Jodoh Tak Pernah Salah

81. TERJEBAK ( 2 )



81. TERJEBAK ( 2 )

Kinanti mendorong Dila hingga tubuhnya terhuyung ke belakang. Punggung Dila sakit ketika membentur dinding. Matanya hanya bisa melihat sebelah karena lebam.     

"Jangan pernah membohongi gue. Gue tahu jika lo akan mengembalikan ingatan Bara. Gue enggak pernah membiarkan kalian bersatu."     

"Jangan asal bicara ," pekik Dila murka. Ia menjambak rambut Kinanti hingga rontok. Seenaknya saja wanita itu menganiayanya. Dila tidak terima Kinanti menyakitinya. Dila bukanlah pemeran protagonist dalam sinetron, meski disakiti akan diam saja. Dila bukan orang seperti itu. Jika bisa membalas kenapa tidak.     

"Lo," pekik Kinanti menyayat hati ketika Dila menendang perutnya. Dila membalas dendam.     

Kinanti terjatuh ke lantai. Pinggangnya sakit efek terhempas. Wanita berdada besar itu menangis. Ia kesakitan efek penganiayaan Dila.     

"Lo pikir gue akan diam ketika lo mukul gue? Jangan pikir gue lemah Kinanti. Gue tidak selemah yang lo kira." Dila berkacak pinggang. Ia merunduk dan mendekati Kinanti. Dila bahkan mencengkram dagu Kinanti.     

Kinanti malah meludahi Dila. Untung saja Dila sempat menghindar. Dila murka, ia melayangkan pukulan ke wajah Kinanti namun perempuan itu menepis tangan Dila.     

"Jika lo tidak lemah tidak mungkin lo meninggalkan Bara begitu saja."     

Dila terhenyak. Ia kembali bungkam. Kenapa Kinanti banyak tahu tentang masa lalunya?     

"Seberapa banyak lo tahu masalah kami?"     

"Semuanya gue tahu bahkan alasan lo meninggalkan Bara. Keluarga macam apa ayah dan abang lo? Tega menghancurkan pernikahan anaknya? Ayah macam apa yang lo punya?" Kinanti tergelak tawa menghina Defri.     

"Tutup mulut lo." Dila emosi melayangkan pukulan namun Kinanti kembali menepis tangannya.     

"Gue enggak akan tutup mulut gue. Keluarga lo jahanam Dila. Kadang gue kasian sama lo. Selalu ayah lo yang menghalangi cinta lo. Dulu Fatih sekarang Bara. Apa lo benar-benar anak ayah lo? Jika lo memang darah daging Defri Sulaiman tidak mungkin si tua bangka itu tega menyakiti lo." Kinanti tergelak tawa. Ia tertawa hingga perutnya sakit. Memperolok dan mempermainkan perasaan Dila sangat menyenangkan baginya.     

"Lo jaga batasan Kinanti. Gue tidak terima lo menginjak-injak harga diri ayah gue. Sampai kapan pun tidak akan gue biarkan. Gue tidak terima ucapan lo."     

"Jika lo tidak terima lo mau apa?" Kinanti menaikkan lengan bajunya seolah siap untuk berperang.     

Dila mendorong Kinanti. Ia sakit hati dan terhina kala wanita berdada besar itu menghina Defri. Meski Defri telah menyakitinya dan memisahkannya dengan Bara namun tidak terima jika ada orang lain yang menghina ayahnya.     

"Lo jangan ikut campur urusan keluarga gue. Setidaknya ayah gue mendidik kami dengan baik. Jika ayah lo mendidik kalian dengan benar tidak mungkin lo bercerai dengan suami lo, tidak mungkin lo pakai baju kurang bahan dan melakukan cinta satu malam dengan sembarangan pria. Jika ayah lo bermoral pasti lo akan bermoral juga. Lo cerminan perempuan merendahkan martabat perempuan lain. Mau mengelak apa lo?"     

Kinanti kalah telak. Gilirannya yang terdiam mendengar ucapan Dila yang tajam seperti silet. Tak pernah menduga ada orang yang menghinanya seperti Dila.     

"Jangan pernah ikut campur dalam masalah pribadi gue." Ancam Kinanti dengan gigi bergemeletuk.     

"Seharusnya lo nasehati diri lo sendiri," balas Dila. Entah apa yang tengah bergejolak di dalam hatinya. Ia sangat marah dan terhina kala wanita itu menjelek-jelekkan Defri. Meski sikap Defri seperti itu namun pria itu tetap ayahnya. Defri yang membuatnya terlahir ke dunia, tidak mungkin ia biarkan orang lain menghina ayahnya.     

