Jodoh Tak Pernah Salah

102. CINTA SATU MALAM ( 21+ )



102. CINTA SATU MALAM ( 21+ )

Dada Angga terasa sesak kalo ucapan dari mulut manis Rere meluncur. Sulit ia percaya jika Rere hamil dengan pria lain. Gadis sepolos dan selugu Rere ternyata bisa berbuat nakal. Angga merasa dikhianati.     

"Aku tidak sangka kamu serendah itu." Maki Angga geram mengepalkan tangan.     

"Aku memang wanita rendahan. Jangan dekati wanita rendahan ini," balas Rere menohok. Ada rasa lega di hatinya setelah mengungkap kebenaran.     

Angga pergi dari hadapan Rere dan Bara dengan perasaan kecewa. Ia menghempaskan pintu kamar dengan keras. Sakit, pedih ia rasakan di ulu hatinya. Perempuan yang ia perjuangkan ternyata bermain cinta dengan pria lain hingga hamil anak pria itu.     

Bara melipat kedua tangannya, menatap nyalang pada Rere yang tengah menangis pilu. Sepahit apa pun kebenaran harus diungkapkan. Bara mendekati Rere lalu memeluknya. Bara mengelus rambut Rere. Ia paham betapa terlukanya Rere mengungkap semuanya. Tak banyak korban pelecehan berani speak up seperti Rere tadi, meski sudah terlambat.     

"Bang, gue jahat," cebik Rere memukul dada Bara.     

"Iya kamu jahat." Bara malah mengamini ucapan Rere.     

"Kenapa abang bilang aku jahat?" Rere memprotes, melepaskan pelukan Bara.     

"Jahat karena telah membohongi banyak orang. Sampai kapan kamu pendam rahasia ini? Katakan padaku! Kenapa kamu tidak mau pria yang menghamilli kamu bertanggung jawab?"     

"Jangan paksa aku untuk bicara bang." Pinta Rere memelas.     

"Kamu takut datang ke KL karena pria itu dan takut diburu penjahat yang memburu Gesa?"     

"Itu abang tahu. Aku berani datang hanya demi abang. Memastikan kamu baik-baik saja. "     

"Jangan pikirkan aku. Pikirkan kebahagiaan kamu Rere. Leon sudah berusia dua tahun. Kamu harus pikirkan masa depan dia. Meski dia laki-laki, tidak butuh wali ketika menikah tetap saja Leon berhak tahu, siapa ayah biologisnya. Aku hanya om bagi Leon. Peranku sebagai ayah tidak bisa menggantikan peran ayah biologis Leon. Bicaralah Rere. Dulu aku tidak bisa memaksamu karena keterbatasanku. Kini aku bisa melakukan semuanya. Sebelum dia aku temukan dengan caraku lalu membunuhnya, lebih baik kamu cerita duluan."     

"Abang mengancamku?" Rere mundur menjauh dari Bara.     

"Anggap saja seperti itu. Bicaralah siapa yang menghamili kamu?"     

"Yang jelas bukan Angga." Rere menahan sesak di dadanya.     

_________________________________________________________________________________________________________     

"Jangan lupa masukkan bahan perangsang dalam minuman lelaki itu." Seorang lelaki menunjukkan seorang lelaki minum di hadapan bartender. "Rencana kita harus berjalan dengan lancar." Si pria memberikan obat dan tips pada seorang bartender.     

Rere terperanjat kala mendengar ucapan sang pria. Ia menatap arah telunjuk pria itu. Ia kaget. Rere kenal dengan pria yang akan dijebak. Mr X adalah CEO tempatnya magang. Rere sangat mengenal sang pria meski tidak pernah bertegur sapa. Mr X pria idaman setiap wanita di kantor. Meski Mr X sudah menikah dan punya anak, namun tetap saja para karyawan wanita mengidolakannya. Rere sedang berada di bar karena baru saja mengadakan pesta dengan teman-teman kampusnya. Selayaknya remaja yang hidup negara lain, kehidupan Rere sedikit bebas karena tinggal jauh dari orang tua. Rere sudah terbiasa minum wine karena suka hura-hura istilah kerennya dugem. Menghilangkan penat pasca seharian bekerja atau kuliah.     

