kenapa menggodanya ketika masuk kamar. Salahkan Dila yang selalu jadi candu dan ia rindukan. Empat tahun menahan arus bawah bukan waktu yang sebentar. Bara tak ingin melewatkan waktu bersama Dila sedikit pun. Bara terus menyerang Dila dengan ciuman. Dila bahkan membutuhkan waktu untuk mengimbangi Bara. Suaminya benar-benar maniak.
Bara mendorong Dila ke ranjang. Gemas, pria itu segera melepaskan pakaiannya. Kini ia dan Dila sama-sama polos, tak mengenakan apa pun. Dila pun tak menolak Bara. Ia rindu suaminya. Bara kembali menyerang titik sensitif di tubuh Dila. Desahan meluncur dari mulut Dila kala mulut Bara mendarat di salah satu puncak dada Dila.
"Bar….." Desahnya meremas rambut Dila. Ingin lebih dan lebih. Tahu jika sang suami hanya miliknya. Dila bertindak agresif. Ia membalikkan tubuh Bara. Ia di atas dan Bara dibawah. Pinggulnya mendarat di perut Bara. Ia elus dan sentuh seluruh tubuh Bara tanpa terlewat sedikit pun.
Bara menutup matanya kala Dila membangkitkan seluruh syaraf di tubuhnya. Pria itu menggelepar seperti ikan kehabisan oksigen. Bara ingin bangkit menguasai permainan, namun Dila mendorong tubuhnya. Bara tersenyum evil melihat kenakalan istrinya. Ini yang Bara rindukan pada Dila. Meski diluar terlihat sopan dan santun, namun ketika bersama suami nakalnya luar biasa. Bara menggeram keras kala Dila menggenggam miliknya. Kedua tangannya bermain dibawah sana.
"Yes…Baby….faster," rintih Bara diselimuti gairah. Pasrah atas kepemilikkan Dila atas dirinya.
"Aku merindukan kenakalan kamu." Bara meremas kedua puncak dada Dila dengan gemas.
Dila menjerit tertahan. Dila dan Bara melakukan 69. Mereka saling memuaskan satu sama lain. Mereka tumpahkan segala kerinduan. Keduanya menjerit gelisah. Bara menghentikan kegiatan mereka. Ia mendekati Dila, kembali menyerang bibir itu dengan ciuman. Mereka bahkan berpagutan lidah tak mau melepaskan sama sekali. Bara mengelus seluruh tubuh Dila. Ia elus punggung lembut itu. Terakhir tangan Bara mendarat di pantat Dila. Ia remas bokong seksi itu hingga pemiliknya menjerit.
"You are mine Dila. Aku akan membawa kamu ke samudra cinta yang tak berkesudahan."
"Bawa aku dalam samudra cinta kamu Bar," balas Dila tak kalah nakal. Ia bahkan mengalungkan kedua tangannya di leher Bara.
"Kita akan bercinta semalaman."
"Kita lakukan sampai pagi," balas Dila diluar dugaan Bara.
Gairah Bara semakin besar mendengar ocehan Dila. Pria itu membuka kedua kaki Dila lebar-lebar. Tanpa ampun ia menyatukan tubuh mereka. Dila mengcengkram punggung Bara ketika hentakan itu semakin cepat dan menyentuh dinding rahimnya.
Suamiku sehebat itu. Bisik Dila nakal di iringi tawa.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" Bara keheranan melihat senyum manis di wajah istrinya.
"Serangan suamiku luar biasa," puji Dila menggigit caping telinga Dila.
"Kamu nakal ya." Bara gemas dan kembali menyerang titik sensitif sang istri.
"Bukannya kamu suka kalo aku nakal." Dila malah menggoda suaminya dengan mengedipkan mata.
"Awas kamu Dila."
"Kamu mau apakan aku?"
"Aku akan terus masuki kamu sampai kamu menyerah."
"Awas saja kalo aku enggak menyerah." Dila malah tersenyum lucu menantang suaminya.
