Jodoh Tak Pernah Salah

66. KENYATAAN



66. KENYATAAN

Dila membaringkan Bara di atas ranjang. Butuh perjuangan membawa Bara ke kamarnya. Dila membopong Bara dengan segenap tenaganya. Ia meletakkan tangan Bara di lehernya. Lalu ia pegang pinggang pria itu. Seperti itulah Dila membawa Bara meski ia kesulitan. Untung saja ia melihat petugas resort dan meminta bantuan untuk membawa Bara ke kamarnya.     

Dila tak punya pilihan. Dia tidak tahu mau membawa Bara kemana. Andai memberi tahu Tia, sekretaris Bara akan menimbulkan keributan. Dila tak mau terjadi keributan karena Bara pingsan.     

Dila mengambil air hangat dan mengompres kepala Bara. Pria itu masih tak sadarkan diri. Dokter yang disediakan pihak resort sudah datang dan mengatakan kondisi Bara baik-baik saja. Bara shock dan hanya butuh istirahat.     

"Puan hanya perlu ganti baju Tuan. Dia tak apa-apa. Tuan kemasukan angin jika tidak ganti baju. Saye undur diri," ucap sang dokter dengan logat Melayu yang kental.     

"Thanks Doctor."     

"Welcome."     

Dila kebingungan. Bagaimana mengganti pakaian Bara. Tidak mungkin ia melepaskan pakaian Bara. Rasa gugup melandanya. Ada keraguan untuk melakukannya. Tapi ia tak mau Bara masuk angin. Terpaksa Dila melepaskan pakaian Bara meski ia gugup. Ada sesuatu rasa yang menghinggapinya, tapi Dila tak tahu rasa apa.     

Pelan-pelan Dila melepaskan satu persatu kancing Bara dengan jantung berdebar-debar. Tangannya bahkan berkeringat karena gugup. Ia pernah melihat tubuh Bara bahkan dalam keadaan tak mengenakan pakaian sehelai benang pun, tapi itu sudah lama.     

Tiga tahun yang lalu. Sekarang status mereka sudah berbeda. Ada rasa canggung menyergap Dila. Perasaannya seperti diaduk-aduk. Baru saja melepaskan dua kancing pakaian Bara namun ia sudah tak mampu. Dila tak bisa menahan perasaannya jika melihat Bara dalam kondisi telanjang dada.     

Dila berbalik tak mau menatap Bara lagi. Pertahanannya bisa runtuh. Dila hanya menangis mendapati kenyataan jika Bara mengalami amnesia. Merasa bersalah dan bertanya-tanya. Peristiwa besar apa yang terjadi hingga Bara hilang ingatan. Apakah Bara kecelakaan hingga hilang ingatannya?     

Bara membuka matanya. Matanya memicing menatap Dila yang tengah membelakanginya. Bara melihat tubuhnya. Dua kancing kemejanya lepas.     

Dila berbalik dan kaget, "Kamu sudah sadar?"     

"Apa yang tengah berlaku?" Tanya Bara dalam bahasa Melayu yang lucu.     

"Jika tak bisa bahasa Melayu jangan paksa. Aku bisa bahasa Indonesia atau bahasa Inggris."     

"Apa yang kamu lakukan padaku?" Sinis Bara mencengkram tangan kanan Dila.     

"Aku tidak melakukan apa-apa. Tadi kamu pingsan. Aku tidak mau membuat keributan sehingga membawa kamu ke kamarku?" Dila bicara terbata-bata.     

"Apa pantas seorang wanita membawa pria lain ke atas ranjangnya?" Bara bangkit lalu mendekati Dila.     

Dila memalingkan wajah lalu berjalan mundur karena Bara mendekatinya. Bahkan pria itu mulai melepas semua kancing bajunya. Dada bidang Bara terekspos hingga menampakkan perut six pack. Dila kaget dan shock atas tindakan Bara. Ia berlari menjauhi Bara namun pria itu semakin mendekat. Ingatan Dila kembali pada saat Bara melakukan pemerkosaan padanya. Kilatan masa lalu kembali berputar dalam ingatannya.     

Tatapan mata Bara sama seperti tatapan ketika memperkosanya dulu. Dila tak mau melakukannya meski ia masih mencintai Bara.     

Dila menghindar, namun ia dikungkung Bara ketika tubuhnya terhempas di dinding. Kedua tangan pria itu mengunci pergerakan Dila.     

"Kenapa takut denganku?" Bara bertanya dengan nada menggoda.     

Dila dalam mode memalingkan wajah. Takut khilaf jika menatap wajah ayah ketiga anaknya     

"A-apa yang kamu lakukan?"     

