33. WANITA PENGGANGGU
33. WANITA PENGGANGGU
Mata Bara memendar mencari Tia dan Daniel. Para penumpang menutupi pandangan Bara. Daniel melambaikan tangan memberi tahu keberadaannya. Bara belum turun pesawat, menunggu sepi. Mata Bara membulat ketika melihat Kinanti melambaikan tangan dan mendekatinya. Bara kaget dan balik badan.
Bara mengode Daniel dan Tia. Mereka berdua menoleh ke belakang. Panik, secepat kilat Daniel memblokir jalan Kinanti dan meminta Bara segera turun. Kinanti menahan geram, kesal ketika Tia dan Daniel menghalangi jalannya. Janda cantik itu emosi karena dihalangi. Dalam satu gerakan cepat Kinanti berhasil menjambak rambut Tia.
Perempuan itu berteriak kesakitan. Untung saja para penumpang sudah turun, hanya tinggal mereka dan para awak pesawat. Tia tak terima rambutnya dijambak Kinanti. Tia melakukan perlawanan sehingga terjadilah tragedi saling jambak. Daniel berusaha mencegah Tia. Pria itu memegangi Tia. Sementara itu Ara memegangi Kinanti agar tak membuat keributan.
"Dasar sekretaris sialan. Beraninya lo menghalangi gue mendekati Bara. Lo enggak level sama gue. Lo bukan tandingan gue buat mendekati Bara. Bos itu jodohnya bos juga. Jangan mimpi lo bisa mengambil Bara dari tangan gue." Kinanti memaki Tia.
"Lo sialan. Perempuan gatal enggak ada akhlak. Udah jelas bos gue enggak nyaman sama lo masih saja lo dekati. Lo nyadar diri dong. Pak Bara udah nikah dan punya anak. Seenaknya lo dekati." Tia membalas penghinaan Kinanti.
"Memang udah nikah tapi istrinya udah lari. Ngapain dia jomblo lama-lama."
"Tahu apa lo soal Pak Bara. Pokoknya gue enggak mau lo gangguin bos gue."
"Bilang aja lo enggak mau bersaing sama gue buat dapetin Bara." Kinanti berkacak pinggang seraya mencibirkan bibirnya.
"Ngapain gue bersaing sama lo. Beda level tahu. Gue cewek baik-baik. Ga level bersaing sama cewek enggak ada akhlak kayak lo. Bukannya gue enggak tahu jam terbang lo itu. Bukankah lo janda kesepian dan butuh belaian?" Cecar Tia dengan kata-kata pedas.
Plakk..... Kinanti menampar Tia.
Pipi Tia memerah karena tamparan Kinanti. Ia tak terima, balik menampar Kinanti, namun perempuan itu buru-buru menepis tangannya. Terjadilah aksi dorong mendorong antara Tia dan Kinanti. Pada akhirnya pramugari turun tangan melerai mereka. Meski keduanya wanita namun sangat kuat. Daniel kewalahan melerai mereka. Pria itu bahkan menjadi bulan-bulanan jambakan Kinanti.
Daniel berteriak kencang mendapatkan cakaran dari kuku panjang Kinanti. Perempuan itu memukul Tia dan Daniel bak orang kesetanan. Tak mau Tia menjadi bulan-bulanan, Daniel menjadi tameng Tia. Kinanti mendekati mereka, tanpa sengaja Daniel melambaikan tangan ke udara. Lambaian tangannya tak sengaja mendarat di dada montok Kinanti. Dorongan Tia membuat Daniel kaget dan tak sengaja meremas dada Kinanti dengan kuat.
Pekikan Kinanti menggema ke seantero pesawat. Perempuan itu tak terima disentuh Daniel. Merasa pria itu tak layak dan tak pantas menyentuhnya. Andai Bara yang melakukannya mungkin wanita itu tak menolak dan marah. Bawahan Bara menyentuhnya merupakan penghinaan baginya.
Tia tak dapat menahan tawanya. Kelengahan Kinanti dimanfaatkan untuk segera turun ke pesawat. Pramugari hanya geleng-geleng kepala melihat tingkam mereka.
"Hahahahhahahahaha." Tia tertawa terbahak-bahak memegang perutnya. Meski rambutnya acak-acakan karena dijambak namun ia bahagia melihat pekikan Kinanti.