Beberapa hari ini Mr X memang rajin datang ke bar untuk minum. Melepaskan luka hati yang tengah menderanya. Hanya alkohol yang menjadi temannya melepaskan penat dan luka di hatinya. Tatapan matanya kosong, tak ada semangat untuk hidup. Hatinya telah patah dan mati. Hanya ada kekosongan dan kehampaan dalam hatinya. Pria itu minum hingga botol ketiga. Ia minum wine dengan kadar alkohol tinggi.     

"Pergilah. Masukan obat ini dalam minuman pria itu!"     

Sang bartender tersenyum sumringah menerima obat perangsang dan uang tips. Pria itu beranjak, mendekati ke arah Mr X. Jiwa kemanusiaan Rere tergugah. Meski Mr X dingin dan tak dekat dengan karyawan namun pria itu sangat baik. Rere menguping pembicaaran pria yang akan menjebak Mr X.     

"Tenang saja tuanku. Saya sudah menaruh minumam perangsang pada dia. Ketika obatnya telah bekerja, kita akan melakukan penggerebekan membawa wartawan. Wanita malam sudah saya sewa untuk membantu rencana kita." Pria itu bicara dalam bahasa Melayu.     

Rere sontak kaget. Jantungnya nyaris berhenti berdetak. Tega sekali orang itu menjebak Mr X, padahal pria itu atasan yang sangat baik.     

"Aku tidak bisa membiarkan Pak bos dijebak. Aku harus menolong dia." Rere bicara dalam hati.     

Bartender suruhan sang pria asing menuangkan obat perangsang dalam minuman Mr X, kala pria itu menambah minumannya. Pria itu teler sehingga tak melihat sang bartender memasukkan sesuatu dalam minumannya.     

Sebelum Mr X meminum minuman yang diberikan bartender, Rere merampas gelas itu. Bersikap seperti wanita nakal agar sang bartender tidak curiga.     

"Ampuni aku minum minuman Tuan? Sepertinya enak." Rere dengan berani meneguk wine yang telah dicampur dengan perangsang hingga tinggal setengah.     

"Beraninya kamu mengambil minumanku." Mr X merebut minumannya dari tangan Rere lalu meminumnya hingga habis.     

Rere terperanjat kala Mr X menghabiskan semuanya. Rere sudah terbiasa minum sehingga tak terlalu mabuk, namun gejolak panas menderanya. Rere menyadari kebodohannya. Kenapa ia meminum minuman itu? Mr X sedikit gerah. Menepis kecurigaan sang bartender, Rere menarik tangan si pria. Waktu Rere sempit untuk menyelamatkan Mr X dari musuhnya.     

Rere membopong Mr X menuju mobilnya. Ia meletakkan satu tangan Mr X di bahunya, tangannya menahan tubuh Mr X.     

"Dimana rumah Tuan?" Tanya Rere ketika kesadarannya masih stabil.     

"Jangan ke rumah saya. Antarkan saya ke apartemen B," ucap Mr X dengan suara serak.     

Rere mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, harus segera pergi sebelum orang yang menjebak Mr X sadar jika targetnya sudah hilang.     

Rere membawa Mr X menuju apartemennya. Untung saja kunci apartemen Mr X menggunakan sidik jari sehingga Rere tak perlu repot-repot mencari kunci. Pikirannya sudah kacau. Efek perangsang telah terasa ditubuhnya, begitu juga dengan Mr X. Tubuh mereka panas dan merasa gatal di beberapa bagian.     

Mr X menarik tangan Rere menuju kamarnya. Mereka terbakar gairah. Mata keduanya berkabut gairah. Mr X melepaskan pakaian atasnya hingga menampakkan dada bidangnya. Rere semakin bergairah, otak dan tubuhnya tidak sinkron. Hatinya menolaknya namun tubuh mendamba. Mr X melumat bibir Rere dengan ganas. Bukannya menghindar Rere malah menikmati cumbuan sang pria. Ia malah mengalungkan lengannya di leher Mr X.     

"Ah....." Desah Rere kala Mr X menjelajahi leher jenjangnya. Pria itu melucuti satu persatu pakaian Rere.     

"Sayang akhirnya kamu pulang. Aku sangat merindukan kamu." Mr X terkikik melepaskan ikatan rambut Rere. Rambut gadis itu tergerai. Rambutnya berterbangan, terlihat seksi di mata Mr X.     

"Iya sayang. Aku pulang," jawab Rere dengan suara serak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.