64. MIMPI BURUK DILA ( 4 )
64. MIMPI BURUK DILA ( 4 )
Dila bangun ngos-ngosan dengan keringat membanjiri pelipisnya. Dila mengambil segelas air yang terletak di atas nakas. Dila melirik dinding. Jam menunjukkan pukul tiga dinihari waktu Malaysia. Dila meletakkan gelas kosong ke atas nakas. Air putih ia habiskan dalam satu kali teguk, lalu ia menyeka keringatnya yang bercucuran. Untung saja tadi hanya mimpi. Ia tak bisa membayangkan jika Bara di penjara dan mendapatkan hukuman mati atas semua kejahatannya. Dila menangis dalam hening. Untung saja keempat anaknya tidur dengan Dino di kamar sebelah. Seandainya anak-anak tidur bersamanya pasti sudah terbangun mendengar teriakannya.
Dila mengambil ponsel dan menatap foto pernikahannya di layar ponsel. Meski ia meninggalkan Bara tiga tahun yang lalu namun di hatinya masih ada Aldebaran. Meski Bara bukan cinta pertamanya namun ia masih memiliki perasaan yang sama. Rasa itu tidak pernah berubah dan semakin hari semakin cinta.
"Bar, kenapa takdir harus membuat kita berpisah? Aku tidak pernah ingin pergi dari kamu. Aku pergi bukan karena kehendakku. Aku terpaksa melakukan semua ini. Aku tadi mimpi buruk. Kamu dipenjara dan dihukum mati. Sampai kapan pun aku tidak rela jika kamu di penjara. Aku rela meninggalkan kamu asal kamu baik-baik saja. Aku bahkan berjuang sendirian melahirkan ketiga anak kamu." Dila mengelus foto Bara di layar ponsel sambil beruraian air mata.
Dila bangkit dari ranjang, seraya menatap keluar jendela resort. Hari masih pagi namun petugas resort sudah bersiap-siap menata meja dan kursi para tamu utuk sarapan pagi. Ini hari kedua acara sangeet anak Irfan Khan. Masih ada beberapa hari lagi sebelum akad nikah berlangsung.
"Takdir membawaku sampai disini dan tak sengaja bertemu dengan kamu Bar. Aku merindukan kamu dan Tuhan menjawab doa-doaku." Dila masih saja menatap layar ponsel.
Netra Dila melihat Bara berjalan di antara barisan petugas hotel yang sibuk bekerja menata meja dan kursi.
"Bara? Mau kemana dia?" Pikiran Dila berkelana kemana-mana. Ia jadi parno sendiri mengingat Bara menceburkan diri dalam laut. Takut jika ayah dari ketiga anaknya melakukan bunuh diri. Ia bergegas mengambil long sweater dan memakainya. Dila turun ke bawah untuk menyusul Bara. Tak mau pria itu melakukan hal konyol seperti kemarin.
Meski Bara sangat jutek dan tak bersahabat dengannya Dila tak peduli. Meski pria itu pura-pura tak mengenalnya ia tetap peduli. Anggap saja sikap Bara sebagai bentuk kekesalan dan kekecewaan padanya.
Dila bergegas menyusul Bara. Ia berlari untuk menggapai Bara. Pria itu terus melangkah menuju pantai.
Pikiran buruk menguasai pikiran Dila. Tidak…. Tidak boleh hal buruk terjadi. Dila mengikuti Bara diam-diam tanpa sepengetahuan pria itu.
Dila perlahan-lahan mengikuti langkah kaki Bara. Dia mengendap-endap seperti detektif. Dila bersembunyi dibalik pohon kelapa yang berbasis rapi di tepi pantai.
Bara berhenti di tepi pantai. Seseorang wanita sedang menunggunya disana. Hanya punggung wanita itu yang terlihat karena ia menghadap ke laut. Dila tak bisa melihat siapa wanita yang ditemui Bara karena membelakanginya.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Bara dingin pada sang wanita.
Wanita itu mengenakan pakaian tidur yang super pendek dengan belahan dada rendah. Sengaja ia tampakkan untuk menarik perhatian Bara.
Sang wanita membalikkan badan seraya memberikan senyum terbaiknya.
"Hai Bar," sapa wanita itu dengan nada menggoda.
"Tak usah basa-basi Kinan. Ada apa ingin bertemu sepagi ini?"
