Jodoh Tak Pernah Salah

27. MIMPI BARA



27. MIMPI BARA

"Sayang aku sangat mencintai kamu. Aku akan menjadi istri kamu sepanjang hidupku. Aku hanya ingin dipisahkan oleh kematian. Cintamu telah merasuk ke dalam sukma, telah menyatu dalam sumsum dan darahku. Hanya kamu yang bertahta di dalam hatiku. Aku apresiasi perubahan kamu menjadi manusia yang lebih baik lagi. Aku tidak pernah sebahagia ini seperti yang aku rasakan sekarang. Inilah hakikat cinta yang paling tinggi. Mencintai ketika akad nikah telah berlangsung. Pernahkah kau ingat pepatah? Cinta sejati adalah cinta yang hadir setelah akad nikah yang mana cintamu disaksikan Tuhan, malaikat dan juga manusia. Cinta yang pantas diagungkan adalah cinta yang hadir setelah akad. Bara kamu adalah cinta dalam hatiku. Kau adalah pemimpin yang merajai hatiku. Selamanya aku akan mencintaimu," ucap seorang wanita berbaju putih dengan wajah bercahaya.     

Untuk kesekian kalinya Bara melihat wanita itu hadir dalam mimpinya, namun wajahnya tak terlihat, hanya cahaya putih yang menyilaukan mata. Mereka kembali bertemu dalam sebuah labirin yang tak ada ujungnya.     

"Sayang, aku juga merasakan hal yang sama. Kaulah nafasku, kaulah hidupku, kaulah nadiku, kaulah denyut jantungku. Aku tak bisa hidup tanpamu. Meski aku tidak ingat apa yang terjadi tiga tahun belakangan ini, namun aku merasakan kehampaan. Ada yang hilang dari diriku. Separuh jiwaku pergi pasca kepergianmu. Katakanlah kasih! Siapakah kamu sebenarnya? Kita sama-sama memendam kerinduan tapi kita tidak bisa bertemu. Hanya mimpi yang mempertemukan kita. Aku tak punya asa, terpuruk dalam hidup seperti yang aku rasakan sekarang. Aku tidak mengerti jalannya takdir. Kenapa Kita dipisahkan padahal kita saling mencinta? Betapa buruknya diriku, aku tak mengenali diriku sendiri. Apa yang menyebabkan aku berada di posisi sekarang? Kasih, bahkan nama aku pun lupa. Kita bertemu dalam mimpi namun aku hanya melihat cahaya putih di wajahmu. Aku tak bisa melihat wajahmu. Aku ingin tahu siapakah tulang rusukku? Siapakah yang aku cintai? Hanya ada kehampaan dan kekosongan dalam hatiku. Sampai kapan aku harus menunggu kamu? Merenung meratapi nasib betapa pedihnya perpisahan. Aku ingin tahu apa kita berpisah karena tak ada cinta di antara kita? Jika aku bener-bener membencimu, kenapa aku merindukan kamu? Bertemu denganmu dalam mimpi cukup membuat aku bahagia. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk melewati semua ini. Aku sendiri mencari jawaban atas semua hal yang menyebabkan kita berpisah. Kasih, bisakah kamu katakan padaku? Apakah yang sebenarnya terjadi?" Bara beruraian air mata.     

"Bara bersabarlah mungkin kita belum ditakdirkan untuk kembali bersama. Tabahkanlah hatimu. Mungkin ini ujian yang tengah menimpa kita berdua. Kadang kita melakukan sesuatu yang tak pernah kita inginkan. Keadaanlah yang memaksa kita harus berpisah. Satu hal yang perlu kamu ketahui aku tidak ingin kita berada di posisi ini. Aku juga tidak ikut kita melewati hal-hal seperti ini. Kita telah melewati momen tangis, bahagia dan tawa bersama. Namun apa yang kita rencanakan berbeda dari yang rencana Tuhan. Maafkan aku jika aku tidak seperti yang kamu harapkan. Maafkan aku jika kamu tertekan dan selalu berpikir. Anggap saja ini sebuah ujian yang harus kita lewati. Mungkin perpisahan ini menguji seberapa besar cinta yang kita miliki, betapa besar kerinduan yang kita rasakan. Rindu adalah jeda agar kita saling mengetahui dan memahami besarnya cinta yang kita miliki."     

