38. PERTEMUAN TAK TERDUGA
38. PERTEMUAN TAK TERDUGA
Dino sedang menyelidiki kasus kematian Ananya. Sudah tiga tahun lebih kejadian itu berlalu namun kasus ini masih mengambang. Polisi menganggap kematian Ananya kecelakaan biasa, namun feeling-nya sebagai seorang suami tidak yakin jika sang istri meninggal karena mabuk ketika menyetir.
Dino meminta detektif untuk mencari kebenaran di balik kematian Ananya. Selain itu Dino juga meminta detektif bayarannya untuk menyelidiki Bara. Bagaimana keadaan pria itu sekarang setelah Dila meninggalkannya. Dino kasihan pada Dila karena selama ini tersiksa menahan rindu.
Saksi kunci kematian Ananya adalah Gesa, asisten pribadinya. Gesa menghilang ketika Ananya meninggal. Polisi pun sudah mengecek dimana keberadaan Gesa, namun wanita itu menghilang bak ditelan bumi. Dino butuh kepastian agar dia tidak dihantui arwah Ananya. Hampir setiap malam Dino memimpikan Ananya. Dalam mimpi istrinya meminta Dino untuk mengungkap misteri dibalik kematian nya.
Seolah arwah Ananya tak sudi jika masyarakat menilai buruk tentang dirinya. Meninggal karena kecelakaan dibawah pengaruh alkohol. Bukankah itu jadi catatan buruk seorang artis yang dikenal sebagai publik figur yang baik meninggal dalam keadaan hina?
Dino terus melacak keberadaan Gesa, meski wanita itu tak kembali pada keluarganya.
Dino memijit pelipisnya. Semuanya masih misteri dan abu-abu. Dino segera mandi sebelum bersiap-siap pergi dengan anak-anak.
Keempat anaknya sangat bahagia ketika Dino mengajak mereka pergi ke mall. Mereka hanya pergi bersama pengasuh dan sopir. Dila tak ikut karena Dino tak mau wanita itu ikut. Dino masih kesal dengan sikap pura-pura Dila.
"Kenapa Ama tidak ikut baba?" Tanya Shaka pada Dinoa.
"Ama capek dan butuh istirahat. You tak mau kan Ama sakit?" Dino beralasan seraya mengelus wajah tampan Shaka.
"Baba tidak capek?" Hanin melirik tajam. Entah kenapa bocah itu masih sedih mendengar Ama menyebut nama pria lain.
"Capek sebenarnya, tapi karena terlanjur berjanji sama kalian makanya Baba harus pergi."
"Kita tidak jadi pergi Baba. Lebih baik kita di rumah saja," balas Hanin ketus.
"Nanti adik kamu menangis uni Hanin," suara Dino penuh penekanan. Hanin terpaksa diam karena dia tahu Dino tak mau dibantah.
"Baba nanti belikan Caca boneka berbi ," ucap Salsa mengedipkan mata genit. Salsa tak fasih menyebut namanya.
"Apa sih yang enggak buat anak Baba." Dino mulai menggombali Salsa.
Mereka pun menuju salah satu mall terbesar di KL. Rencananya mereka akan bermain disana.
Anak-anak bersorak gembira. Mereka bermain-main dengan riang gembira. Shaka dan Shakel bermain balap mobil, sementara itu Hanin dan Salsa bermain di playground. Pengasuh mereka mengikuti kemana anak-anak itu pergi. Dino sibuk berkutat dengan pikirannya. Dimana Gesa? Dino harus menemukan dimana keberadaan Gesa untuk membersihkan nama baik Ananya.
Sebagai seorang suami, Dino tidak rela jika nama istrinya tercemar. Apalagi istrinya telah berpulang. Tentu saja arwah Ananya tidak akan tenang.Selama ini Ananya dikenal sebagai artis yang bertalenta dan jauh dari gosip miring. Jika di Indonesia artis akan terkenal jika membuat sensasi namun di Malaysia tidak berlaku seperti itu. Artis disana terkenal karena prestasi bukan sensasi.
Ananya salah satu artis bertalenta di Malaysia. Disana artis akan diakui jika telah membuat prestasi. Sensasi murahan tak akan laku disana. Jangan harap pendatang baru akan mendapatkan tempat jika membuat sensasi. Ananya publik figur yang baik dikenal masyarakat. Kematiannya karena mabuk saat menyetir mengagetkan publik. Banyak pro dan kontra terjadi di masyarakat.
"Baba," panggil Shaka dan Shakel ketika bermain parodi putar.
Dino melambaikan tangan seraya tersenyum menatap kedua anak tampan itu. Ada nyeri di ulu hati Dino mengingat mereka tak kenal dengan ayah kandungnya. Sebagai seorang ayah Dino tahu bagaimana rasanya dipisahkan dari anak tercinta.
Malam pun menjelang. Anak-anak merengek minta makan. Tentu saja mereka kelaparan karena asik bermain. Dino membawa mereka makan di sebuah restoran masakan Cina. Dino dengan sabar menggandeng anak-anak. Para ibu-ibu terkagum-kagum melihat ketampanan Dino, apalagi cara pria itu momong anak-anak. Dino menjadi pria idaman wanita.
