Jodoh Tak Pernah Salah

45. BICARALAH KINANTI



45. BICARALAH KINANTI

Mata Bara memerah karena menahan amarah. Sakit di tangannya belum apa-apa dengan sakit yang ia rasakan di ulu hatinya. Kenyataan yang ia ketahui sangat menyesakkan dada. Kinanti masih saja diam, sibuk berkutat dengan pikirannya sendiri. Bara semakin penasaran apa saja yang diketahui perempuan itu. Setidaknya perempuan itu akan membuka tabir masa lalunya.     

"Kinan bicaralah!" Teriak Bara mengguncang tubuh perempuan itu. Sampai kapan pun Bara tidak akan pergi dari kamar ini sebelum mendengar semuanya.     

Kinanti hanya diam dengan bibir gemetar. Perempuan itu sebenarnya takut melihat Bara yang brutal bak monster. Sisi kelam seorang Aldebaran ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Melihat tangisan Bara juga membuatnya iba. Perempuan itu tak menyangka jika Bara bisa serapuh itu. Serigala gurun itu lemah jika menyangkut istrinya. Kinanti sadar jika cinta Bara pada istrinya sangat besar. Sekuat apa pun Bara, pria itu akan lemah jika menyangkut istrinya.     

Perempuan itu terlalu istimewa hingga sulit Bara lupakan dan selalu memimpikan setiap malam.     

"Bicaralah Kinan sebelum aku bertindak kasar padamu. Jangan pernah memancingku. Kamu yang mengundangku kesini jadi kamu harus ceritakan semuanya. Jangan kamu mendiamkan aku seperti ini."     

"Bar cukup." Kinanti ikut beruraian air mata. Wanita itu merasakan sakit apa yang Bara rasakan. Apakah ia benar-benar jatuh cinta pada Aldebaran? Bukankah ia hanya penasaran kenapa pria itu sulit ditaklukkan? Kinanti tak kenal menyerah mengejar Bara. Kinanti menampik perasaan yang tengah menderanya. Ia hanya penasaran dan ingin menaklukan bukan ditaklukkan. Tak ada rasa cinta disini, namun kenapa dia justru sakit melihat tangisan di mata Bara?     

Kinanti mencoba membuang pikirannya. Ini tidak mungkin! Tak mungkin ia bisa jatuh cinta sungguhan pada Bara. Tujuan awalnya ingin menaklukkan Bara dan membawa pria itu ke ranjang seperti one night stand biasanya. Setelah merasakan bagaimana permainan Bara, ia akan meninggalkan.     

Kenapa ia takluk bukan menaklukkan? Perasaan ini tak dimengerti Kinanti. Seolah hati dan pikirannya tak kompak. Semudah itukah ia jatuh cinta. Kinanti menyadari perasaaannya. Tanpa ia sadari hatinya telah tertambat pada seorang Aldebaran.     

"Kenapa kamu diam saja Kinan!" Pekik Bara mengguncang tubuh Kinanti, memaksa wanita itu untuk buka mulut. Bara orang yang tak bisa dipermainkan.     

"Apakah aku harus cekik baru kamu mau bicara?"     

Deg….Jantung Kinanti berdebar lebih cepat. Ini bukan pertanyaan tapi sebuah ancaman. Bara ingin ia bicara sebelum melakukan hal nekat pada perempuan itu. Kinanti bingung harus mengatakannya. Jika ia mengatakannya takut ingatan Bara kembali dan berusaha mencari istrinya. Kinanti tak rela dan tak pernah sudi.     

Ya…..perempuan itu telah memutuskan untuk memiliki hati Bara. Tujuannya telah berubah. Tak hanya main-main namun serius menjalin hubungan dengan pria itu. Kinanti ingin menjadi istri Bara dan ingin dicintai seperti istrinya dulu. Bagaimana Bara memuja dan bertekuk lutut. Kinanti ingin menggantikan posisi Dila dihati Bara. Meski pun sulit tak ada salahnya mencoba. Toh sampai sekarang keberadaan Dila belum diketahui.     

"Kinan bicara!" Bara habis kesabaran dan mencekal pergelangan tangan Kinanti dengan amarah. Perempuan itu memekik kesakitan.     

"Bar. Apa-apaan ini? Sakit Bar." Rintih Kinanti meminta belas kasihan Bara. Matanya berkaca-kaca, kecewa mendapati sikap kasar Bara padanya. Kinanti menyesal telah mengundang Bara malam ini ke kamarnya. Senajata makan tuan rupanya. Ia tak mendapatkan tujuannya malah mendapatkan perlakuan kasar pria itu.     

