Jodoh Tak Pernah Salah

57. MENJERNIHKAN AIR



57. MENJERNIHKAN AIR

Naura berlari ke dalam rumah menghindari kejaran Iqbal. Naura tak habis pikir mantan suaminya itu akan mengikutinya sampai rumah. Naura pikir setelah ia ugal-ugalan di jalan membawa mobil, Iqbal tidak akan mengikutinya. Nyatanya pria itu tetap mengikutinya. Iqbal mengetuk pintu dari luar, sementara Naura berada di balik pintu.     

"Naura kita harus bicara," desak Iqbal mengetuk pintu lebih keras.     

"Sudah tidak perlu lagi kita bicara," balas Naura sambil berteriak.     

"Jika kamu enggak keluar dan bicara, aku akan disini sampai kamu keluar." Iqbal duduk di depan pintu.     

Naura mengintip dari lubang pintu. Mantan suaminya itu duduk bersimpuh. Tampangnya sangat mengenaskan. Semenjak bercerai, Iqbal tak terurus. Cambangnya tak dicukur dan dibiarkan tubuh lebat. Kondisi Iqbal sangat tidak baik pasca bercerai. Iqbal sangat kehilangan Naura karena wanita itu cinta pertama dalam hidupnya. Ria mungkin sudah tak ada lagi dihatinya, semenjak perempuan itu melakukan kesalahan fatal. Ria mencoba melakukan percobaan pembunuhan pada Naura.     

Iqbal terpuruk karena ditinggalkan istri dan ketiga anaknya. Hak asuh anak jatuh pada kedua mantan istrinya. Pengadilan menolak permintaan Iqbal untuk mengambil hak asuh anak karena ia terbukti melakukan KDRT pada kedua istrinya. Kedua istrinya melarang ikut campur dalam rumah tangga Dila dan Bara. Sebagai kepala keluarga yang otoriter, Iqbal tak terima dinasehati sehingga tanpa sadar memukul Naura. Ria yang kebetulan melihat ikut marah dan ia juga menjadi korban bulan-bulanan Iqbal.     

Ria dan Naura sampai dilarikan ke rumah sakit kala itu. Kasus KDRT ini bahkan sampai ke kepolisian. Berakhir damai dengan syarat hak asuh anak-anak jatuh ke tangan Naura dan Ria. Semenjak rumah tangga mereka kisruh, Naura dan Ria malah akur, bersikap seperti kakak dan adik yang saling melindungi. Naura membawa Ria dan anak-anak ke Jakarta agar dekat dengan orang tuanya. Mereka bahkan tinggal satu rumah. Ria membuka usaha jualan baju online dan menjadi selebgram. Usaha online Ria sukses dan endorse banyak berdatangan dari berbagai toko online lainnya. Sikap Ria telah berubah tak seperti dulu lagi. Ia telah berubah menjadi orang yang lebih baik dan sadar dengan kebaikan Naura.     

Naura membuang napas kasar. Untung saja anak-anak sedang berada di rumah Ria sehingga tak perlu menyaksikan drama antara mama dan papa mereka.     

Dengan gurat wajah letih Naura terpaksa membukakan pintu. Naura baru saja menyelesaikan rapat di rumah sakit. Naura menerima tawaran Zico menjadi salah satu direksi di rumah sakit milik pria itu. Naura tak lagi buka praktek tapi lebih banyak di belakang layar dalam memajukan rumah sakit.     

"Mau bicara apa?" Tanya Naura ketus. Tak ada lagi cinta untuk Iqbal. Sikap Iqbal telah membuatnya kecewa.     

"Boleh aku masuk dalam rumah?" Pinta Iqbal memelas. Wajahnya terlihat ingin dikasihani, namun hati Naura telah mati untuk memiliki perasaan kasihan pada Iqbal.     

"Tidak perlu. Kita bicara disini saja." Naura ngotot bicara di depan pintu.     

"Mana sifatmu yang memuliakan tamu?" Sindir Iqbal dengan tajam.     

"Apa tidak malu dengan tetangga jika melihat kita bicara diluar seperti ini?"     

Naura merasa tertampar mendengar ucapan Iqbal. Pria itu benar. Apa kata tetangga melihat mereka bicara di depan pintu. Dengan berat hati Naura mempersilakan Iqbal masuk. Naura sengaja buka pintu rumah lebar-lebar, jika terjadi sesuatu padanya nanti atau Iqbal melakukan kekerasan lagi, Naura bisa kabur dengan cepat dan bisa dilihat oleh tetangga.     

"Ada apa?" Tanya Naura meletakan secangkir kopi untuk Iqbal. Meski kesal ia tetap membuatkan minuman untuk mantan suaminya itu.     