"Budaknya Uncle?" Sapa seorang ibu-ibu dengan bahasa Melayu yang khas. Budak artinya anak.
"Yes," balas Dino ramah. Sudah jadi kebiasaan mereka akan ditanyai ibu-ibu karena kelucuan triple Abadi.
"Masih muda sudah banyak budaknya. Ada empat."
"Budak pertama saya sudah enam tahun. Budak kedua kembar tiga. Seorang gadis dan dua lelaki," ucap Dino bangga membelai kepala Shaka dan Shakel yang sibuk menjilati ice cream.
"Selamat Uncle. Semoga anak engkau sehat selalu." Ibu-ibu mengelus kepala Salsa lalu pergi.
"Thank you," ucap Dino tulus. Dino mengambil tisu lalu memanggi Shaka dan Shakel.
"Kalian makan belepotan terus nak." Dino membersihkan sisa ice cream dari mulut kedua.
"Baba," panggil Salsa pada Dino.
"Kenapa nak?"
"Salsa mau pipis."
"Ditemani pengasuh ya nak. Baba tidak mungkin antar kamu ke toilet perempuan."
"Ok baba."
"Biar Hanin yang temani adik Baba.".
"Pergilah. Terima kasih uni Hanin sudah jaga adik." Dino mengapresiasi Hanin.
Salsa berlarian menuju kamar mandi restoran. Hanin terpaksa mengejarnya. Takut adiknya hilang. Saat masuk toilet Salsa tak sengaja menabrak Tia yang sedang berdandan. Kebetulan mereka bertiga makan di restoran tersebut.
Tia, Bara dan Daniel baru saja berbelanja pakaian tradisional India. Mereka akan menghadiri pesta pernikahan anak Tuan Irfan Khan yang keturunan India.
"I'm sorry," ucap Salsa masuk toilet.
Hanin menunggu di depan pintu toilet.
"Your sister?" Tanya Tia penasaran melihat Hanin.
"Yes."
"Kalian berdua sangat comel," ucap Tia dengan logat Melayu. Tia pernah berkuliah di Malaysia sehingga menguasai bahasa Melayu.
"Thank you." Hanin berusaha tersenyum.
Salsa muncul dari balik kamar mandi.
"Uni cebokan," teriak Salsa pada Hanin.
Hanin pun masuk ke kamar mandi membersihkan sang adik. Sebenarnya pengasuh mereka yang melakukan namun Hanin ingin membantu adiknya.
Salsa membuka pintu kamar mandi. Gadis kecil itu tersenyum lega setelah membuang hajat.
"Thank you uni Hanin sudah bantu Caca," ucap Salsa tulus.
"Kalian manis sekali." Entah kenapa Tia sangat senang melihat kedekatan mereka. Tia jadi ingat dengan kakaknya yang telah tiada.
Hanin dan Salsa keluar dari kamar mandi. Seperti biasa Salsa tetap pecicilan. Berlari. Kebetulan cleaning service sedang mengepel lantai. Salsa terpeleset. Tubuhnya hampir jatuh membentur lantai, untung saja tangan orang dewasa cepat menangkapnya. Pria itu membawa Salsa dalam gendongannya.
"Kamu tidak apa-apa nak?" Sapa pria itu ramah. Ada sebuah keterikatan di antara mereka.
Pria itu Bara. Takdir mempertemukannya dengan Salsa, salah satu anak kembarnya. Mata Bara terus menatap Salsa dengan lekat. Merasa dekat dengan gadis yang ada dalam gendongannya. Ada suatu gejolak dalam batin Bara namun ia tak mengerti. Gadis dalam dekapannya seolah tak asing. Ada perasaan hangat menyergapnya.
*****
Cuap-cuap author
Maaf ya para pembaca setia JTPS. Novel ini sudah tidak update sejak tanggal 3 Desember 2020. Maaf sudah seminggu berlalu baru bisa update. Terima kasih kalian masih setia menunggu cerita ini. Mungkin aku akan bercerita kenapa aku bisa ga update dalam waktu seminggu ini. Hari kamis tanggal 3 aku habis sholat subuh jatuh di kamar mandi dengan posisi duduk dan bunyi krekkkkk… Itu pinggang aku sakit sekali ketika jatuh dan tubuh memar semua karena menahan kepala agar tidak terbentur.
Aku berusaha bangun dari kamar mandi meski pinggang encok. Aku minta olesin minyak pijit sama suami biar sakitnya ilang. Suami mijitin biar enggak sakit lagi. Hari kamis itu aku emang gak masuk kantor karena sudah ijin sebelumnya. Anakku yang paling besar sakit diare dan demam sejak hari Minggu. Aku mau fokus rawat anak yang lagi sakit. Aku juga minta pijit sama tukang pijit langganan aku biar badan lebih enakan. Ternyata sore sakitnya semakin menjadi dan makin sakit. Tubuh aku ngilu dan nyeri, tiba-tiba demam, menggigil. Mendadak aku diare. Sekali lima menit harus ke kamar mandi dan yang dikeluarin itu cuma air. Mendadak pinggang ke bawah enggak bisa digerakin dan kaku. Buat jalan aja aku harus dibantu suami ke kamar mandi. Kondisi aku semakin enggak memungkinkan. Nangis tiap mau jalan. Akhirnya suami ambil keputusan buat bawa ke UGD.
