Jodoh Tak Pernah Salah

105. DINO MERELAKAN DILA



105. DINO MERELAKAN DILA

Pagi itu keluarga Dino berkumpul di meja makan. Formasi lengkap karena ada Lala. Dila bahagia, akhirnya bertemu dengan anak-anak. Semalam mereka melepaskan rindu karena sudah sepuluh hari tidak bertemu. Dino hanya diam, tak bicara pada Dila mau pun Lala. Hanya ada suara denting sendok. Mereka makan dalam suasana diam.     

"Makan yang banyak sayang." Dila menaruh nasi goreng satu persatu di atas meja Hanin dan triplets. Meski mereka masih kecil, Dila tak memanjakan anak-anak. Mereka sudah bisa makan sendiri tanpa disuapi, meski pada ujung-ujungnya banyak makanan yang tumpah daripada masuk mulut. Tidak apa-apa. Namanya juga belajar. Sedari kecil Dila sudah mendidik anak-anaknya mandiri, tak mau mereka manja dan selalu bergantung padanya. Dila mendidik anak-anaknya seperti itu agar menjadi pribadi yang mandiri. Kelak bisa berusaha sendiri tanpa bantuan orang tua. Tidak canggung jika orang tua mereka sudah tak ada.     

"Bagaimana tidur kamu semalam Dila?" Tanya Lala seraya mengunyah makanan.     

"Nyenyak Ante. Alhamdulilah, aku bisa lagi bertemu anak-anak. Aku takut tidak bisa pulang dan tak bertemu mereka lagi. Aku tak sanggup berpisah dari anak-anak."     

"Selama sepuluh hari ini anak-anak rewel menanyakan keberadaan you. You always di hati cucu-cucu ante. You are the best mom."     

"Jangan terlalu memujiku ante." Dila tersipu malu.     

"Lusi menanyakan kabar kamu. Dia shock dan stress tahu kamu jadi korban tsunami."     

"Ante sudah bilang jika aku sudah ditemukan?" Mendadak Dila khawatir pada bundanya.     

"Sudah. Jangan khawatir." Lala menyentuh tangan Dila.     

Dino hanya menatap kedua wanita itu dalam hening. Entah kenapa sejak semalam mulutnya terkunci, tak mau bicara sama sekali. Dino lebih banyak bungkam dan tak mau bicara.     

"Ama, aku sayang sama Ama," ucap Salsa dari bibir polosnya. Gadis kecil itu memeluk Dila dengan erat. "Jangan pergi lagi Ama. Aku rindu Ama."     

"Hanin juga." Hanin tak mau kalah. Gadis itu ikut-ikutan memeluk Dila.     

"Ama juga sayang kalian nak." Dila mengecup puncak kepala Salsa dan Hanin bergantian. Shaka dan Shakel tak mau kalah. Keduanya juga ikut-ikutan memeluk Dila.     

"Sayang Ama banyak-banyak," ucap Shakel menirukan logat bicara Upin dan Ipin.     

"Ama juga sayang kalian semua."     

"Baba tidak mau berpelukan bersama?" Hanin memanggil Dino.     

"Kalian saja. Baba masih lapar dan ingin makan." Dino menolak secara halus.     

Dila bercengkrama dengan keempat anaknya. Mereka bermain bersama di ruang keluarga, meninggalkan Lala dan Dino.     

"Dari tadi you silent. What happen?"     

"Tidak ada apa-apa." Dino masih sibuk makan bahkan tak menatap Lala sedikit pun.     

"Tidak apa-apa tapi wajah you seperti orang kalah main judi. Kenapa Dino? Bicaralah. Sejak Dila kembali kamu berubah. Kamu tidak happy Dila kembali?"     

"Aku bahagia ma, tapi hatiku patah. Aku berjanji pada diriku sendiri. Jika Dila ditemukan, maka aku akan melepaskan dia pada Bara. Kebahagiaan Dila bukan bersamaku. Kebersamaan kami hanya demi anak-anak. Simbiosis mutualisme. Kami bersama agar anak-anak tidak kekurangan kasih sayang ayah atau ibu. Aku sudah mencoba meraih hati Dila namun semakin aku raih dia semakin jauh. Jauh panggang daripada api."     

"Jadi kamu menyerah?"     

"Iya. Aku menyerah. Aku relakan Dila kembali pada Bara."     

"Bara? Jangan bilang Aldebaran? Mantan suami Dila?"     

