96. SANDIWARA DIMULAI
96. SANDIWARA DIMULAI
Bara semakin kesal dibuatnya. Kenapa Dila tidak tahu diri memamerkan kedekatannya dengan sang suami.
Bara menatap ke arah pintu. Ia berulang kali mengucek matanya, memastikan tidak salah lihat.
"Hai sayang," sapa Bara melambaikan tangan.
Dino dan Dila menoleh untuk melihat siapa yang datang. Seorang wanita cantik dengan rambut tergerai, memakai kacamata hitam, mengenakan celana jeans dengan sweater hitam masuk.
"Bahagianya aku melihat kamu." Bara tersenyum kecut. Jelas sekali jika senyumnya dipaksakan.
Rere melepaskan kacamatanya. Menatap kaget pada Dila dan Dino. Ia cepat tanggap, mengerti kenapa Bara bersikap aneh sampai memanggilnya sayang.
Rere cepat menghampiri Bara lalu memeluk sang kakak tiri.
"Sayang kamu gapapa. Aku khawatir sama kamu," ucap Rere dengan nada lebay. Rere kesal karena Bara mengajaknya bersandiwara. Rere kesal, lalu mencubit pinggang Bara.
"Bang. Aku butuh penjelasan kamu." Bisik Rere di telinga Rere.
Bara membelai punggung Rere bak suaminya yang baru bertemu dengan istrinya setelah berpisah cukup lama.
Rere kesal dengan sikap kekanakan kakak tirinya. Ia mencubit pinggang Bara sekali lagi.
"Awwwwww." Teriak Bara seperti orang yang mendapat pelepasan.
Dino dan Dila sampai terperengah dan kaget melihat sikap keduanya. Rere melepaskan pelukannya. Ia menatap Dila.
"Terima kasih telah menyelamatkan suamiku," ucap Rere mengulurkan tangan pada Dila.
Meski cemburu dan enggan ia membalas jabatan tangan Rere.
"Apa Puan yang menyelamatkan suamiku?" Tanya Rere pada Dila. Rere ingin melihat bagaimana reaksi sang kakak ipar.
Wajah Dila pias dan shock, mengenal istri baru Bara. Perempuan itu sangat cantik. Tinggi semampai, berkulit putih bak cewek Korea, tubuh langsing dan gaya seperti anak kuliahan. Bara benar-benar pandai mencari istri. Tebersit rasa cemburu dalam hati Dila. Mengepalkan tangan dengan kuat. Tak tahan melihat kemesraan keduanya.
Dino menatap Dila dalam diam. Pria itu tahu jika Dila tengah cemburu pada istri Bara.
"Kenalkan nama saya Rere." Rere memperkenalkan diri. "Ini suami puan?" Rere melengkungkan bibir menunjuk Dino.
Dila malah mengangguk dan mengiyakan pertanyaan Rere. Dila juga mau pamer pada Bara jika ia punya pasangan. Memangnya hanya Bara yang bisa pamer.
"Sayang darimana kamu tahu aku berada disini?" Bara menanyai Rere. Masih kaget dan takjub sang adik tiri yang datang mencarinya.
"Dari posko bencana. Penemuan kamu sudah dilaporkan sayang. Ini lengannya kenapa di perban sayang?" Rere memegang lengan Bara yang terbungkus perban. Wajah Rere pias takut sesuatu buruk menimpa kakaknya. "Ceritakan apa yang terjadi?" Rere meminta penjelasan.
"Aku terluka karena digigit ikan hiu?"
"Apa?" Suara Rere melengking mengagetkan semuanya. Rere menutup mulutnya sendiri, sadar jika suaranya sangat keras.
"Sepertinya kalian butuh privasi. Kami pergi dulu," ucap Dila menarik Dino keluar dari ruang perawatan.
Rere menutup pintu kamar. Ia menguncinya dari dalam. Memastikan jika Dila dan Dino telah pergi. Rere mendekati Bara.
"Bang, kamu hutang penjelasan padaku." Rere berkacak pinggang menampakkan wajah galak.
"Sejak kapan ingatan kamu kembali?" Cecar Rere bertubi-tubi.
"Apaan sih Re." Bara tak berani menatap wajah adik tirinya.
"Aku tahu abang lagi manas-manasi kak Dila."
"Kamu tahu siapa perempuan itu?" Bara meminta penjelasan. Ia bangkit dari ranjang. Memegang lengannya yang dibalut perban.
"Dia istri yang kamu cari selama ini bukan?"