Duh perjuangan buat ke UGD luar biasa. Masa pandemi banyak banget aturannya. Aku dan suami sabar aja. Ampe kami dapat giliran di periksa. Dokter umum periksa aku dan tanyakan keluhan. Aku jawab apa yang aku rasakan. Terus aku disuruh rontgen buat liat ada tulang yang retak atau apa ketika jatuh tadi. Aku ikuti prosedurnya dan hasilnya langsung keluar. Dokter membacakan, tulang ekor aku enggak retak atau apa, cuma ada syaraf terjepit akibat jatuh, tulang belakang aku mengalami cedera sehingga aku mengalami cedera punggung dan merasakan nyeri, sakit dan ngilu yang luar biasa. Dokter suruh rawat karena aku mengalami diare sekali lima menit, takut mereka aku mengalami infeksi usus akibat jatuh. Terpaksa aku harus dirawat dengan perasaaan emosional. Aku enggak mau dirawat karena anak-anak bakal rewel. Anakku ada dua orang. Satu umurnya 2,5 tahun, satu lagi umurnya 5 bulan dan ASI pula. Drama pun dimulai karena aku dirawat. Kedua anakku rewel karena bundanya enggak ada dirumah. Aku minta pulang lebih cepat karena anak-anak enggak bisa lagi jauh dari bundanya. Seninnya aku pulang paksa dari rumah sakit meski kondisiku belum fit banget.
Sekarang aku masih dalam masa pemulihan. Aku belum bisa update banyak seperti author lainnya. Mungkin pembaca JTPS yang lama tahu betapa leletnya novel ini aku update dulunya. Baru kencang ketika pertengahan tahun ini. Biar kalian enggak nodong aku update banyak aku harus ceritakan kondisi aku yang sebenarnya. Aku ibu dua orang anak dan seorang pegawai bank. Aku kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Buat update dari kantor aku itu curi-curi waktu istirahat. Kalo frontliner bank enggak boleh pegang hp. Aku nulis full ketika udah dirumah dan anak-anak sudah tidur. Sambil menyusui yang kecil kadang aku ngetik novel ini. Curi-curi waktu pokoknya. Makanya dengan waktu yang terbatas novel aku yang satunya lagi Doctor Couple : Pernikahan Sang Dokter Cinta updatenya lelet sangat.
Dari bulan November kerjaan aku udah numpuk buat kejar target akhir tahun. Sampai ahir tahun ritme kerja tinggi dan banyak kerjaan. Biasanya pulang jam 5 sore molor sampai jam 8 malam. Sampai rumah aku mandi, makan, momong anak, siapin makanan suami dan baru tidur jam 12 malam, anak-anak mau main dulu karena bundanya pulang malam. Aku bikin jadwal buat nulis jam 4 pagi. Makanya aku bisa update pagi beberapa minggu belakangan ini. Jadi nulis itu benar-benar atur waktu dengan baik antara kerjaan, urus anak dan suami. Yang punya anak masih kecil-kecil pasti tahulah drama aku ngurus anak yang masih 2,5 tahun dan 5 bulan. Inilah dibalik layar perjuanganku menulis kisah Bara dan Dila.
Menulis adalah hobiku, makanya meski sibuk aku usahakan terus menulis. Aku enggak menyangka jika JTPS sangat dicintai pembaca karena genre sendiri awalnya LGBT. Tapi aku terharu dengan kalian yang mengapresiasi aku dengan begitu tinggi dengan membaca cerita ini menggunakan koin, membeli hak istimewa dari tier rendah sampai tier tinggi. Semoga rejeki kalian dimudahkan dan dilancarkan. Maaf aku belum bisa jadi penulis full time karena kerjaan utama aku sebagai pegawai bank. Jujur saja aku ingin menjadi penulis full time agar bisa update lebih banyak untuk kalian. Dukung dan support aku dengan membaca cerita ini dengan menggunakan koin agar penghasilan menulisku bisa lebih besar dari penghasilan utama. Aku akan membalas kalian dengan memberikan cerita yang lebih bagus dan update yang lebih banyak. Mungkin bagi kalian 2 koin itu per bab tidak seberapa, tapi bagi aku sangat berarti.
Sekian dari aku semoga kalian mengerti kenapa aku updatenya ga nentu. Semoga kita semua diberi kesehatan. Aku masih dalam pemulihan. Aku usahakan update karena enggak enak sama kalian yang telah rela membeli koin untuk baca cerita ini terutama pembaca yang membeli hak istimewa tier paling tinggi.