Bara menebarkan kecupan dari telinga ke leher tanpa melepaskan penyatuan mereka. Suara kecipak pertemuan mereka terdengar seksi di telinga keduanya. Bara terus memborbardir Dila dengan cinta yang membara dan menggelora.
Dila menggeliat gelisah tak henti-hentinya mendesah. Seluruh syarafnya berhasil di rangsang Bara. Pria itu benar-benar luar biasa, masih kuat bercinta padahal sudah dinihari. Dila ngeri sendiri ketika Bara terus menggempurnya hingga badannya terasa remuk.
"Bar, aku nyerah. Udah ga kuat." Dila mengangkat tangan.
"Aku kuatkan sayang?" Bara malah menggoda istrinya. "Sedikit lagi." Bara kembali menghentakkan tubuhnya dalam diri Dila.
"Akh....." Dila meringis mendapatkan pelepasan.
Bara melepaskan benihnya dalam rahim Dila. Ia angkat kaki Dila ke atas, setelah itu menurunkannya. Dila sudah tergolek lemah di ranjang akibat perbuatannya. Bara meniup perut Dila.
"Semoga kamu segera tumbuh di rahim Ama nak…." Bara mengusap lembut perut Dila. Berharap Dila segera hamil agar ia segera bisa menebus kesalahan di masa lalu. Bara ingin menemani Dila ketika hamil dan melahirkan anak mereka.
"Aku mencintai kamu hingga akhir waktu. Jadilah pasanganku hingga di akhirat kelak." Bara mencium kening Dila. Pria itu berbaring di sebelah Dila. Mereka tidur dengan lelap.
Perlahan mata Dila terbuka. Belum membuka mata, ia merasakan tulangnya berserakan. Bara benar-benar gila. Ia membuktikan ucapannya. Mereka bercinta sampai pagi. Dila menunduk menatap suaminya yang masih tertidur lelap. Dila mendengar dengan jelas suara dengkuran Bara. Ia membuka selimut, kaget sekaligus shock belum berpakaian sama sekali. Iseng Dila menyingkap selimut Bara. Ternyata sama. Mereka tidur dalam keadaan bugil. Ia melihat bulu kaki sang suami.
"Ternyata suamiku buluan." Dila terkekeh melihat kaki sang suami yang ditumbuhi bulu-bulu cukup lebat.
"Meski buluan tetap cintakan?" Suara serak menginterupsi. "Kenapa intip-intip? Mau lagi?" Bara menaik turunkan alisnya menggoda Dila.
Wajah Dila memerah karena godaan suaminya. "Jangan gila. Badan aku remuk sayang. Kamu nakal."
"Aku suka liat kamu nakal. Mau dibawah lagi." Bara menye-menye bermanja di lengan Dila.
"Mandi Bar. Mandi wajib nich."
"Satu kali lagi baru mandi." Bara bangkit lalu membopong Dila ke kamar mandi.
Bara kembali menyalurkan cintanya di bawah guyuran air. Meski air dingin tapi mereka malah terbakar dalam gairah. Desahan mereka bersahutan.
"Gila kamu." Dila memukul dada Bara.
"Kamu suka kan?"
Keduanya keluar dari kamar mandi. Mereka datang ke meja makan untuk sarapan. Rere bersama anak-anak. Leon, Shaka, Shakel dan Salsa telah selesai makan. Tia membantu Rere memandikan anak-anak.
"Wow…basah. Berapa kali itu." Goda Rere ketika Dila dan Bara duduk di meja.
"Anak kecil jangan banyak tanya." Sanggah Bara malu. Wajahnya merona. Bara seperti remaja yang baru saja jatuh cinta. Rere menyenggol lengan Tia meminta bantuan untuk menggoda sang kakak namun Tia tak memiliki keberanian melakukan itu. Bara atasannya tidak mungkin menggodanya.
"Hai anak-anak Apa?" Sapa Bara pada keempatnya.
Mereka berempat melambaikan tangan pada Bara. Dila menangis haru keluarga kecil mereka kembali bersatu.