"Ketawa lo," cecar Daniel kesal. Meski ia direktur operasional namun Tia hanya memanggil nama padanya karena mereka dulu satu sekolah ketika SMA. Bisa dibilang Daniel dan Tia teman lama yang dipertemukan kembali di kantor Bara.
"Gimana enggak ketawa abis lucu banget liat ekspresi si Kinan pas lo enggak sengaja remas dada dia. Ada hikmahnya juga gue dorong lo. Ekspresinya itu lo enggak tahan. Ogah-ogahan dipegang sama lo tapi tiap malam ia berburu berondong. Lo beruntung bisa pegang aset si janda. Ukurannya berapa? Cup A atau B?" Tia menyenggol lengan Daniel.
"Petaka tahu enggak menyentuh dada dia. Meski dadanya tumpeh-tumpeh. Gue rugi." Daniel mencebik kesal.
"Rugi? Bukannya lo beruntung?"
"Beruntung apanya? Buntung malah." Daniel menyugar rambutnya.
"Kok buntung?"
"Dada pertama yang gue sentuh dan remas bukan dada istri gue tapi dada si janda gatal." Daniel mengangkat bahu.
"Gue harus pakai sanitizer buat menyucikan tangan gue," lanjut Daniel lagi.
"Lebay lo." Tia menjitak kepala Daniel.
Daniel merangkul bahu Tia bak seorang sahabat. Berjalan beriringan menuju pemeriksaan imigrasi Malaysia. Butuh waktu tiga puluh menit mereka mengantri untuk dapat giliran pemeriksaaan. Setelah melewati imigrasi mereka menunggu bagasi. Bara sudah menunggu mereka diluar.
Bara bernapas lega melihat kedatangan Tia dan Daniel.
"Kemana saja kalian? Kenapa lama? Kenapa rambut kamu acak-acakan Tia? Wajah kamu kenapa Daniel kayak kena cakar?" Bara menatap Tia dan Daniel bergantian.
"Aku habis berantem sama Kinan Pak. Kami jambak-jambakan. Daniel jadi korban cakaran Kinan," ucap Tia menjelaskan.
"Kok bisa?"
"Bisalah Pak. Janda gatal itu merasa aku menghalangi dia mendekati Bapak. Dia menganggap aku menggoda Bapak. Pak ada kejadian lucu tadi." Belum sempat cerita Tia sudah tertawa.
Daniel menepuk bahu Tia tak mau kejadian tadi diceritakan pada Bara.
"Kenapa kamu menepuk bahu Tia?" Tanya Bara pada Daniel.
Daniel menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Enggak ada Pak."
"Ada kok Pak." Tia menyela seraya menyengir.
"Apaan sih lo Ti." Daniel tak mau tragedi meremas dada Kinanti diketahui Bara.
"Cerita aja." Bara jadi kepo melihat ekspresi tak suka Daniel.
"Tadi pas Daniel cegah saya berantem sama Kinan, tak sengaja dia meremas dada si Kinan. Ngamuklah perempuan itu enggak sudi dipegang Daniel."
Tia dan Bara tak dapat menahan tawanya. Mereka mentertawai keapesan Daniel. Bara menepuk pundak Daniel memberikan dukungan. Ini cobaan bagi Daniel.
"Bersabarlah Daniel. Ternyata tangan kamu sudah tak suci lagi." Bara menahan tawanya.
"Yuk kita ke hotel sebelum Kinanti muncul di depan kita. Wanita pengganggu itu benar-benar meresahkan. Sopir sudah stand by Tia?" Bara melirik Tia.
"Sudah Pak. Dia udah tunggu kita diluar." Tia mengambil ponsel lalu menghubungi sopir yang menjemput mereka.
Bara, Tia dan Daniel buru-buru keluar ketika melihat Kinanti. Mereka seperti melihat hantu ketika wanita itu tersenyum menatap Bara.
"Cepat kita pergi dari sini sebelum Kinanti membuat kekacauan," ucap Bara pada kedua anak buahnya.
"Baik Pak," sahut keduanya.
Daniel membantu Tia membawakan koper. Karena mereka akan lama berada di KL sehingga Tia membawa pakaian yang banyak.