Mata Bara membulat, tak percaya jika Rere tahu sejauh itu.
"Dia yang kamu kejar ketika kabur."
"Sejauh mana kamu tahu Rere." Bara menyentuh bahu Rere. Ia memandang adik tirinya penuh selidik.
"Aku akan bicara jika abang jujur sama aku. Sejak kapan ingatan abang pulih?"
"Ingatanku belum pulih Rere." Bara berdusta. Tak berani menatap mata Rere.
"Aku adik kamu bang. Meski kita hanya saudara tiri, tapi kita sangat dekat. Katakan padaku sejak kapan ingatanmu kembali? Aku tahu kamu hanya ingin memanasi kak Dila. Ingin tahu bagaimana perasaannya sama kamu. Aku juga bahkan tahu jika kalian punya anak kembar tiga. Shaka, Shakel dan Salsa."
"Rere sejauh apa kamu mengetahuinya?" Bara meremas rambutnya frustasi. Tak menyangka jika sang adik sangat mengerikan.
"Ayo jujur." Rere malah tertawa menyenggol lengan Bara yang terluka.
"Apaan sih." Gerutu Bara memutar lengan yang dibalut perban.
"Abang pura-pura sakit?" Rere kembali menebak membuat Bara semakin kesal. Ia dikuliti habis-habisan.
"Kamu lebih bahaya dari Dian."
"Aku anak didikan teh Dian." Rere malah mengamini ucapan Bara.
"Jadi pura-pura hilang ingatan dan pura-pura sakit biar diperhatikan kak Dila?"
"Darimana kamu tahu jika Dila istriku? Setahuku di rumah tak ada foto-foto pernikahanku dengan Dila."
"Aku ke Padang mencari tahu."
"Kenapa?"
"Aku enggak mau melihat abang menderita karena kehilangan istrinya. Bang, kebaikan kamu sama aku tak akan bisa dibalas dengan apa pun. Makanya aku mencari tahu siapa istri kamu. Aku tahu tak mudah bagi kamu melewati semua ini. Hampir empat tahun lupa dengan diri sendiri dan juga keluarga."
Bara menangis terharu menyentuh pipi sang adik. Bahagianya memiliki saudara yang tak pernah ia miliki selama ini. Pernikahan Herman dan Ainil menjadi berkah untuknya. Memiliki adik seperti Rere, yang sangat menyayanginya.
"Terima kasih Re. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Terharu jika kamu seperti ini. Jangan bilang kamu kerjasama dengan Tia?"
"Siapa lagi sekutu aku bang. Jika bukan dia?" Rere gemas malah mencubit kedua pipi Dila.
"Jadi abang nyasar sama kak Dila di pulau. Enak dong lepas kangen sama istri."
"Dia bukan lagi istriku. Dia istri Dino." Bara bermuram durja. Wajahnya menekuk karena kecewa.
"Siapa bilang kak Dila menikah dengan Dino?"
"Maksudnya?" Wajah Bara berbinar-binar.
"Dia dan Dino hanya sepupu bang. Dino itu anak dari adiknya tante Lusi, mertua abang."
"Kamu tahu fakta ini , tapi diam saja." Bara mencubit pipi Rere gemas. Terharu sang adik sangat memperhatikannya. "Terima kasih untuk segalanya Re. Kamu seperti adik kandungku. Bahagia memiliki adik seperti kamu."
Rere menendang tulang kering Bara hingga pria itu kesakitan.
"Apa-apaan sih Re?" Baru saja memuji Rere, namun wanita itu malah menendangnya.
"Kenapa membohongiku. Apa yang sedang abang rencanakan?"
"Kamu sudah tahu apa maksudku?" Bara menyunggingkan senyum.
Rere bersedekap, menaik turunkan alisnya.
"Jawab dulu pertanyaanku. Sejak kapan abang ingat semuanya?"
Bara sudah tidak bisa membohongi adiknya. Mau tidak mau Bara harus bicara agar Rere mau bersandiwara supaya Dila masuk dalam perangkapnya.
"Kenapa penting banget tahu jika ingatanku sudah pulih?"
"Tentu penting sekali, agar tahu kapan aku dibohongi."
"Aku ingat semuanya ketika sampai disini. Kinanti menceritakan masa laluku. Kepalaku pusing waktu itu. Saat itulah memori masa lalu berkelebat di ingatanku. Aku tahu jika Shaka, Shakel dan Salsa anakku dari program bayi tabung. Salsa sangat mirip denganku. Hanya beda jenis kelamin." Bara mendapatkan cubitan dari Rere.