Jodoh Tak Pernah Salah

26. KEMARAHAN KINANTI



26. KEMARAHAN KINANTI

"Lalu apa yang anda inginkan?" Tanya Kinanti dengan nada tinggi.     

"Tolong jaga bicara anda.Jangan bicara dengan nada tinggi padaku." Zico memberikan peringatan. Tidak suka dengan sikap arogan Kinanti.     

Kinanti dan Ara kaget mendengar suara bariton Zico yang tegas. Bicaranya dingin dengan wajah gelap. Kinanti cukup menggigil mendengarnya.     

"Anda jangan memukul rata semua pebisnis. Saya dan Bara bukanlah pebisnis yang bisa anda goda seperti rekan bisnis anda yang lain. Kami berdua sudah menikah dan punya istri."     

"Anda ini aneh."     

"Anda yang aneh." Zico balik mencerca Kinanti.     

"Anda pikir saya akan tergoda dengan kemolekan tubuh anda? Anda pikir saya tidak tahu jika anda tengah menggoda saya. Maaf Kinanti anda belum level bisa menggoda saya. Saya lebih mencintai istri saya yang menjaga kehormatannya. Sepertinya tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan. Kerja sama kita batal." Zico bangkit namun tangannya dicekal Kinanti.     

Fahmi dan Ara kaget melihat sikap Kinanti yang begitu berani menyentuh Zico.     

"Lepaskan tangan anda!" Zico menatap tajam.     

"Pak kita bisa bicara baik-baik. Ini tidak seperti yang anda kira. Maaf anda tidak suka dengan sikap saya. Maaf tadi saya lancang," ucap Kinanti dengan lembut. Jika tidak ingat produksi perusahaannya terhenti jika tak dapat bahan baku dari Zico, Kinanti tidak akan mau merendahkan harga dirinya menjilat pada Zico.     

"Bicara baik-baik seperti apa?" Zico berwajah datar.     

Kinanti sangat benci melihat wajah datar pria itu. Kinanti ingin merobek mulut Zico karena telah berani menghinanya.     

"Saya akan menjual bahan baku dengan harga normal pada Bara. Jika perlu besok barangnya akan dikirim ke perusahaan Bara."     

Zico kembali duduk setelah dibujuk Kinanti.     

"Telpon Bara sekarang!" Titah Zico pada Kinanti.     

"Apa telepon?" Kinanti tak percaya diperintah orang lain.     

"Apa perkataan saya kurang jelas?" Ucap Zico tegas.     

"B-baik," ucap Kinanti gugup. Buru-buru ia meminta ponsel pada Ara.     

Kinanti langsung menghubungi Bara. Dalam panggilan pertama pria itu mengangkat teleponnya.     

"Selamat siang Pak Bara. Saya akan menjual bahan baku kontruksi dengan harga normal pada anda. Saya akan mengirimkannya besok," ucap Kinanti dengan cepat.     

"Terima kasih. Senang bekerja sama dengan anda," balas Bara dengan nada sumbang.     

"Bagaimana Ibu Kinanti? Menyenangkan bukan jika ditekan seseorang?"     

"Apa maksud anda Pak?" Wajah Kinanti pias. Wanita itu muak dengan kondisi ini.     

"Bagaimana rasanya anda tidak mendapatkan bahan baku untuk produksi padahal bahan baku itu penting untuk perusahaan anda dan urgent?" Bara membalas Kinanti dengan telak.     

"Anda membalas dendam pada saya?" Nada bicara Kinanti tinggi. Merasa dipermainkan Bara dan Zico.     

"Satu hal yang perlu anda ketahui Ibu Kinan. Ini untuk terakhir kalinya saya berbisnis dengan anda. Kedepannya anda harus profesional. Satu hal yang harus anda ketahui jika Zico adalah adik iparku," ucap Bara mematikan sambungan telepon. Bara puas telah memberikan Kinanti pelajaran.     

Akhirnya Kinanti mendapatkan jawaban kenapa Zico bersikap buruk padanya. Kemarahan Kinanti meledak-ledak. Ia seakan tak punya pilihan untuk menyetujui permintaan Zico. Baiklah, kali ini Kinanti harus mengalah. Lain kali Kinan akan membalas perlakuan Bara dan Zico. Kinanti merasa terhina dan harga dirinya diinjak-injak.     

"Saya sudah bicara dengan Bara," ucap Kinanti pada Zico.     