"Tapi ini terlalu menyakitkan untukku. Aku merasakan ruang kosong di hatiku. Jika benar-benar kita saling merindukan kenapa kita harus berpisah? Kita bisa tetap bersama. Sayang maafkan kekuranganku, jika aku tidak bisa mengingat nama dan juga mengingat wajahmu namun aku tahu kamu selalu ada dihatiku. Alam bawah sadarku menyiratkan bahwa kamu cinta sejati dalam hidupku." Bara menangis pilu. Melangkahkan kaki mendekati wanita dengan cahaya putih, namun wanita itu malah mundur dan tak ingin didekati. Bara merasa frustasi melihat sikap si wanita.     

"Jangan dekati aku Bara. Menjauhlah dariku. Belum saatnya kita bersama," ucap wanita itu dengan uraian air mata.     

"Kenapa?" Bara merasakan sakit di dalam dadanya. Dia sangat cengeng dan tak malu menangis.     

"Bara aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk kamu."     

"Bernyanyilah!" Titah Bara pilu.     

"Bialah jauh di mato dakek di hati.     

Marilah samo ndeh da mangganggam janji. Jikok rindu kito samo rindu     

Di dalam mimpi batamu. Lamo jo lambek pintak balaku. Jikok rindu kito samo rindu. Di dalam mimpi batamu. Lamo jo lambek pintak balaku. Tadanga kaba barito denai di rantau.     

Ambiak elok nyo sayang buang buruaknyo. Basabalah uda basabalah mananti. Denai lai ka pulang manabuih janji. Basabalah uda basabalah mananti. Denai lai ka pulang manabuih janji. Marantau denai pai marantau     

Maadu untuang jo parasaian.     

Jan risau uda sayang usalah risau.     

Nyao di badan jadi taruhan. Mananti oi uda denai mananti. Uda dirantau bilo ka pulang. Manyeso gamang manunggu janji. Maharok japuik pamenan hati."     

(Biarlah jauh di mata dekat di hati.     

Marilah sama oh abang menggenggam janji. Jika rindu kita sama rindu.     

Di dalam mimpi bertemu. Lama dan lambat pinta akan berlaku. Jika rindu kita sama rindu. Di dalam mimpi bertemu. Lama dan lambat pinta akan berlaku. Terdengar kabar berita aku di rantau. Ambil baiknya sayang buang buruknya. Bersabarlah abang bersabarlah menanti. Aku sungguh akan pulang menebus janji. Bersabarlah abang bersabarlah menanti. Aku sungguh akan pulang menebus janji. Merantau aku pergi merantau. Mengadu untung dengan penderitaan.     

Jangan risau abang sayang, janganlah risau. Nyawa di tubuh jadi taruhan. Menanti oh abang, aku menanti.     

Abang di rantau kapan akan pulang.     

Menyiksa bimbang menunggu janji. Mengharap jemputan belahan hati).     

Song By Manunggu Janji- Andra Respati feat Ovhi Virsty.     

"Kenapa penantian ini sangat menyiksaku? Aku berharap kita akan segera bertemu dan bersama. Perpisahan pasti akan menghadirkan rasa sakit dan air mata," ucap Bara emosional.     

"Jika kita saling mencintai kenapa harus berpisah?"     

"Maafkan aku Bara. Aku tidak bisa mengatakan apa pun. Maaf aku pergi," ucap si wanita melangkahkan kaki dan hilang dalam labirin yang tak berujung.     

"Jangan TINGGALKAN aku," pekik Bara menggapai sang wanita. Tangannya berusaha menggapai wanita itu namun tak bisa.     

"Bang bangun." Rere menepuk bahu Bara. Wanita itu terjaga mendengar tangisan Bara. Kamar mereka bersebelahan sehingga Rere bisa mendengarkan tangisan memilukan dari kakak tirinya.     

Bara terjaga lalu mengambil minuman yang diberikan Rere.     

"Lo mimpi lagi bang?" Tanya Rere prihatin.     

"Re, sakit disini." Bara menunjuk dadanya.     

"Gue tahu bang. Gue paham apa yang lo rasakan. Kita sama-sama terluka bang dengan keadaan yang berbeda."     

"Kenapa gue harus kayak gini Re? Dosa apa yang gue lakukan hingga Tuhan menghukum gue seperti ini? Bahkan gue lupa siapa diri gue sendiri." Bara menangis pilu.     

"Bang lo enggak lakuin apa-apa. Tuhan hanya ingin menaikkan derajat lo makanya lo dikasih ujian kayak ini," ucap Rere menghibur Bara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.