Kinanti malah terkekeh,"Kadang gue enggak mengerti dengan jalan pikiran lo. Lo udah disakiti begitu dalam oleh ayah lo tetap saja membelanya. Jika gue ada di posisi lo tidak akan diam begitu saja mendapat perlakuan kurang menyenangkan."     

"Darah lebih kental daripada air. Gue enggak sama dengan lo. Lo anak durhaka gue tidak." Dila kembali membungkam mulut Kinanti.     

Kinanti terhenyak, wanita itu tersentil. Kedua orang tuanya tidak peduli bahkan terlalu sibuk dengan bisnis hingga tidak memperhatikan anak-anaknya. Bahhkan sedari kecil mereka di didik dengan uang. Segala sesuatu hanya di nilai dari uang. Dengan memiliki uang semua masalah bisa selesai. Ketika Kinanti salah pergaulan orang tuanya hanya diam. Mereka hanya mengatakan Kinanti sudah dewasa dan bisa berpikir untuk masa depannya bahkan orang tuanya tidak peduli kala Kinanti bercerai dengan suaminya. Sejak bercerai dengan suaminya Kinanti tidak percaya dengan cinta sehingga ia menjalani seks bebas. Ketika bertemu Bara sudut pandang Kinanti berubah masalah pria. Ia tergila-gila pada Bara karena pria itu berbeda dari pria yang pernah ia kenal. Bara setia pada Dila meski ia mengalami amnesia. Sampai sekarang Bara tidak menikah karena ingin menemukan mantan istrinya.     

Bara hanya tahu jika ia dan sang istri berpisah namun ia tidak ingat wajah mantan istrinya. Cerita karangan Dian dan Herman. Bara mempercayai hingga kini jika ia sudah berpisah dengan sang istri. Kinanti pun sudah tahu jika Bara sedang mencari mantan istrinya. Wanita itu sangat memuja Bara hingga ia mencari tahu tentang pujaan hatinya. Kinanti tak sungkan mengeluarkan banyak uang untuk membayar detektif. Kinanti memiliki rasa curiga ketika melihat reaksi Dila bertemu Bara di acara sangeet putri Tuan Irfan Khan. Semua misteri telah terpecahkan. Kenapa Bara mau menari bersama Dila karena hati pria itu tahu perempuan itu pemilik hatinya.     

Kinanti menangis, kecewa, patah hati kala mengetahuinya kenyataannya. Ia berharap hanya mimpi. Dila bukan istri Bara namun fakta berkata lain. Kinanti juga tahu jika anak kembar tiga Dila adalah anaknya bersama Bara yang di dapat dari program bayi tabung.     

"Kenapa lo muncul lagi?" Kinanti melemah. Ia menangis pilu. Hatinya tersayat sembilu. Kenapa ketika jatuh cinta lagi hatinya malah patah?     

"Andaikan lo enggak muncul mungkin gue punya kesempatan memperbaiki diri dan hidup bersama Dila? Kenapa lo datang lagi?"     

"Gue tidak datang pada Bara. Takdirlah yang mempertemukan kami. Aku sudah tinggal hampir empat tahun disini. Kalian yang datang kesini."     

"Gue benci sama lo. Kenapa saingan gue harus lo. Lo ibu dari ketiga anak Bara. Gue sudah kalah telak Dila. Kesempatan gue buat bersama Bara semakin kecil. Meski dia amnesia hatinya tetap milik lo. Kapan gue menemukan kebahagiaan Dila? Kenapa setiap kali gue jatuh cinta tapi cinta itu selalu bertepuk sebelah tangan?"     

Dila diam mendengarkan uneg-uneg Kinanti. Meski Kinanti pengusaha sukses dan mandiri namun kehidupan asmaranya tidak berjalan dengan mulus. Itulah fase kehidupan. Kadang apa yang sempurna di mata kita belum tentu sempurna di mata orang yang menjalaninya. Contoh saja kehidupan para selebritis . Mereka kelihatan bahagia dari postingan di Instagram bahkan dijuluki keluarga cemara idaman netizen namun apa yang terjadi mereka juga tetap bercerai. Dari segi ekonomi mereka tidak kekurangan bahkan kelebihan harta. Itulah namanya hidup. Kita tidak bisa menilai satu sisi. Tidak bisa juga menyamakan ukuran sepatu kita dengan orang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.