"Baiklah. Saya akan menjual bahan mentah pada anda tapi setelah Bara mendapatkan barang dari anda," ucap Zico dingin bangkit dari tempat duduk.     

"Seorang Arzico Aditia tidak akan ingkar janji. Jangan pernah mempermainkan Bara lagi. Urusan pribadi dan bisnis tolong dibedakan. Kepala boleh sama hitam namun pikiran orang tidak sama. Saya dan Bara bukanlah pria mata keranjang seperti pebisnis lain. Istri-istri kami lebih hebat daripada wanita nakal diluar sana," ucap Zico melenggang meninggalkan Kinanti. Fahmi mengekori atasannya dari belakang.     

Kinanti membuang gelas ke lantai. Gelas itu pecah berkeping-keping. Ia benar-benar kesal dan marah karena mendapatkan perlakuan diskriminatif dari Zico.     

Kinanti tidak menyangka Zico dan Bara memiliki hubungan persaudaraan, sehingga kedua laki-laki itu bersatu untuk membalasnya. Kinanti menahan amarahnya sedari tadi, berusaha sabar mendapatkan hinaan demi hinaan dari Zico.     

Ternyata laki-laki itu benar-benar menyeramkan dan dingin. Bagaimana pun ia mencoba menggoda Zico namun pria itu bergeming, bersikap acuh tak acuh dan menganggapnya seolah tak ada. Jika Kinanti tidak membutuhkan mineral dan batubara dari Zico, ia tidak akan sudi merendahkan dirinya. Baru kali ini ia ditolak dan dipermalukan. Kinanti berjanji akan membalas Zico dan Bara suatu hari nanti. Mungkin kali ini ia harus melunakkan lidahnya daripada gigi karena dia membutuhkan bahan mentah dari perusahaan tambang Zico. Kualitas tambang milik Zico sudah diakui dan kelas satu.     

"Berani sekali mereka berdua menghinaku. Ara aku tidak terima diperlakukan seperti ini. Aku akan membalas Zico dan Bara. Mereka benar-benar bajingan dan telah mempermalukan aku." Kinanti memukul meja dengan keras.     

"Saya kan sudah bilang sama Ibu. Jangan pernah mencampurkan urusan pribadi dengan bisnis. Saya sudah bilang Pak Bara itu bukan orang sembarangan. Manis diluar tapi menyeramkan. Dia sudah terkenal sebagai seorang serigala dalam dunia bisnis. Dia membalas anda dengan telak. Membalikkan keadaan dan dia ingin Ibu merasakan di posisi dia. Ibu sudah mendapat batunya. Menurut saya lain kali jangan bersikap seperti itu lagi pada Zico dan Bara. Jangan pernah main-main dengan mereka jika Ibu tak ingin terbakar. Jika Ibu bener-bener suka dengan Pak Bara, harusnya mendekati beliau dengan cara yang elegan bukan dengan cara licik."     

Kinanti mencengkram lengan Ara hingga wanita itu kesakitan.     

"Berani sekali kamu bicara seperti itu kepadaku? Jaga batasan kamu Ara. Kamu hanya sekretaris merangkap asistenku. Seenaknya saja kamu menasehatiku."     

"Saya hanya mengingatkan Ibu, bukan menasehati. Jika Ibu tetap bersikap seperti ini nama baik perusahaan kita akan tercemar. Orang akan berpikir ulang untuk bekerja sama dengan kita. Saya hanya memikirkan perusahaan. Saya tidak mau perusahaan ini hancur dengan reputasi yang jelek. Ingat Ibu, ayah anda memperjuangkan perusahaan ini dengan air mata dan darah. Saya tidak ingin perjuangan ayah anda selama ini berakhir di tangan anda. Saya ingin Atlantis Persada selalu berkibar dan bersinar. Saya menyaksikan perjuangan ayah anda dari nol, makanya saya mengingatkan anda seperti ini. Terserah anda mau marah atau bagaimana. Saya hanya ingin yang terbaik untuk perusahaan."     

"Brengsek!" Maki Kinanti geram. Ia menarik alas meja hingga piring dan makanan yang belum sempat mereka cicipi berserakan di lantai.     

Pelayan restoran mendekatinya.     

"Jangan khawatir aku akan mengganti kerugiannya," ucap Kinan penuh amarah. Ia mengeluarkan cek dan menulis angka penggantian kerugian restoran.     

"Angka yang aku tulis lebih dari cukup mengganti kerugian kalian."     

Pelayan restoran ketakutan menerima cek dari Kinanti. Perempuan itu benar-benar menakutkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.