Jodoh Tak Pernah Salah

74. TAMPARAN TIA UNTUK DINO ( 1 )



74. TAMPARAN TIA UNTUK DINO ( 1 )

Para tamu undangan mulai memasuki hall. Ini adalah hari keempat peta sangeet Putri Tuan Irfan Khan. Para tamu bersuka ria menyambut pesta sangeet hari terakhir. Mereka begitu bahagia dan senang bisa hadir di pesta pernikahan yang paling megah di tahun ini. Tuan Irfan tak segan-segan menggelontorkan uang yang banyak untuk merayakan pesta pernikahan putri bungsunya. Penyanyi Hollywood pun dikabarkan hadir dalam pesta sangeet hari terakhir. Penyanyi itu khusus dikontrak oleh Tuan Irfan untuk memeriahkan acara pernikahan sang Putri. Tamu berdecak kagum melihat interior ruangan pesta yang super mewah. Semua dekorasi memakai barang nomor satu bahkan sangat langka. Lantai pesta terbuat dari granit mahal dengan kaca sebagai dinding. Mata para tamu travelling menatap pemandangan laut dari dinding kaca. Sangat indah dan romantis. Menari bersama pasangn dengan laut sebagai view.     

Seperti biasa para tamu datang menggunakan pakaian khas India. Perempuan menggunakan sari India, sementara pria memakai kurta. Dila dan Dino datang bergandengan tangan menuju ruang pesta. Mereka hanya diam. Tak ada pembicaraan di antara keduanya. Dino masih kecewa dengan sikap Dila. Beraninya Dila membawa Bara ke dalam kamar bahkan Hanin memergoki mereka berdua. Hati Dino bak tersayat sembilu atas luka yang Dila torehkan padanya. Bukan hanya dia yang kecewa, tapi juga Hanin. Anak itu sangat mencintai dan menyayangi Dila. Kasih sayang itu sudah terlanjur melekat pada Hanin hingga ia tak ingin kehilangan Dila. Hanin mencintai Dila dengan sepenuh jiwanya.     

Kali ini Dino tidak bisa menahan emosinya. Darahnya menggelegak ketika melihat Bara. Pria itu tersenyum pada para tamu dan berbincang dengan hangat.     

Dino memandang sekeliling ruang pesta sangeet. Interiornya sangat mewah dan elegan. Deretan bunga-bunga mahal berjejer rapi di sepanjang ruang pesta. Dino merasa seperti di pesta pernikahan ala film India. Ada kebahagiaan di tengah pesta. Semua tamu menari dan tertawa bersama. Dino merasa sepi ditengah keramaian. Ia begitu kecewa karena Dila tak bisa menjaga hatinya.     

Lantunan lagu India mulai menggema. MC mulai membuka acara. Lampu ruang pesta tiba-tiba mati berganti dengan lampu temaram.     

"Untuk memeriahkan acara. Pasangan menari akan kita acak. Silakan ambil nomor undian. Bagi yang mendapatkan nomor yang sama, maka kalian akan menjadi pasangan," ucap MC berkeliling ruang pesta dengan seorang asisten.     

Para tamu mengambil nomor undian satu persatu. Mereka bersorak gembira ketika nomor undiannya sama dengan pasangan mereka. Artinya mereka tidak akan bertukar pasangan.     

"Berapa nomormu?" Dino buka suara, menoleh pada Dila.     

"49," jawab Dila pelan.     

"Aku 36," jawab Dino berbisik di telinga Dila.     

"Kita enggak ikut pesta gimana No? Aku enggak bisa menari dengan orang asing," cicit Dila memainkan rambutnya yang panjang melebihi bahu. Dila seperti orang India. Ibarat artis seperti Disha Patani jika menggunakan pakaian tradisional India.     

"Janganlah Dil. Enggak enak sama Tuan Irfan. Aku melakukan kerja sama bisnis dengan beliau. Ia hanya ajang silaturahmi dan seru-seruan."     

"Bagi Puan dan Tuan yang sudah mendapatkan nomor. Silakan berbaris menurut nomornya. Nomor satu bagi laki-laki silakan berdiri disini." MC memandu peserta. Pria pemegang nomor undian satu berdiri di sebelah kiri MC. "Bagi yang perempuan silakan berdiri berhadapan dengan si pria," lanjut MC lagi menunjukkan tempat berdiri wanita.     

