Jodoh Tak Pernah Salah

92. PENYESALAN DINO



92. PENYESALAN DINO

"Aku kepikiran Dila mama. Sudah seminggu belum ada berita tentang dia. Apakah dia selamat atau tidak." Dino malah menangis di paha Lala. Hanya sang ibu yang dapat memahami perasaannya. "Aku tak bisa membayangkan jika Dila benar-benar meninggal karena peristiwa itu. Aku pembunuh mama."     

"Don't judge yourself. Mungkin ini sudah takdir dari Tuhan. Mama believe jika Dila still alive. Dila strong woman. Mama yakin dia bisa bertahan. Feeling mama tidak pernah salah. Dila masih hidup dan berada di suatu tempat. Dino, you have to try mencari Dila. Sebar orang dimana pun untuk mencari tahu keberadaan Dila. Bisa saja dia terdampar di suatu tempat asing, namun tidak bisa kembali."     

"Mama aku tidak mau berharap. Terlalu berharap membuatku kecewa. Berharap pembunuhan Ananya bisa terungkap." Dino malah ingat dengan almarhumah istrinya.     

"Kenapa kamu bahas Ananya lagi. Dino move on. Ananya sudah tenang disana. Jangan usik dia lagi. Mama yakin dan percaya jika Ananya tidak mabuk. Kecelakaannya di sabotase."     

"Bagaiamana aku tidak ingat mama. Istriku mati dalam keadaan terhina. Nama baik yang telah dia bangun sepanjang kariernya rusak karena berita kematiannya. Sebagai suami aku harus membersihkan nama baik istriku. Dia ibunya Hanin mama. Tidak mungkin aku tidak cerita pada Hanin tentang dia. Cepat atau lambat Hanin harus tahu jika ibunya Ananya bukan Dila." Dino emosional. Entah kenapa ia masih tak bisa melupakan kecelakaan tragis yang menimpa Ananya.     

"Calm down Dino. Live must go on. Mama percaya jika Ananya tidak seperti itu. Dia menantu yang baik. Jarang selebriti sebaik dan sesopan dia. Hanya ada satu dari ribuan aktris but Ananya sudah meninggal. Please…..jangan bicarakan dia lagi jika hanya membuat luka di hati kamu. Sekarang kita harus pikirkan bagaimana cara menemukan Dila. Tante Lusi akan datang ke KL."     

"Apa mama cerita sama tante Lusi jika aku meninggalkan dia di Parkour Laut Resort?"     

Lala menggeleng, "Tidak mungkin mama cerita Dino. Yang ada my sister will be angry. You akan disalahkan."     

Dino menggenggam tangan Lusi. Berterima kasih karena Lala sudah melindunginya.     

"Why did you leave Dila? Tell me Why?"     

"Aku kecewa sama Dila mama."     

"Kecewa kenapa?" Lala ingin mengorek lebih dalam.     

"Dia tak pernah mau menerimaku." Dino berusaha tegar.     

"Bagaimana kalian bisa saling menerima jika kamu masih belum move on. Dalam setiap tarikan napas kamu masih ada Ananya. Dila juga begitu masih ada Bara dalam hatinya. Sudah saatnya kamu tahu." Lala menggantung kata-katanya beberapa saat, lalu melanjutkan ucapannya. Lala menceritakan tentang masa lalu Dila dan bagaimana pernikahannya.     

"Sepertinya kamu sudah tahu?" Lala curiga karena Dino tak terkejut sama sekali. Pria itu memasang wajah datar.     

"Sudah mama. Aku sudah lama mengetahuinya karena aku sudah menyelidikinya. Satu hal lagi yang harus mama tahu…." Dino diam seraya berpikir.     

"Apa yang harus mama tahu?" Lala semakin penasaraan. Dino masih saja diam belum melanjutkan kata-katanya. "Faster Dino. Tell me!"     

"Dino sudah tahu kisah Dila dan Bara. Mereka bahkan sudah bertemu di Parkour Laut Resort," ucap Dino menghembuskan napas berat.     

"Apa?" Lala tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. "Jadi ini penyebabnya kamu meninggalkan Dila disana?"     

"Ya," jawab Dino singkat. Memandang sudut jendela kamar. Angin sepoi-sepoi. Menerbangkan gorden jendela.     

"Bara pingsan lalu Dila membawanya ke kamar. Hanin memergoki mereka berdua."     

"Apa?" Lala sampai menutup mulutnya yang menganga. Fakta demi fakta yang dibeberkan Dino membuatnya terhenyak.     

