29. PENYESALAN DILA
29. PENYESALAN DILA
Dila sendiri yang merancang kamar anak-anak karena mereka tak mau tidur terpisah. Salsa tidak bisa tidur jika tidak dipeluk Hanin.
Dila menghampiri anaknya satu persatu. Ia mencium kening Hanin dan menutup tubuh Hanin dengan selimut. Dila masih mengingat dengan jelas bagaimana Hanin kecil menangis tersedu-sedu memanggil Umma.
Umma adalah panggilan Hanin untuk sang ibu. Sementara Baba adalah panggilan untuk Dino.
Dila merasa tertohok dan merasa kasihan melihat Hanin yang harus kehilangan Ummanya di usia tiga tahun, seusia triplets sekarang. Dila menjadi sosok ibu bagi Hanin. Anak itu bahkan sudah lupa dengan Ummanya dan menganggap Dila ibu kandungnya.
Shaka dan Shakel tidur terlelap sambil berpegangan tangan. Meski mereka kembar identik namun sifat keduanya sangat berbeda. Shaka sangat kalem seperti Dila. Shakel keras dan egois seperti Bara. Mereka hanya mewarisi wajah Dila namun gaya bicara, cara jalan Shakel dan Shaka sangat mirip dengan Bara.
Dila mengelus kepala keduanya anak bujangnya. Merasa bersalah karena telah memisahkan keduanya dari Bara. Sampai sekarang pria itu tidak tahu jika Dila telah melahirkan ketika anak mereka.
Dila terharu dan takjub ketika mengetahui bayi dalam kandungannya kembar tiga, padahal dokter Dedi mengatakan padanya waktu itu belum tentu ketiga embrio dimasukkan akan menjadi janin. Ternyata ketiga embrio itu menjadi janin dalam rahim Dila.
Bara memiliki anak kembar tiga. Dua orang laki-laki dan satu orang perempuan. Dila bahkan tidak mengalami kesusahan seperti ibu hamil lainnya. Ia malah enerjik dan semangat. Makanya Dino mengatakannya hamil kebo.
Tak ada ciri-ciri orang hamil dari diri Dila bahkan ia melahirkan ketiga anak kembarnya secara normal. Anak-anaknya tahu diri sejak dalam kandungan. Tidak pernah menyusahkan Ama mereka.
Dila memandangi kamar. Mainan anak-anak berserakan di lantai. Dila memungut mainan satu persatu lalu memasukkannya pada tempatnya. Jika berada dalam kamar, anak-anak akan bermain sesuka hati. Meloncat, berteriak dan melempar bola. Dila dan Dino memanjakan anak-anak mereka.
Anak mereka terlalu hiperaktif sehingga mereka memutuskan untuk membuatkan wahana permainan di dalam kamar. Sepulang sekolah mereka akan bermain bersama di kamar. Mereka berempat sangat rukun dan jarang bertengkar. Shakel dan Shaka yang sering berantem berebut mainan.
Rasa bersalah menghinggapi Dila. Anak-anak mengenal Dino sebagai ayah mereka bukan Bara. Dila mengelus kepala Shaka dan Shakel bergantian. Setelah itu ia pergi dan kembali ke kamarnya. Dila mengambil buku diari dalam laci nakas. Dila masih menyimpan foto pernikahannya dengan Bara. Dila mengelus foto itu dengan perasaan hampa.