Para tamu mulai mengambil posisi sesuai nomor urut. Tia dan Daniel yang juga hadir dalam pesta itu cemberut. Daniel berpasangan dengan Kinanti. Tia berpasangan dengan Dino. Peserta terakhir Bara berpasangan dengan Dila. Ternyata mereka sama-sama mendapatkan nomor 49. Darah Dino memompa dengan cepat. Rasa cemburu kembali menghantuinya. Dino akan menyusul Bara tak rela jika pria itu berpasangan dengan Dila. Tia cepat memahami sesuatu, sebelum terjadi keributan ia menghalangi Dino.     

"Ini hanya games Tuan. Jangan emosi begitu," ucap Tia membungkam Dino.     

"Tahu apa kamu?" Dino melirik kesal pada Tia.     

"Tahu semuanya."     

"Ada pria lain menari bersama istriku apakah aku akan diam?"     

"Bukan hanya Dila yang bertukar pasangan, tapi semua tamu yang ada disini. Jangan anda biarkan hati anda dikuasai emosi. Jernihkan pikiran anda."     

"Aku emosi?" Dino meradang Tia tahu isi hatinya. "Tahu apa kamu soal hatiku?"     

"Aku bisa melihat masa depan," jawab Tia tersenyum. Tia benar-benar lawak. Ekspresi wajahnya sangat kocak. Ia bak komika yang sedang memberikan Dino hiburan.     

"Omong kosong," balas Dino ketus.     

MC mulai memberikan intruksi pada pasangan yang menari. Para pria mulai memegang tangan dan pinggang pasangan mereka. Dino pun tak ketinggalan memegang tangan dan pinggang Tia. Meski canggung, pria itu tetap melakukannya.     

"Aku tidak pernah bicara omong kosong," ucap Tia ketika sedang menari dengan Dino. Mereka menari dalam tempo lambat.     

"Barusan yang kau katakan padaku omong kosong."     

"Kadang kita tidak perlu mempertahankan sesuatu yang bukan milik kita."     

Ucapan Tia bak petir di siang bolong bagi Dino. Tubuhnya gemetar dan kaget. Ia menghentikan tariannya. Dino terdiam membisu. Ia penasaran dengan Tia. Reflek pria itu menarik Tia dari ruang pesta dan membawanya bicara di samping ruang pesta yang berbatasan dengan laut. Bara dan Dila, bahkan Daniel dan Kinanti tak menyadari kepergian mereka.     

"Apa maksud dari ucapanmu?" Dino meminta penjelasan pada Tia. Sepertinya wanita itu tahu banyak tentangnya dan Dila.     

"Pepatah pernah mengatakan. Kita tidak boleh memaksakan ukuran sepatu kita pada orang lain. Jika tidak muat silakan ganti ukuran. Aku hanya mengingatkan anda."     

"Apa yang perlu aku ingat?"     

"Aku tahu jika anda tengah menyelidiki bosku. Anda ingin mengetahui masa lalunya. Anda pun sudah tahu siapa Aldebaran sebenarnya. Bara adalah suami dari Fadila Elvarette."     

"Omong kosong." Dino semakin naik pitam mendengar ucapan Tia.     

"Pak Bara mengalami hilang ingatan karena peristiwa penembakan yang dilakukan oleh lawan politiknya. Beliau kena tembak karena sedang mencari Dila yang kabur dari rumah. Meski beliau hilang ingatan namun perasaannya pada Dila tetap sama."     

"Apa yang kamu bicarakan?"     

"Sudahlah Pak Dino tidak perlu berpura-pura lagi. Anda sudah tahu semuanya. Dila dan Bara masih sah sebagai suami istri sampai sekarang secara hukum."     

"Dila istriku bukan istri Bara," geram Dino dengan suara bariton. Napasnya terasa sesak ketika menyadari pihak luar ikut campur dalam urusan pribadinya.     

"Pede sekali anda mengakui jika Dila istri anda. Aku sudah mengecek ke instansi terkait. Anda orang Indonesia bukan? Anda bukan warga negara Malaysia. Aku harap anda mengalah dan memberikan waktu untuk mereka berdua. Mereka saling mencintai. Pak Bara hanya butuh waktu untuk mengingat semuanya."     

"Omong kosong macam apalagi yang ingin kamu katakan?" Dino mencengkram lengan Tia.     

"Seorang Tia tidak pernah membicarakan omong kosong. Aku sudah tahu apa hubungan anda dengan Dila. Hubungan macam apa yang anda jalani berdua. Aku juga sudah tahu jika triplets adalah anak kandung dari Pak Bara."     

"Triplets anakku bukan anak Bara." Dino menyangkal. Pria itu meninggalkan Tia. Namun baru beberapa langkah, Dino diam mematung mendengar ucapan Tia.     

"Jika bukan anak Pak Bara mana mungkin dalam akte kelahiran tertulis nama ayah mereka Aldebaran dan ibu mereka Fadila Elvarette."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.