28. TANGISAN DILA
28. TANGISAN DILA
"Bara maafkan aku," ucap Dila terisak-isak. Dila menghidupkan lampu lalu menyeka keringat di pelipisnya. Hampir tiap malam ia selalu bermimpi menggigau memanggil nama Bara.
"Bara aku merindukan kamu, tapi aku merasa sakit. Tidak bisa menyentuh atau bahkan melihat kamu. Gimana kabar kamu sekarang? Bara apa kamu baik-baik saja? Apa kamu sudah menikah lagi?" Dila menerawang menatap langit-langit kamar.
Cinta yang Dila punya berasal dari ayat-ayat cinta. Meninggalkan untuk melindungi. Inilah yang namanya definisi cinta yang tak harus bersama namun saling mendoakan dan saling merindukan di dalam mimpi. Perpisahan yang mereka diluar kehendak keduanya. Mereka harus berpisah karena keadaan.
Perpisahan menghadirkan luka, menimbulkan rindu. Rindu adalah jeda. Jeda untuk saling menyelami perasaan dan cinta masing-masing. Rindu membuat kita sadar akan pentingnya seseorang dalam hidup kita. Dila memahami kalimat ini. Tiga tahun ia harus menahan duka nestapa. Meninggalkan Bara ketika sedang cinta-cintanya.
Seorang gadis kecil keluar dari sebuah pintu. Kamar Dila dan anak-anaknya terhubung. Kamar triplets ada di dalam kamar Dila. Untuk sampai ke kamar triplets harus melewati kamar Dila dulu.
"Ama menangis lagi?" Tanya seorang gadis kecil berwajah sendu. Tangan kecilnya menghapus air mata di pipi Dila.
Meski tinggal di negeri orang, Dila tetap mengajarkan anaknya berbahasa Indonesia. Ketiga anaknya memanggilnya Ama. Orang Padang akan memanggil Mama dengan sebutan Ama, Papa dengan sebutan Apa dan Tante dengan sebutan Ante. Meski lahir di luar negeri. Anak-anak tetap diperkenalkan dengan budaya Indonesia terutama budaya Minang.
Dila tersenyum miris mendapatkan pertanyaan dari Salsa. Ya Dila telah melahirkan bayi kembar tiga Bara. Saat kabur Dila sempat melakukan testpack dan ia dinyatakan hamil. Saat melakukan USG terlihat ada tiga bayi dalam kandungannya. Dila melahirkan dua orang anak laki-laki dan satu orang perempuan. Shaka Abadi Kiram, Shakel Abadi Kiram dan Salsabila Abadi Mecca. Abadi adalah singkatan Anak Bara Dila.
Dila menggenggam tangan mungil Salsa. Ia mencium tangan anak gadisnya dengan penuh takzim. Salsa sangat mirip dengan Bara. Salsa adalah sosok Bara dalam versi perempuan. Mata, bibir, hidung dan wajah benar-benar meniru milik Bara. Kerinduan Dila pada Bara semakin memuncak ketika menatap Salsa.
"No. Ama tidak menangis," balas Dila menampilkan senyum.
"Don't lie Ama. I see your face. I see sadness on your face," balas Salsa telak.
Gadis kecil yang masih berusia tiga tahun itu sangat pintar dan bicaranya sudah lancar. Kadang Dila dibuat takjub dengan kelakuan Salsa. Gadis kecil itu bisa menjadi kakak untuk kedua adiknya, Shaka dan Shakel. Salsa yang duluan lahir disusul Shaka tiga puluh menit kemudian dan tiga puluh menit berikutnya Shakel lahir.
"Ama tidak bohong Salsa. Ama bicara jujur. Kenapa kamu bangun?" Dila membelai rambut Salsa lalu menggendongnya. Dila mendudukkan Salsa di pahanya dan mencium puncak kepala anaknya.
"Bagaimana aku tidak bangun Ama? Ama berteriak seperti orang kerasukan setan lalu Ama berteriak memanggil BARA, BARA. Siapa Bara?" Tanya Salsa polos. Gadis itu sangat marah jika Dila berteriak memanggil nama pria lain bukan Babanya.