"Bar, apakah kamu tahu? Anak-anak kamu udah lahir Bar. Keinginan kamu untuk punya anak banyak tercapai. Aku udah lahirin anak kamu Bar. Kamu langsung mendapatkan tiga anak dari program bayi tabung kita. Sudah tiga tahun aku meninggalkan kamu. Apa kamu benci aku Bar? Apa kamu merindukanku seperti aku merindukan kamu? Aku tahu aku yang salah disini Bar. Aku tak berharap banyak, jika kamu akan mencari aku. Aku yang terlalu percaya diri kamu akan mencari aku sampai ke ujung dunia. Jika aku pergi dari sisi kamu, aku kira kamu akan mengerahkan semua orang-orang kamu seperti kamu mencari aku waktu menghilang ke Perth, setelah mengetahui jati diri kamu. Sebenarnya aku bahagia dengan kehidupan aku sekarang. Anak-anak tumbuh dengan baik. Mereka sehat dan pintar. Salsa sangat mirip dengan kamu Bar. Kalian sangat mirip. Jika aku lihat Salsa berasa melihat kamu. Salsa versi perempuan kamu. Apa kamu sudah menikah? Jika kamu sudah menikah aku harap kamu bahagia dengan pernikahan baru kamu. Berat untukku meninggalkan kamu. Aku melihat kamu mengejar aku waktu itu. Kamu menangis seperti orang gila mencari aku. Aku juga sedih melakukan semua ini. Aku nggak mau ninggalin kamu waktu itu. Jika aku nggak ninggalin kamu ayah dan uda akan mencelakakan kamu. Mereka menjunjung tinggi harga diri. Ayah dan uda tidak mau harga diri mereka cacat jika orang-orang tahu masa lalu kamu. Aku nggak habis pikir kenapa ayah dan uda seperti itu? Mereka telah menghancurkan rumah tangga kita Bar. Aku korban terbesar dari semua ini. Aku berusaha tegar melewati semua ini Bar, padahal aku tidak sekuat itu. Ketika aku hamil yang aku inginkan disampingku adalah kamu, tapi keadaan tidak mengijinkan aku bisa meluk kamu." Dila mengelus foto Bara.
Meski tiga tahun telah berlalu namun yang pasti cintanya pada Bara tak akan berubah. Selalu mencintai pria yang telah memberikannya tiga orang anak.
Petir menyambar-nyambar. Suaranya memecah keheningan malam. Keempat anaknya menangis dan berteriak kencang. Suara petir bak suara galaksi yang meledak di angkasa. Dila berlari terbirit-birit menuju kamar.
Ia menggendong Shaka yang duluan mengejarnya. Lalu Salsa juga berlari ke pelukannya. Hanin dan Shakel hanya kebagian memeluk kaki Dila.
"Baba takut," teriak Hanin dengan suara keras. Ia menangis terisak-isak memanggil Dino. Hanin phobia mendengar suara petir.
"Gapapa Hanin. Ada Ama disini nak. Enggak perlu takut lagi." Dila mengelus kepala Hanin.
"Suara petirnya buat I takut Ama. I tak nak tidur sendiri. I mahu tidur dengan Ama."
"Ama takut," teriak triplets berbarengan.
"Yuk tidur sama Ama." Dila membawa anak-anak ke kamarnya. Mereka berlima tidur dalam satu ranjang. Dila tidur ditengah diapit keempat anaknya. Disisi kanan Hanin dan Salsa sementara disisi kiri Shaka dan Shakel.
"Kapan Baba pulang Ama?" Tanya Shakel dengan suara pelan. Meski Shaka dan Shakel mirip namun Dila bisa membedakan keduanya.
Dila tersenyum menatap Shakel membelai kepala sang anak penuh cinta.
"Dua hari lagi Baba pulang ya nak. Baba masih kerja di luar kota." Dila memberikan pengertian pada anak-anak. Dino masih ada urusan bisnis di luar kota.
"Kenapa Baba lama sekali. Apa Baba tidak sayang kami Ama?" Giliran Hanin yang bicara.
"Enggak boleh uni Hanin ngomong kayak gitu. Baba kerja buat uni Hanin. Besok kita video call dengan Baba."
"Benarkah Ama?" Keempat bersorak kegirangan. Mereka seperti mendapatkan mainan bagus ketika Dila menjanjikan mereka video call dengan Dino.
"Beneran anak-anak. Ama mana pernah ingkar janji sama kalian."
"Terima kasih Ama. Alayu Ama," ucap triplets serentak. Alayu maksud mereka adalah I love you.
"I love you to anak-anak," balas Dila sumringah.