"Ada yang kurang," lirih Dila tiba-tiba sedih.
"Apa yang kurang sayang?" Bara menyentuh tangan Dila tanpa malu.
"Hanin biasa makan bersama kami, pasti dia kesepian tidak ada triplets. Hanin membutuhkan seorang ibu dan Dino membutuhkan istri." Dila menatap Rere, namun gadis itu malah buang muka. Tahu jika Dila tengah menyindirnya.
Bara mendekati Dila. Dasar nakal, ia menggigit telinga Dila. Rere dan Tia membuang muka tak sanggup melihat kebucinan Bara pada sang istri.
"Aku akan mempersatukan Dino dan Rere," bisik Bara di telinga Dila.
Dila memegang kedua pipi Bara lalu menyerang suaminya dengan ciuman panas yang menggelora. Tia dan Rere menutup tangan mata anak-anak agar tak melihat adegan dewasa antara Dila dan Bara.
Semua tertawa bahagia meski ada seseorang yang tengah menyembunyikan rasa sakitnya. Bara memeluk ketiga anaknya. Hari itu mereka terbang ke Jakarta. Bara diselimuti rasa bahagia. Kepergiannya ke KL malah mempertemukannya dengan Dila dan ketiga anak mereka. Akhirnya keluarga mereka bersatu lagi. Bara menggenggam erat tangan istrinya. Tak akan pernah melepaskannya lagi. Bara tak ingin berpisah kecuali kematian.
"Aku mencintai kamu tanpa syarat Bar. Aku mencintai kamu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu."
"Aku juga mencintai kamu Dila. Kamu anugerah terindah yang hadir dalam hidupku. Kamu melengkapi hidupku. Tanpa kamu, aku mungkin masih tersesat di jalan kenistaan. Jadilah istriku sampai di akhirat kelak. Terima kasih telah membesarkan triple Abadi dengan baik. BaraDila akan bersama selamanya."
Mereka bertatapan penuh cinta. Mereka bak sepasang pengantin baru yang baru saja mereguk manisnya cinta. Bara mendekati Dila lalu mengecup manisnya bibir sang istri yang selalu ia rindukan.
TAMAT
Versi Reguler
*******
Baca kisah Rere dan Dino di novel "TERJERAT PESONA DUDA TAMPAN". Dijamin
diabetes dan senyum-senyum sendiri. Simpan Di Library Kalian ya.
****
Jrenng...Sudah selesai versi reguler. Mau chapter tambahan yang manis dan membuat kalian senyum-senyum sendiri sudah ada di hak istimewa ya. Kenapa ada versi reguler dan privi? Memberi kesempatan bagi kalian yang hanya mengandalkan FP.
Privi bagi kalian yang mau lanjutan keuwuan mereka. Bocoran di privi penyelesaian prahara keluarga Dila dan Bara. Penyelesaian masalah keluarga Iqbal. Semua cerita yang gantung di versi reguler terjawab di privi tier 5 ( 20 bab). Harga hak istimewa sudah aku murahkan biar kalian tidak berat membelinya. Yang membeli hak istimewa semoga rejekinya dilimpahkan oleh Tuhan. Terima kasih bagi kalian yang sudah membaca menggunakan koin dan membeli hak istimewa selama ini. Apresiasi kalian merupakan vitamin C bagi aku sebagai penulis. Maaf selama ini updatenya jarang karena kesibukan di dunia nyata. Niat hati mau nulis sebanyak mungkin, apa daya pekerjaan dunia nyata dan punya dua anak yang butuh perhatian sehingga aku menulis harus curi-curi waktu.
Maaf menulis hanya sampingan buatku. Aku bukan penulis full time. Aku bekerja sebagai pegawai bank. Tahu sendiri bagaimana sibuknya pegawai bank, tapi demi sebuah hobi aku tidak bisa berhenti menulis karena sudah jadi passionku. Sampai jumpa di novelku yang lain. Silakan follow instagramku @vivibarbara1708.