Dila menggaruk kepalanya yang tak gatal. Merasa malu karena Salsa mendengarkan igauannya. Andai saja Dila bisa mengatakan pada Salsa jika Bara adalah ayah kandungnya. Pria yang selama ini mereka panggil Baba (Papa) bukanlah ayah kandung mereka. Pria itu ada hanya untuk mengisi kekosongan peran ayah untuk triplets. Triplets sejak lahir mengetahui jika Dino adalah Baba mereka.
Dila dan Dino bersama hanya demi anak-anak. Dila menggantikan peran ibu untuk anak Dino. Istri Dino meninggal karena kecelakaan dan meninggalkan seorang anak perempuan cantik berumur tiga tahun. Anak itu bernama Hanin. Sekarang Hanin sudah berusia enam tahun.
"Ama hanya mimpi buruk. Dimana uni Hanin?"
"Uni sedang tidur. Ama siapa Bara?" Tanya Salsa sekali lagi.
"Mau temani Ama tidur?" Dila mengalihkan pembicaraan. Ia tak mau membahas Bara di depan anak-anak terutama Hanin.
Hanin juga sangat pintar dan pandai memprotes jika ada pria yang mendekatinya. Menurut Hanin hanya Baba yang boleh dekat-dekat dengan Ama.
"Mau." Salsa manggut-manggut.
Dila menyanyikan lagu Nina Bobo untuk Salsa lalu membelai rambut anak itu dengan lembut. Seluruh kasih sayangnya dicurahkan pada triplets dan Hanin. Dila bahagia meski hatinya sakit. Bisa memberikan keluarga yang utuh untuk anak kembarnya. Apa yang Dila jalani bersama Dino sekarang hanyalah untuk kebaikan anak-anak. Mereka tidak ingin anak-anak mengalami kerusakan mental karena tidak memiliki sosok ayah dan juga sosok ibu.
Dila beruntung ketika dia merasa hampa, kesusahan dan hamil kembar tiga Dino berada di sampingnya. Pria itu yang selalu hadir disaat ia membutuhkan bantuan.
Bahkan pria yang ada ketika anak-anaknya lahir ke dunia. Dino bahkan mengazani ketiganya. Dila hamil tanpa merasakan apa-apa. Tidak merasakan mual atau muntah seperti ibu hamil lainnya. Selera makannya malah meningkat tajam. Dila sampai dibilang hamil kebo. Dila bahagia menjalani kehamilannya.
Dila tak mengalami morning sickness, jarang merasa nyeri dan pusing, tidak merasakan ngidam, suka makan dan tidak pilih-pilih makanan, tidak memiliki gangguan tidur, terlihat begitu bugar dan ceria.
Dila mengguncang tubuh Salsa memastikan anak itu telah tidur apa belum. Suara ngorok Salsa menegaskan bahwa gadis kecil itu telah terlelap tidur dan berlayar menuju alam mimpi.
"Sa andai Ama bisa menceritakan semuanya sama kamu. Salsa masih terlalu kecil untuk Ama ceritakan. Maafkan Ama jika selama ini telah membohongi kalian. Andai kamu tahu nak Bara itu adalah orang terpenting dalam hidup Ama dan kalian. Dialah yang membuat kalian lahir ke dunia ini. Andaikan kamu tahu jika wajah kamu adalah fotokopi dari wajah Apa. Kalian dua orang yang berbeda dengan wajah yang sama. Kamu versi perempuan dari Apa. Maaf ya nak kita harus seperti ini, berpisah dengan Apa. Ama tak mau meninggalkan Apa tapi keadaan yang memaksa Ama untuk melakukan semua ini. Inilah hakikat tertinggi dari mencintai, meninggalkan dia hanya untuk kebaikannya. Meski orang mengatakan Ama kejam dan tega, tapi mereka tidak tahu maksud dan tujuan Ama melakukan semua ini. Ama juga sakit nak harus meninggalkan Apa. Ketika Ama hamil kalian dan ingin memeluk Apa. Ama hanya bisa menangis melihat foto Apa. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar nak buat Ama melalui semua ini bersama Baba. Untung saja Baba hadir dalam kehidupan kalian sehingga kalian tidak pernah kehilangan sosok seorang ayah." Dila menghapus air matanya tak mau tumpah mengenai wajah Salsa.