"Lalu mereka memutuskan untuk kembali bersama?" Lala bertanya lebih lanjut.     

"Tidak." Dino membalas cepat. Pria itu bangkit dari ranjang. Dino membuka laci nakas lalu mengambil foto Ananya. Senyum Ananya dalam foto itu melegakannnya.     

"Kenapa bisa?"     

"Bara mengalami amnesia. Dia ditembak lawan politiknya saat mencari Dila ketika kabur."     

"Kamu mengetahui semua ini kenapa tidak memberi tahu mama Dino?"     

"Buat apa?" Dino bersikap masa bodoh.     

"Setidaknya keluarga tante Lusi harus tahu masalah ini. Defri dan Iqbal harus membayar perbuatan mereka." Lala sangat geram dengan sikap ipar dan juga keponakannya itu.     

"Karma sudah dibayar kontan mama. Iqbal membayarnya dengan hancurnya keluarga dia. Kedua istrinya minta cerai dan berpisah dari ketiga anaknya. Om Defri, sudah kehilangan wibawanya sebagai kepala keluarga di mata tante Lusi. Tak ada yang perlu dibayar lagi."     

"Jadi apa yang kamu rasakan pada Dila. Apa kamu mencintainya?"     

"Entahlah ma. Aku tidak tahu." Dino menyentuh dadanya, bingung dengan perasaan yang ia rasakan pada Dila. Entah itu cinta, rasa kagum atau hanya saling butuh saja.     

"Kamu harus yakinkan diri kamu Dino. Jika kamu yakin dengan perasaan kamu, mama akan buka jalan dengan Dila jika dia ditemukan."     

"Tidak perlu mama."     

"Why Dino. I don't understand you. What do you want?"     

"Aku tidak ingin penjarakan Dila demi membesarkan Hanin. Putriku sudah beranjak besar mama. Sudah saatnya dia tahu siapa ibu kandungnya. Aku akan membiarkan Dila bahagia dengan Bara. Jika mereka ditemukan aku yang akan mengantarkan Dila pada Bara."     

"Bagaimana jika Bara sudah menikah?"     

Dino diam tak bisa menjawab. Hening menyelimuti ibu dan anak itu. Lala mengerti apa yang Dino rasakan.     

"Untung saja kami tidak pernah menikah mama. Kami hanya sepakat tinggal bersama demi anak-anak. Aku sadar jika di hati Dila masih ada Bara. Aku justru kasihan sama Dila."     

"Kasihan kenapa?"     

"Ketika cintanya terlalu dalam pada Fatih, mereka tidak bisa bersama. Om Defri malah menikahkan Dila dengan Bara. Ketika cinta itu sudah tumbuh, mereka dipisahkan karena Om Defri malu punya menantu mantan gay. Tidak mudah bagi Dila meninggalkan suami ketika sedang hamil muda. Dia berjuang sendirian hamil anak kembar. Aku tahu kebahagiaan Dila ada bersama Bara. Aku akan melepaskan dia. Aku berjanji mama jika Dila ditemukan."     

Lala menyentuh pipi Dino, menatap mata putranya. Berusaha meyakinkan diri jika Dino serius dengan ucapannya. Lala tahu jika Dino mulai jatuh cinta pada sepupunya itu. Dino berusaha memberikan yang terbaik bagi Dila dan triplets.     

"Kamu serius dengan ucapanmu Dino?" Lala meminta kepastian.     

Dino menggenggam erat tangan sang ibu. "Aku serius ma. Hakikat tertinggi dari mencintai adalah melepaskan. Melepaskan dia untuk mendapatkan kebahagiaan. Jika dia tidak pernah bahagia bersama kita kenapa kita harus memaksakan kehendak? Anggap saja ini penebusan dosaku telah meninggalkan Dila. Aku emosi kala itu. Dila membawa Bara ke kamarnya. Aku bukanlah malaikat yang tak bisa marah, namun harus tahu diri. Dari awal aku tidak pernah ada dihati Dila. Kebahagiaan Dila ada bersama Bara dan anak-anak mereka."     

"Dino ini bukan seperti kamu. Apa kamu benar-benar anakku?" Lala masih tak paham dengan pemikiran Dino.     

[ Aku masih anak mama. Aku harus melepaskan Dila demi menebus dosaku di masa lalu. Masalah Ananya belum selesai namun aku sudah menghadapi masalah baru. Kenapa baru tahu sekarang? ]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.