"Aku suka kamu memanggilku Kinan. Terasa lebih dekat dan akrab." Kinanti mengalungkan tangannya ke leher Bara. Secepat kilat Bara menepis tangan Kinanti dengan ekspresi jijik.
"Jaga sikapmu!" Bara tetap bersikap dingin. Jika saja Kinanti pria mungkin Bara sudah memberikan bogem mentah.
"Sikap kamu dingin banget sich Bar? Senyum dikit dong. Kok sikapnya kayak CEO dalam novel? Bukankah pria suka wanita yang nakal?" Kinanti memancing Bara karena tahu Dila mengintip dari balik pohon kelapa. Sampai kapan pun Kinanti tak sudi jika Dila mendapatkan hati Bara.
"Aku suka wanita nakal," ucap Bara menggantung. Sejenak Kinanti sumringah menganggap Bara termakan jebakannya.
"Tapi wanita nakal yang aku suka adalah istriku BUKAN kamu," lanjut Bara mematahkan hati Kinan.
Ekspresi Kinanti berubah. Wajahnya masam dan dingin. Ia mengepalkan tangannya. Rasanya ucapan Bara terlalu lantang lalu Dila mendengar penghinaan Bara.
Bara menginjak-injak harga dirinya. Kinanti berusaha tegar dan bersikap biasa. Ia akan melakukan manuver pada seorang Aldebaran.
"Aldebaran kamu begitu sombong. Punya istri? Sejak kapan kamu punya istri? Kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi sama kamu? Kamu tidak punya istri. Kamu ditinggalkan istrimu tiga tahun yang lalu. Bahkan kamu hilang ingatan karena sebuah peristiwa yang menimpa kamu." Kinanti bertepuk tangan mencibir.
Kalimat Kinanti 'Bahkan kamu hilang ingatan karena sebuah peristiwa' mengusik pikiran Dila yang sedang menguping. Terjawab sudah rasa penasaran Dila kenapa Bara tak ingat padanya bahkan bersikap ketus. Dila meringis dan merasa bersalah. Merasa ada andilnya dalam peristiwa yang menimpa Bara.
Bara hanya tersenyum manis melihat Kinanti di atas angin. Senyum Bara malah menghancurkan rasa percaya diri Kinanti.
"Kinan...Kamu belum mengenal siapa Aldebaran. Jangankan buat kalah, seri saja aku tidak mau. Mungkin kamu bisa bayar orang buat mengorek informasi tentang kehidupanku di masa lalu, tapi tidak dengan sekarang. Aku tahu kamu menyelidikiku bahkan aku menutup akses detektif bayaranmu. Aku sudah menikah lagi dan punya anak berusia dua tahun. Aku menyembunyikan anak dan istriku karena tidak ingin mereka dalam bahaya. Jangan merasa kamu langit. Di atas langit masih ada langit. Jika dunia bisa kamu genggam tidak dengan Aldebaran. Aku bukan tipe laki-laki yang akan bertekuk lutut dengan kemolekan tubuh perempuan. Aku suka wanita nakal, tapi jika dia istriku. Jika wanita penganut paham one night stand seperti kamu tidak pernah terlintas dalam otakku untuk mendekatimu. Aku suka yang ekslusif bukan yang dipakai ramai-ramai." Bara melontarkan mulut tajamnya.
Kinanti dan Dila shock mendengar kata-kata dari mulut Bara. Shock dengan masalah yang berbeda. Kinanti shock karena Bara tahu jika di selidiki. Bara bahkan menghinanya sebagai wanita murahan. Kali ini Kinanti tidak bisa meredam amarahnya. Bara telah menendangnya ke titik terendah dalam hidupnya. Ini penghinaan yang sangat memalukan untuknya.
Sementara itu Dila shock dan melamun. Tak menyangka jika Bara sudah menikah dan memiliki anak dengan wanita lain. Tanpa ia sadari air matanya jatuh membasahi pipinya. Tak pernah ia bayangkan akan mendengar pengakuan itu dari mulut Bara. Meski ia sudah mempersiapkan mental jika mengetahui Bara sudah menikah lagi dan punya anak namun tetap saja ia merasa sakit.
Dila pergi dari tempat itu tak kuat mendengarkan percakapan antara Bara dan Kinanti lebih lanjut. Dila rasa akan terjadi perperangan besar karena Bara sangat kasar menghina Kinanti.