Jodoh Tak Pernah Salah

17. MALAM PERTAMA DIAN DAN ZICO ( 2 )



17. MALAM PERTAMA DIAN DAN ZICO ( 2 )

Adegan 21+     

Diharapkan bijak dalam membaca. Cerita ini khusus bagi orang yang sudah menikah untuk menambah keeratan hubungan suami istri.     

Jika ada yang salah lapak, jangan salahkan author. Sudah diperingatkan sebelumnya.     

****     

Zico menangkup kedua pipi Dian. Jemarinya menyapu bibir merah Dian. Jarak diantara keduanya sangat dekat. Napas keduanya memburu.     

"Kamu capek Di?"     

"Enggak, aku enggak capek."     

"Bolehkah aku meminta hakku?" Tanya Zico dengan mata berkabut gairah.     

"Hmmmmm," jawab Dian samar.     

Zico membaca doa lalu mengecup kening Dian. Bibir Zico membungkam bibir Dian. Tautan keduanya seakan tak bisa dilepaskan. Zico memberikan ciuman panas yang membuat Dian terengah-engah.     

Zico mencumbu istrinya dengan penuh damba dan pemujaan. Jari jemarinya dengan terampil melepaskan kancing piyama Dian. Zico dengan sabar melepaskannya satu persatu. Dian pun tak mau kalah, ikut melepaskan kancing piyama suaminya. Bukan hanya Zico yang mendamba, ia pun sama. Ingin melewatkan malam panas di saat cuaca dingin menyergap tubuhnya.     

Keduanya polos, dengan mata berkabut gairah Zico membaringkan tubuh Dian di atas ranjang. Tangannya bergerilya menelusuri leher dan dada Dian. Dengan gemas Zico meremas gundukan gunung kembar yang dimiliki istrinya. Dian mendesah pelan kala jari jemari Zico memainkan puncak dadanya. Ada rasa geli, gatal dan panas.     

Dian sendiri membalas cumbuan Zico. Dian mengalungkan lengannya di leher Zico. Pria itu menatap tubuh Dian dengan penuh minat. Zico merunduk lalu mengulum puting Dian dengan mulutnya. Tak hanya mengulum, pria itu meninggalkan jejak kemerahan di dada dan juga leher.     

Dian menggelinjang kala Zico menjilat leher dan juga dadanya. Dian mengerang keras kala mendapatkan cumbuan demi cumbuan yang Zico berikan padanya. Malam ini Dian menyerahkan dirinya pada Zico. Sudah sepantasnya laki-laki itu mengambil haknya.     

Dian tak dapat menahan hawa panas dalam tubuhnya. Ia ingin Zico langsung ke inti permainan. Ia sudah sangat menginginkannya dan mendamba. Zico masih menikmati puncak dadanya. Bermain-main disana untuk memacu puncak gairah istrinya.     

Jari jemari Zico menggerayangi bagian inti dari tubuh Dian. Desahan seksi dan menggoda keluar dari mulut Dian.     

Dian benar-benar larut dalam permainan panas yang Zico ciptakan. Ingin lebih, lanjut ke tahap berikutnya. Ia menggelepar dalam gairah dan merasa terbang ke langit ketujuh.     

Napas Dian terengah-engah menerima perlakuan Zico. Pria itu melakukannya dengan lembut. Saling lembutnya Dian merasa tersentuh. Ia merasa disanjung dan berharga.     

Dian menutup matanya, meresapi sentuhan Zico di tubuhnya. Meremang dan menjambak rambut Zico ketika gairah terdalamnya bangkit.     

Zico menempatkan diri di antara kedua kaki Dian. Perlahan-lahan pria itu menyatukan tubuh mereka. Zico goyangkan tubuhnya memacu kenikmatan demi kenikmatan dari tubuh istrinya.     

Dian memekik kecil seraya memeluk Zico. Jeritannya tertahan kala Zico membungkam mulutnya dengan ciuman panas nan membara.     

Dinginnya malam tak memberikan pengaruh bagi mereka. Zico dan Dian merasa kepanasan, panas akan gairah yang tengah mendera. Zico semakin menguatkan hentakannya kala Dian tanpa malu meracau dengan keras.     

Zico membelai tubuh seksi Dian ketika dia sibuk memompanya dari atas. Zico sangat memuja istrinya itu. Tatapan penuh cinta dari Dian membuatnya semakin terbakar dan ingin memacu gairah lebih nakal dan liar.     

Zico memuja setiap lekuk tubuh Dian. Memujanya dengan memberikan cumbuan di setiap inci tubuh Dian. Zico menghujam dengan lembut seraya memberikan kecupan-kecupan kecil di sekitar tubuh Dian. Kissmark bertebaran di dada dan leher Dian. Zico memberikan tanda merah yang banyak.     