"Bukan mantan ma. Masih suami Dila. Mereka belum bercerai secara hukum. Dila dan Bara masih terikat dalam pernikahan yang sah. Asal mama tahu jika Dila sudah menerbitkan akte kelahiran si kembar. Tertulis mereka anak Aldebaran dan Fadilla Elvarette. Aku bisa apa ma? Bukankah hakikat tertinggi dari mencintai adalah melepaskan? Aku sudah berjanji pada diriku. Jika Dila ditemukan dalam keadaan hidup maka aku akan melepaskan Dila. Aku relakan dia kembali pada cintanya.     

"Kamu yakin dengan keputusanmu Dino?"     

"Yakin ma, sangat yakin. Jangan biarkan aku jadi lelaki egois yang memikirkan ego sendiri. Dila layak bahagia ma. Kebahagiaan dia ada bersama Bara."     

"Kamu bukan Dino yang mama kenal. Apa yang terjadi Dino? Apa kamu sedang kesurupan?"     

Dino tertawa lucu mendengar perkataan Lala. Mamanya korban sinetron. Masa orang kesurupan bisa bicara setenang itu?     

"Ma, jangan drama. Kami tidak bisa jadi pasangan. Kami hanya bisa sebagai sepupu. Aku tidak mau merampas kebahagiaan Dila. Cukup om Defri dan Iqbal merampasnya, aku jangan. Dia sudah dua kali dipatahkan om Defri. Dulu kisah cintanya dengan Fatih sekarang Bara. Dila sudah hebat menerima kenyataan. Tidak mudah menerima pasangan yang masa lalunya buruk. Bara sendiri juga tidak bisa melupakan Dila. Mereka sudah bertemu Ma."     

"Bertemu? Dimana?" Lala tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya.     

"Pangkor Laut Resort. Bara juga diundang Tuan Irfan Khan."     

"Apa yang tengah berlaku?"     

"Takdir ingin menyatukan mereka kembali. Dila terdampar di sebuah pulau bersama Bara."     

"Kenapa bisa?"     

Dino angkat bahu memasang wajah datar. "Mana aku tahu mama. Yang jelas Bara masih mencintai Dila meski ia hilang ingatan. Aku bisa melihat cinta itu begitu dalam."     

"Dino kamu yakin melepaskan Dila?"     

"Yakin ma."     

[ Sangat yakin Ma. Cinta tak bisa dipaksakan. Dila layak bahagia bersama Bara. Cintanya ada bersama Bara bukan denganku. Kecewa pasti kecewa, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Memaksakan cinta hanya akan menimbulkan luka. Aku harus menyelesaikan masalahku. Gesa dan misteri dibalik kematian istriku. Aku sadar jika aku hanya butuh Dila bukan cinta dia. Cinta Ananya masih bersemanyam di dalam hatiku]     

"Mama tidak bisa memaksakan keputusan kamu. Jika kamu sudah merelakan Dila, mulai dari sekarang berbesar hatilah menerima keputusan Dila. Bisa jadi Dila akan kembali pada Bara lalu membawa anak-anak mereka. Hanin akan sendirian. Mama hanya takut mental Hanin down, berpisah dari Dila dan adik-adiknya. Mama harap kamu mencari istri baru. Kalo sudah lama menduda Dino. Sudah mau empat tahun dan kamu masih sendiri. Kamu butuh istri yang melayani dan merawat kamu. Hanin butuh sosok ibu di masa emasnya."     

"Istri?" Kening Dino berkerut. Entah kenapa ia tidak suka jika pembahasan Lala tentang istri baru.     

"Iya. Kamu harus cari pasangan lagi. Kamu lelaki Dino. Butuh istri yang mendampingi. Mama tidak mau kamu rapuh pasca Dila pergi meninggalkan kamu."     

"Ma, aku kuat. Aku bisa hidup tanpa istri. Selama ini aku jalani sendiri. Aku enjoy."     

"Berusaha untuk enjoy bukan enjoy. Kamu hanya beradaptasi dengan keadaan Dino. Tentang Bara bagaimana reaksi dia ketika bertemu dengan Dila?"     

"Dia bersikap biasa saja. Bara hilang ingatan mama."     

"Apa? Hilang ingatan?" Lala mendapatkan kejutan demi kejutan.     

"Iya. Bara menjadi korban penembakan. Dia tertembak ketika mencari Dila waktu kabur."     

Lala menutup mulutnya, sementara itu Dila tak sengaja mendengar percakapan keduanya.     

"Jadi Dino sudah tahu siapa Bara? Berarti dia?" Mata Dila membulat, tak percaya dengan pikirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.