46. PESTA SANGEET ( 1 )
46. PESTA SANGEET ( 1 )
Bara dan Daniel sendiri sangat tampan dalam balutan kurta berwarna coklat. Kurta adalah pakaian tradisional pria India. Ketiganya memasuki area pesta. Dekorasi pernikahannya sangat mewah dan megah. Dari luar saja sudah nampak hiruk pikuk pesta. Musik India menggema dengan begitu keras. Lampu berwarna warni menjadi pemandang yang memanjakan mata. Para tamu telah memenuhi tempat acara sangeet.
Bara sudah lebih baik dari kemarin. Untung saja ia mendapatkan perawatan yang baik ketika terjadi insiden di kamar Kinanti.
"Wawww keren sekali dekorasinya." Mata Tia memendar menatap sekelilingnya. Tuan Irfan Khan mengadakan pesta sangeet di sebuah resort mewah di KL. Tamu yang datang akan dijemput kapal dan akan di antar ke resort. Tuan Irfan bahkan membooking satu pulau hanya untuk pesta sangeet sang putri.
"Baru pertama kali lihat pesta ala India?" Tanya Bara menatap Tia.
"Begitulah Pak," jawab Tia menatap sang atasan.
"Gue akan membuat pesta seperti ini jika lo mau nikah sama gue Tia," ucap Daniel mencoba modus.
"Wawww. Daniel sudah berani rupanya. Tia. Daniel melamar kamu itu. Jawab dong," goda Bara pada keduanya. Bara suka menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Daniel menyukai Tia.
"Apaan sih Pak?" Gerutu Tia tak suka dengan gurauan Bara. Bisa saja si bos menggodanya dengan Daniel.
"Saya bantu Daniel mengungkap cinta," jawab Bara sekenanya.
"Ga seru ah Pak." Tia meninggalkan keduanya lalu berjalan lebih dulu. Wanita itu sudah tak sabar ikut menari. Bukankah acara sangeet adalah acara menari dan bernyanyi bersama. Keluarga kedua mempelai akan battle dance? Selama ini Tia hanya melihat pesta sangeet di film Bollywood yang ia tonton. Ceritanya sudah beda, Tia berada di pesta orang India. Tak sabar untuk menari seperti di film.
Kedua pria itu menyusul Tia.
"Kita temui Tuan Irfan Khan dulu. Biasa.. setor wajah dulu," ucap Bara mencari keberadaan Tuan Irfan.
Senyum mengembang di wajah Bara ketika melihat keberadaan Tuan Irfan. Pengusaha itu sibuk berbincang dengan tamunya. Sang tamu bersama istri dan keempat anak mereka. Mereka membelakangi Bara sehingga pria itu tak melihat siapa tamu yang tengah berbincang dengan Tuan Irfan.
Bara mempercepat jalannya disusul Daniel dan Tia. Bara memberikan senyum terbaiknya untuk sang Tuan rumah. Tuan Irfan melihat kedatangan Bara.
"Hello Bara. Welcome," ucap Tuan Irfan melambaikan tangan.
Tamu Tuan Irfan membalikkan badan. Wanita itu gemetar dan kaget. Perempuan itu oleng jika tak dipegangi pasangannya. Jantung sang wanita berdetak dengan cepat. Ia seperti naik roal coaster. Diatas ketinggian lalu dilempar ke bawah. Ada nyeri dan perih menyergap ulu hatinya. Wanita itu adalah Dila. Ia, Dino dan anak-anak adalah tamu yang sedang bicara dengan Tuan Irfan. Tubuh Dila sempoyongan. Tak menyangka mereka akan bertemu dalam situasi yang seperti ini. Takut Bara salah paham dengan kedatangannya dan Dino bersama anak-anak.
"Tuan Irfan. Aku datang," ucap Bara datang memeluk Tuan Irfan. Mereka sangat akrab. Berpelukan merupakan salam pembuka ketika mereka bertemu. Daniel dan Tia hanya kebagian bersalaman dengan Tuan Irfan.
Dila membeku bak batu melihat interaksi Bara dan Tuan Irfan. Pertemuan ini sangat ia rindukan namun juga menyakitkan untuknya. Bara tak sedikit pun menoleh padanya. Apa yang telah terjadi?
"Pestanya sangat keren dan elegan Tuan. I like it. Aku sepertinya akan menari dan bernyanyi sampai pagi."
"Saya sangat tersanjung jika anda menikmati pesta ini," balas Tuan Irfan dengan wajah raut bahagia. Bagaimana ia tak bahagia jika ia akan menikahkan anaknya besok.