"Masih mending aku enggak cekik kamu," ucap Bara dingin. Sontak ucapan Bara membuat bulu kuduk Kinanti merinding.     

"Baik aku akan bicara," pekik Kinanti. Perempuan itu menyerah tak mau disakiti Bara. Tahu jika pria itu tidak main-main dengan ucapannya.     

Kinanti mengambil posisi duduk di atas ranjang sementara Bara berdiri di depannya. Bara menatap Kinanti dengan seringaian licik. Ingin sekali Bara merobek mulut wanita itu jika tak jua bicara. Bara orang yang tak sabaran dan tak bisa dipermainkan. Ia akan mengamuk dan nekat jika ada yang mempermainkannya.     

"Kamu tidak pernah bercerai dengan istrimu Bar. Istrimu meninggalkan kamu karena keluarganya tidak setuju dengan kamu. Masa lalu kamu sebagai mantan gay tak diterima keluarga istrimu. Mereka merasa anak mereka malang telah bersuamikan kamu. Dia pergi karena keluarganya enggak ingin kamu mencoreng nama baik keluarganya," ucap Kinanti pada akhirnya. Perempuan itu masih berusaha menahan bicaranya. Tak mau memuji istri Bara. Tak mau pria itu semakin mencintai istrinya jika tahu alasan perempuan itu meninggalkan untuk melindungi Bara sendiri.     

Deg….ucapan Kinanti bak tamparan yang tepat mengenai ulu hati Bara. Masa lalunya yang kelam sebagai mantan gay telah mengakhiri kisah cintanya dan istri. Kini Bara mengerti kenapa bisa memimpikan wanita yang sama setiap malam. Perempuan itu adalah istrinya. Mereka masih sah suami istri sampai saat ini. Dia hanya ditinggalkan dan sang istri tak pernah mengurus perceraian.     

Satu fakta lagi Bara ketahui. Pria itu seperti menemukan titik terang. Satu persatu misteri yang selama ini ditutupi akan ia ketahui. Yang gelap sudah mulai terang. Bara seperti mendapatkan angin segar. Perlahan-lahan ia pasti akan menemukan istrinya. Meski memorinya hilang tapi rasa cinta yang ia miliki untuk sang istri tak ikut hilang. Sang istri masih bertahta dihatinya dan sampai sekarang wanita itu tetap pemilik hatinya.     

"Apa lagi yang kamu ketahui?" Nyalang mata Bara menatap Kinanti.     

"Tidak ada lagi Bar. Hanya itu," ucap Kinanti berbohong. Bagaimana pun ia tak akan cerita lagi. Apa yang akan ia ceritakan hanya akan membuat cinta Bara pada wanita itu semakin besar. Istri Bara saingan untuknya. Kinanti tidak akan menyanjung atau memuji istri Bara di depan pria itu. Sudah cukup ia memberikan dua informasi. Dua informasi saja sudah cukup menjungkir balikkan dunia Bara.     

Tiba-tiba kepala Bara pusing dan berputar. Pria itu terjatuh terjerembab. Kepalanya seperti ditusuk-tusuk. Ribuan bintang menari di atas kepalanya. Bara memekik keras ketika rasa sakitnya semakin nyeri. Pria itu meringkuk di lantai bak bayi. Bara berperang dengan dirinya sendiri.     

"Tuhan ada apa ini?" Lirih Bara menatap langit-langit kamar.     

Suara gedoran pintu terdengar begitu keras. Sepertinya orang diluar tak berniat mengetuk pintu tapi mendobrak. Satu sisi Kinanti panik melihat keadaan Bara, satu sisi ia kaget dengan orang yang ada di depan pintu. Gedoran pintu semakin keras, wanita itu memilih membukakan pintu. Ketika pintu ia buka pintu, tanpa permisi Tia dan Daniel masuk ke dalam. Kinanti terperangah melihat keduanya. Perempuan itu mengerti jika Bara telah mengatur kedua orang itu untuk datang jika ia tak jua keluar dari kamarnya.     

"Pak apa yang terjadi?" Pekik Tia merunduk melihat Bara kesakitan. Pria itu bahkan memegangi kepalanya. Mata Bara memerah dengan bulir bening yang telah mengering.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.