Dian mencintai suaminya. Hujaman demi hujaman yang dilakukan Zico lakukan membuatnya merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Dian menyukai cara Zico memimpin permainan. Lembut dan menggoda.     

Dian mencengkram punggung Zico kala hentakan itu semakin kuat Dian dan Zico mencapai pelepasan.     

"Alhamdulillah," ucapnya ketika menumpahkan benihnya dalam rahim Dian.     

Zico ambruk menindih tubuh Dian. Tak mau sang istri kesakitan ditindih, Zico bangkit dan tidur di sebelah Dian. Ia menyibakkan selimut dan menutup tubuh polos mereka. Sekali lagi Zico mengecup kening Dian dengan penuh kasih sayang.     

"Terima kasih sayang," ucapnya tulus.     

"Sama-sama."     

"Apakah kamu capek?" Zico merasa bersalah.     

"Tidak." Dian menggeleng.     

"Maaf membuat kamu lelah." Zico membelai rambut Dian lalu merapikannya ke belakang telinga. Pelipis Dian banjir keringat. Zico tersenyum lucu. Ini perbuatannya.     

"Tidak. Aku tidak lelah." Dian tersenyum menyentuh wajah tampan Zico. Mimpi apa Dian menikah dengan Zico, bahkan mereka baru saja melewatkan malam panas. Cuaca diluar dingin namum mereka kegerahan.     

Pasangan suami istri yang sedang dilanda cinta itu berpelukkan dalam selimut.     

Zico tak hentinya mengucapkan rasa syukur karena ia telah menikah dengan ibu dari anaknya. Tak hanya ia yang bahagia dengan pernikahan ini, tapi juga Alvin.     

Zico melihat betapa bahagianya Alvin melihatnya bersanding di pelaminan dengan ibunya. Intinya Zico bersyukur, Tuhan masih sayang padanya. Tuhan masih memberikannya kesempatan kedua untuk bertaubat, kesempatan kedua memperbaiki hubungannya dengan Dian dan Bara.     

Zico juga memiliki kesempatan kedua untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Harapan Zico pernikahan keduanya menjadi pernikahan yang terakhir untuknya. Tak hanya berjodoh dengan Dian di dunia tapi juga di akhirat nanti.     

****     

Sarapan kali ini heboh. Bara dan Zico sama-sama mual dan muntah. Keduanya berebutan ke kamar mandi. Bara duluan yang sampai ke kamar mandi sehingga Zico mengalah, pria itu memuntahkan isi perutnya ke tempat wudhu. Zico dan Dian tinggal bersebelahan dengan Bara dan Herman, namun setiap pagi mereka akan sarapan bersama. Rumah Zico dan Bara link. Tampak dua rumah dari luar namun di dalamnya rumah itu terhubung satu sama lain. Mereka bisa saling mengunjungi dan menjadi keluarga yabg erat.     

"Hoeeeekkkkk." Bara memuntahkan air bening dari perutnya. Sudah satu bulan ia mengalaminya semenjak sadar dari koma.     

"Hoeeeekkk." Zico juga memuntahkan air bening yang sama seperti Bara.     

Mereka berdua kembali ke meja makan. Dian dan Herman kompak memberikan minyak angin sama mereka.     

Keduanya mengambil minyak angin lalu mengoleskannya pada tengkuk, belakang telinga dan menghirup aromanya.     

"Kenapa kalian berdua kompak ga enak badan dan muntah sih?" Herman mengomeli keduanya.     

"Kalian makan apa? Papa rasa kalian salah makan ini."     

"Mana tahu papa," cebik Bara kesal menggosokkan minyak angin ke punggungnya.     

"Sebenarnya aku lagi hamil," ucap Dian kesenangan memberikan hasil test pack pada Zico. Dian sudah telat datang bulan sehingga ia dengan pede melakukan test pack. Ternyata ia benaran hamil.     

Bara dan Herman terperangah dan kaget. Baru sebulan nikah Dian sudah hamil saja. Bara mengacungkan jempol Zico, memujinya tokcer.     

"Jadi jangan bilang aku yang bakal morning sickness." Zico menatap sang istri.     

"Sepertinya begitu," ucap Dian mengelus perutnya yang masih datar.     

"Anak ini pintar banget enggak susahin maminya. Susahin papi aja ya nak selama sembilan bulan ini."     

Melihat gelagat Dian dan mengaitkan morning sickness Zico dengan kehamilan. Hati Bara tercabik, ia langsung menyadari jika mantan istrinya pasti sedang hamil. Bara mengalaminya semenjak sadar dari koma, sementara Zico baru pagi ini.     

"Jangan-jangan mantan istriku juga hamil," ucap Bara spontan.     

Dian, Zico dan Herman merasa tercabik-cabik mendengar ucapan Bara. Sakit tak berdarah. Dian merungut kesal menyadari kebodohannya. Andai bisa tahan diri, tak mungkin Bara berkata seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.