"Tidak ada."     

" Aku hanya bertanya. Kenapa membawa pria lain ke kamarmu?"     

"Aku hanya ingin menolongmu. Tadi kamu pingsan," ucap Dila terbata-bata.     

"Kenapa kamu bisa ada disana?" Bara menginterogasi Dila. Wajahnya semakin dekat dengan Dila. Hanya berjarak beberapa centimeter. Jika Bara khilaf bisa saja mencium Dila.     

"Aku hanya jalan-jalan."     

"Jalan-jalan? Masa ada yang jalan-jalan dinihari? Seorang diri? Wanita juga lagi. Ini sangat aneh. Kau berbohong."     

"Aku tidak berbohong." Dila bersikeras dengan jawabannya. Bikin malu kalo Dila mengakui mengikuti Bara pergi. Ia mendengar pembicaraan Bara dan Kinanti.     

"Dari mimik wajah dan intonasi bicaramu. Terlihat sekali kamu berbohong." Bara menyanggah Dila. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Kenapa ia merasa senang dan bahagia jika mempermainkan Dila.     

"Aku tidak BOHONG."     

"Kamu bohong," bantah Bara semakin menempel pada tubuh Dila bahkan gerakannya ingin mencium bibir Dila.     

"Ama siapa dia?" Hanin tiba-tiba muncul di kamar. Ia mendorong Bara agar menjauh dari Dila.     

"Hanin," panggil Dila panik. Tak menyangka jika Hanin akan datang ke kamarnya. Dila takut jika Hanin menceritakannya pada Dino. Situasi Dila benar-benar terjepit.     

"Ama bukannya uncle itu yang ada di....."     

Blom sempat Hani berkata 'Ama bukannya uncle itu yang ada di handphone. Ama sering melihat fotonya'. Dila keburu membekap mulut Hanin. Ia tak mau Hanin kelepasan bicara. Bara bisa curiga dan mencari tahu siapa dia.     

"Pergilah dari sini. Anakku ingin tidur denganku," ucap Dila dingin mengusir Bara.     

Terpaksa Bara pergi dari kamar. Ia menatap tajam pada Dila. Namun ketika melihat Hanin, ia tersenyum manis.     

"Anak comel. Siapa namamu?" Bara merayu Hanin agar melanjutkan ucapannya. Dila panik ketika Hanin akan bicara berarti ada sesuatu yang tidak boleh ia ketahui.     

"Hanin," jawab Hanin antusias. Anak yang satu ini gampang dirayu apalagi yang merayunya cowok ganteng seperti Bara.     

"Beautiful sekali namanya. Tadi nak berucap apa?"     

Hanin menatap Dila lekat. Dila memberi isyarat agar tidak bicara pada Bara.     

"Uncle mana boleh masuk bilik Ama? Jika baba tahu. Baba will be angry." Hanin malah marah dan meledak-ledak. Sikapnya seperti orang dewasa.     

Bara tertawa terbahak-bahak melihat respon Hanin. Anak kecil di depannya gampang sekali berubah mood.     

"Pergilah sebelum anakku marah." Dila kembali mengusir Bara. Ia sangat bersyukur Hanin datang tepat waktu, jika tidak bisa saja Bara memperkosanya seperti dulu.     

Bara geram dan kesal. Ia pergi dari kamar Dila, tapi tetap tersenyum manis jika menatap Hanin.     

"Ama," pekik Hanin marah menatap Dila.     

"Hanin. Don't be angry. Ama akan jelaskan semuanya." Dila membujuk Hanin agar tidak merajuk.     

"Kenapa uncle itu bisa ada disini?"     

"Dia tadi pingsan, Ama hanya membantu dia. Bukankah kita hidup harus saling tolong menolong?" Dila merunduk menyamakan tingginya dengan Hanin. Ia mengelus lengan dan punggung Hanin agar kemarahan anak itu reda. Ia membesarkan Hanin jadi ia tahu bagaimana sifat anak itu.     

"Kenapa uncle itu pingsan?"     

"Ama tidak tahu."     

"Why?"     

"Ama keluar kamar sudah melihat uncle itu pingsan. Ama hanya menolongnya. Bukannya cikgu ajarkan Hanin berbuat baik kepada sesama?"     

"Yes..but.….." Hanin masih merasa curiga. "Uncle itu ada di HP ama. Ama miss him? I afraid Ama will tinggalkan baba. Ama promise."     

Dila terhenyak tak menyangka Hanin tahu dengan jelas jika Bara adalah pria yang fotonya ada dalam ponsel.     

Hening…     

Lidah Dila kelu untuk bicara. Tak ada kata yang mampu terucap dari mulutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.