30. MENUJU KUALA LUMPUR
30. MENUJU KUALA LUMPUR
Dengan telaten Rere mengepak pakaian Bara ke dalam koper dan merapikan barang-barang kebutuhan sang kakak. Walau pun mereka hanya saudara tiri tapi Rere sudah menganggap Bara seperti kakak kandungnya sendiri. Sikap Bara yang yang sangat ngemong sebagai seorang kakak dan juga Paman dari Leon membuatnya terharu. Rere anak satu-satunya dari bunda Ainil dan almarhum ayahnya. Rere sangat bahagia bundanya menikah dengan Herman. Setidaknya bundanya tidak sendiri lagi dan ada teman hidup di usia senja.
"Mom-my kenapa rapikan baju Apa? Apa mau kemana?" Tanya si polos Leon dengan suara terbata-bata.
Rere merunduk mensejajarkan tingginya dengan Leon.
"Apa mau kerja ke Kuala lumpur so mommy menyiapkan baju buat Apa."
"Ikut mom. Aku mau ikut Apa."
"Apa kerja disana gak mungkin Leon ikut kesana. Nanti siapa yang jaga Leon jika ikut?"
"Ada mom," jawab Leon polos.
"Kamu ada-ada saja." Rere mengelus kepala Leon.
Rere bangkit lalu merapikan koper Bara. Jangan salah menafsirkan perhatian Rere pada Bara. Wanita itu hanya menganggap Bara seperti abang kandungnya sendiri. Dia berhutang budi pada Bara karena telah mendukung dan memberinya support ketika hamil diluar nikah. Bara juga yang menyokongnya dan tidak mau menghujatnya ketika bunda Ainil memarahinya dan merasa malu memiliki anak yang hamil diluar nikah.
Meski tidak pernah jujur pada keluarga atau pun pada Bara siapa ayah kandung dari Leon, namun Bara tak pernah memaksanya. Bara justru lebih memahami perasaannya. Sikap Bara yang seperti itu membuat Rere terenyuh. Bara memahaminya bukan menghujatnya. Lahirnya Leon dari rahimnya bukan kehendak dari Rere. Ia tak pernah ingin berada di posisi ini. Usianya baru 24 tahun tapi sudah menjadi single parent untuk Leon. Rere berjanji akan menjadi adik yang baik untuk Bara.
Rere diam-diam membantu Bara untuk menemukan Dila. Tak sengaja Rere mendengar percakapan Dian dan Herman tentang Dila, mantan istri Bara. Rere bahkan tahu ternyata Bara dan Dila tak bercerai. Dila meninggalkan Bara dan pria itu menjadi korban penembakan ketika mencari Dila. Masa lalu Bara seorang gay tak luput dari pengetahuan Rere. Ia selama ini hanya bersikap polos dan tak tahu apa-apa.
Saking keponya Rere, ia sampai stalker media sosial Dila dan menemukan foto wanita itu meski Dila sudah tak aktif lagi di medsos. Jangan ragukan kemampuan Rere dalam melakukan stalking. Ia seorang fangirl Kpop. Ia dan Tia adalah seorang pecinta Kpop sejati. Selama kuliah di Kuala Lumpur mereka sering menghabiskan waktu menonton film Korea dan mengikuti semua event artis Kpop jika bertandang ke KL.
Rere mahasiswa berprestasi di kampus. IPK selalu tinggi. Menonton drama Korea merupakan mood booster untuknya. Hanya Tia, sekretaris Bara yang tahu kenapa Leon hadir dalam rahimnya. Hanya pada Tia, ia mencurahkan isi hatinya.
Rere dan Leon turun ke bawah mereka ikut makan malam bersama Ainil dan Herman. Bara baru saja pulang dari kantor. Leon berlari mengejar Apa-nya. Setiap sore rutinitas yang dilakukan Leon mengejar Bara ketika baru sampai rumah.
"Leon anak Apa. Kangen sama Apa?" Tanya Bara menggendong Leon.
"Iya Apa. Leon kangen," ucap Leon dengan polos.
Bara membawa Leon ke meja makan, bahkan ia memangku anak itu.