Iqbal tak menghiraukan pertanyaan Naura. Pria itu menyeruput kopi buatan Naura. Rasanya masih sama dan tak ada yang berbeda. Naura memang jago membuat kopi sehingga mereka membuka kafe kopi kekinian di Padang. Sudah memiliki sepuluh cabang.     

"Aku tidak mau basa-basi Iqbal. Cepatlah bicara. Aku ingin istirahat." Desak Naura dengan malas.     

"Mana anak-anak?" Mata Iqbal memendar melihat sekeliling. Ia mengacuhkan Naura.     

"Anak-anak di rumah Ria?"     

"Di rumah Ria?" Iqbal berpikir sejenak. Keningnya berkerut. Setahu Iqbal Naura dan Ria tinggal satu rumah merawat anak-anak.     

"Apa aku ketinggalan info?"     

"Ria sudah menikah dengan salah seorang pengusaha pakaian. Puas?" Balas Naura tajam.     

"Oh sudah menikah?" Iqbal kaget namun tak menampakkan rasa kagetnya di depan Naura. Tak menyangka Ria sudah menikah lagi. Dia tak habis pikir cepat sekali Ria memutuskan menikah lagi sementara hubungan mereka semakin memburuk dan belum ada kesepakatan tentang hak asuh Attar dan Aina.     

"Kenapa kaget?" Naura terkesan menyindir Iqbal.     

"Jangan pikir kami tidak bisa move on dari kamu. Semenjak kamu mengabaikan Ria dan ketika dia ingin berubah lalu kamu tak memberikan dia kesempatan, sejak itu perasaannya padamu ikut mati. Sama seperti yang aku rasakan. Sejak kamu berani memukulku sejak itu rasa hormat dan cinta itu hilang Iqbal."     

Dada Iqbal bergemuruh mendengarkan ucapan Naura. Terasa menyakitkan dan jantungnya serasa berhenti berdetak. Naura secara kiasan telah menutup pintu untuk mereka rujuk. Iqbal ingin memperbaiki semuanya. Memulai dari awal lagi. Berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi.     

"Aku ingin menjernihkan air," ucap Iqbal dengan bahasa kiasan.     

"Airnya tidak perlu dijernihkan. Airnya sudah jernih," jawab Naura tanpa keraguan.     

"Apa maksud kamu datang kesini? Aku tidak punya banyak waktu Iqbal?" Naura berkacak pinggang dan memandang mantan suaminya dengan tatapan tak suka.     

"Aku ingin bertemu anak-anak," jawab Iqbal singkat seraya mengulas senyum.     

"Ingin bertemu anak-anak atau merampas anak-anak?" Sindir Naura dengan nada sumbang.     

Masih lekat dalam ingatan Naura bagaimana Iqbal mengancamnya mengunakan anak-anak agar ia tak menggugat cerai. Iqbal merelakan Ria menggugat cerai namun tidak dengan Naura. Iqbal ingin mempertahankan rumah tangga dengan Naura dan ingin mengambil hak asuh Attar dan Aina dari tangan Ria.     

Naura pun terpaksa meminta bantuan keluarganya untuk mengambil hak asuh anak-anak. Allea, Attar dan Aina harus dibawah pengasuhan Naura dan Ria. Mereka berdua takut jika anak-anak mengalami KDRT seperti yang mereka alami.     

"Untuk hal yang terjadi di masa lalu aku minta maaf," lirih Iqbal tertunduk lesu. Iqbal merasa tak punya lagi kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan kedua mantan istrinya bahkan mustahil bisa mendapatkan cinta Naura kembali. Naura sudah menutup pintu hatinya rapat-rapat. Iqbal semakin sulit untuk masuk dan mendapatkan cinta Naura. Mereka berpacaran semenjak remaja. Rasa itu tetap ada meski mereka sudah resmi bercerai dua tahun yang lalu.     

"Sudah tak ada yang perlu dimaafkan Iqbal. Semuanya sudah selesai. Kau menerima karma atas perbuatanmu."     

"Apa maksud perkataanmu?"     

"Kau memisahkan Bara dan Dila. Tangan Tuhan bekerja padamu. Kau kelepasan hingga melakukan KDRT pada kedua istrimu sehingga kami menuntut cerai. Apa kau tidak menyadarinya?" Sindir Naura berapi-api. Hanya ada kemarahan, kebencian dan rasa muak melihat Iqbal. Naura kecewa dengan sikap mantan suaminya, ikut campur dalam urusan rumah tangga Dila dan Bara.     

"Kau tahu apa yang kau lakukan pada mereka? Bara hampir gila mencari Dila dan dia ditembak oleh lawan politiknya, dia koma dan sekarang hilang ingatan."     

"Apa?" Iqbal kaget. Ia bak tersambar petir di siang bolong mendengar berita tentang Bara. Tiba-tiba lututnya lemas dan tak bertenaga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.