"Perkenalkan ini adalah pebisnis muda KL yang sukses." Tuan Irfan memperkenalkan Dino dengan Bara.
"Ini Dino dan Dila istrinya," ucap Tuan Irfan pada Bara.
"Hai bro," sapa Bara hangat pada Dino. Mereka bahkan adu jotos seakan teman akrab.
Dila semakin bingung dan kaget melihat interaksi keduanya. Bara dan Dino sudah saling kenal.
"Ketemu lagi bro." Dino sangat senang bertemu pria satu kampung dengannya.
"Hai anak-anak," sapa Bara ramah melambaikan tangan pada keempat anak Dino.
"Hai uncle," balas Salsa melambaikan tangan pada Bara.
"Kalian sudah saling kenal?" Tuan Irfan malah kaget melihat interaksi keduanya. Percuma saja memperkenalkan jika mereka sudah saling kenal.
"Sudah kenal Pakcik," ucap Dino terkesan lebih akrab. Pakcik adalah panggilan om di Malaysia.
"Sudah kenal rupanya." Tuan Irfan manggut-manggut.
Dila semakin tak mengerti dengan keadaan ini. Dia hanya diam menjadi penonton. Apa yang tengah terjadi. Bara tak mengenalinya atau pura-pura tidak kenal dengannya? Apakah kebencian dan rasa kecewa yang tengah menderanya membuat pria itu abai. Ulu hati Dila ngilu mendapati kenyataan ini. Dino bahkan kenal dengan Bara.
Bara sendiri tidak kaget mendapati kenyataan jika Tuan Irfan menyebutnya istri Dino. Dila memperhatikan gerak- gerik Bara.
Bara juga terlihat akrab dengan keempat anaknya. Tuhan? Kenapa ia ditempatkan dalam situasi sulit? Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam pikirannya.
"Ini ibu anak-anak?" Bara menunjuk Dila dan bertanya pada Dino.
"Ya." Dino mengangguk mengiyakan.
"Anda ibu yang hebat nyonya. Bisa melahirkan anak kembar tiga selucu ini," ucap Bara membelai kepala Shaka dan Shakel bergantian.
Degggg...Semakin ngilu hati Dila mendengar ucapan Bara. Apakah ini sindiran Bar?
Dila tak tahu harus berkata apa. Apa semua ini hanya sandiwara yang tengah Bara lakoni? Pria itu terlalu sungkan karena ada Dino dan Tuan Irfan Khan? Dila memutuskan untuk mengikuti permainan Bara. Dila akan melihat bagaimana sikap Bara setelah mereka tak berhadapan dengan Tuan Irfan atau Dino.
"Terima kasih atas pujiannya Tuan," balas Dila terbata-bata. Tak pernah menduga akan berada dalam situasi ini. TIga tahun mereka berpisah, sekalinya bertemu dalam pesta sangeet anak Tuan Irfan Khan. Acara ini mengingatkan Dila dengan peristiwa yang terjadi empat tahun silam. Pesta sangeet Hari, sepupunya. Pada malam itu Egi datang padanya membongkar hubungan sejenisnya dengan Bara. Malam itu juga Bara memperkosanya hingga berulang kali. Hati Dila gerimis mengingatnya.
"Anak-anak yang sangat lucu. Aku ingin punya banyak anak sayangnya baru punya satu," ucap Bara membelai rambut Salsa.
Ucapan Bara menampar hati Dila. Semakin sesak dan perih ia rasakan. Jadi Bara sudah menikah lagi? Kenyataan ini semakin membuatnya sadar diri. Posisinya bukan lagi ratu di hati Aldebaran. Rasa kecewa membuat pria itu tak ingin kenal dengannya. Bukan tak kenal tapi tapi sengaja melupakannya. Wajah Dila semakin pias mendapati Bara tak sehangat dulu, tak mencintainya bahkan melupakannya
Andai kamu tahu Bar triplets adalah anak kamu. Buah cinta kita. Batin Dila menjerit. Bara yang ia lihat bukanlah Bara yang dulu. Tak ada cinta dimata pria itu untuknya. Dila harus sadar diri setelah meninggalkan Bara masih berharap dicintai pria itu?
Jangan egois Dila! Kamu pikir siapa diri kamu? Kamu yang meninggalkan bukan dia. Bara hanya ingin melupakan sakit yang telah kamu toreh. Meski kamu meninggalkan pria itu demi kebaikannya namun tetap saja perbuatan kamu telah membuat lubang di hati Bara. Dila menasehati diri sendiri.