"Leon mau makan apa? Nugget atau ayam goreng?"
"Nugget Apa," jawab Leon bersemangat.
"Leon makan sama Mom. Apa capek nak." Rere mengambil Leon dari pangkuan Bara.
"Ngak papa Re. Biarin aja Leon yang sama gue. Gue nggak capek kok."
"Lo baru pulang kerja. Besok mau KL. Nggak enak gue sama lo. Leon terlalu manja sama lo bang." Rere menggerutu.
"Gapapa kok. Kadang lo lebay banget. Kayak sama orang lain aja."
"Apa mau mamam sama Apa," ucap Leon mengacuhkan Rere.
"Leon jangan manja sama Apa." Rere kembali menegur Leon.
"Apa," panggil Leon meminta perlindungan.
"Iya nak?" Bara menoleh pada Leon.
"Mau mamam sama Apa?" Bara tersenyum manis.
"Ya Apa. Mau makan nugget. Enak," ucap Leon dengan gaya lebay.
"Leon jangan manja kayak gitu. Makan sama mommy aja." Rere kembali menegur Leon.
"Re, kamu jangan kayak gitu sama anak kamu. Dia mau makan sama Apanya. Gapapa, biarin aja Leon makan sama Bara." Herman menegur Rere.
"Tapi Pa. Leon terlalu manja sama bang Bara. Aku nggak suka dia repotin abang Bara." Rere mengemukakan alasannya.
"Mana repotin? Gue nggak merasa direpotkan kok. Lo aja berlebihan." Bara membalas Rere.
"Ya udah kalau gitu Bang." Rere mengalah dan tak mau berdebat.
"Gue takutnya lo ke ganggu aja. Lo udah capek kerja dan besok pagi lo udah berangkat ke KL. Barang-barang lo udah gua packing dalam koper."
"Makasih Rere udah bantu gue beres-beres. Gue tinggal gue cek aja apa aja yang kurang." Bara tersenyum manis menatap Rere lalu menyuapi Leon makan.
"Kalau ada yang kurang bilang aja. Gue siap bantu kok."
"Makasih adikku yang manis," ucap Bara.
"Sama-sama bang."
"Liat kalian akur begini bikin bunda senang. Selama ini bunda nggak punya anak laki-laki. Kamu udah jadi kakak yang baik buat Rere Bar. Bunda terharu," ucap Ainil, ibu tiri Bara.
"Berapa lama kamu ada di KL Bar?" Tanya Herman sambil menyantap makanan.
"Mungkin dua mingguan aku disana Pa. Soalnya aku berencana mau bahas bisnis sama Tuan Irfan Khan, kemudian aku menghadiri pernikahan anaknya. Beliau mengadakan resepsi pernikahan anaknya tujuh hari tujuh malam. Jadi aku agak menjilat sedikit sama beliau. Aku akan datang ke pesta anak beliau setiap hari."
"Harus datang ya bang?" Tanya Rere menatap Bara.
"Gue mau cari perhatian dia Re, makanya pergi ke pesta pernikahan anaknya selama tujuh hari tujuh malam. Lo sih enggak mau ikut. Terpaksa gue pergi bertiga sama Tia dan Daniel."
"Ngapain lo bawa gue sama Leon? Ntar dikiranya gue istri lo lagi padahal gue adik lo."
"Lo dan Leon alasan gue buat nolak cewek gatal diluar sana. Lo tahu Kinanti, CEO Atlantis Persada. Janda gatal itu bikin gue ilfeel tau nggak. Masa dia naikin harga barangnya gara-gara gue nggak mau nikahin dia. Untung aja ada Zico kalau enggak, mungkin bahan baku untuk konstruksi nggak mau dia jual ke gue. Gue bisa dituntut sama pemerintah karena pembangunan jembatan spesifikasinya enggak sesuai dan perusahaan gue rugi dua ratus persen."
"Sinting dia bang." Rere malah memaki Kinanti.
*****
Cerita Jodoh Tak Pernah Salah eksklusif di Webnovel. Jika menemukan cerita ini di platform lain berarti cerita ini dibajak.