11. LAMARAN ZICO
11. LAMARAN ZICO
Sekretaris Zico yang bernama Agnes membawa Dian ke sebuah butik yang sekaligus salon. Zico ingin mendandani Dian sesuai dengan seleranya. Sebenarnya untuk fashion Dian sangatlah fashionable, namun Zico ingin calon istrinya itu berdandan sesuai keinginannya.
Dian sangat cantik dalam balutan dress selutut berwarna merah. Kulit putih Dian sangat cocok memakai warna merah. Dress yang dipakai Dian merupakan dress dari fashion ternama dunia GAPENCI. Agnes membawa Dian ke suatu tempat. Disana Zico sudah menunggu.
Dian kaget ketika Agnes membawanya ke The Summerhouse. Dian kaget tak menyangka jika Zico membawanya kesini. Makan di garden dome tengah taman sambil menikmati keindahan langit di malam hari?
The Summerhouse, dengan konsep farm-to-table, memiliki 2 lantai restoran dan bar dengan tema hitam putih, serta 3 garden dome di taman lantai dasar. Banyak banget pasangan yang tertarik datang karena tempatnya yang romantis dan instagramable banget.
Pria itu sedang berdiri memandang keindahan langit Singapura. Zico memakai kemeja yang sewarna dengan dress Dian. Setelah mengantarkan Dian pada Zico, Agnes segera pergi. Tak ingin mengganggu moment intim sang bos.
Zico mendapatkan ide ini dari Agnes. Saat ia sudah buntu memikirkan ide lamaran romantis untuk Dian. Pria itu menurunkan sedikit egonya untuk bertanya pada sang sekretaris.
"Sudah datang Di." Mata Zico tak lepas memandang Dian. Wanita itu sangat cantik dan semakin mempesona. Zico semakin tergila-gila dan tak sabar untuk menikahinya.
"Zi, ini bagus sekali." Dian kaget melihat dekorasi. Bunga-bunga berserakan di lantai dengan balon berbentuk hati.
"Apa kamu suka?" Zico mendekati Dian dan mengulurkan tangannya. Dian menyambut tangan Zico. Pria itu membimbing Dian untuk duduk. Tempat ini menyajikan berbagai makanan Barat.
Zico dan Dian segera makan. Hati Dian berbunga-bunga. Tak menyangka jika Zico bisa semanis ini.
"Apa makanannya enak?" Tanya Zico mengelap bibirnya.
"Enak. Aku suka." Dian tersenyum manis. Zico semakin luluh lantak.
"Apa sudah selesai makan?"
"Sudah."
Zico menghampiri Dian lagi dan mengajak wanita itu berdiri. Tiba-tiba saja alunan lagu romantis terdengar jelas di pendengaran mereka. Zico menutup mata Dian dengan telapak tangannya. Awalnya Dian menolak namun karena dipaksa ia menuruti keinginan Zico.
"Di. Coba liat ke atas." Titah Zico ketika melepaskan tangannya dari mata Dian.
Sebuah helikopter terbang di udara seraya membentangkan spanduk yang bertuliskan 'DIAN WILL YOU MARRY ME?'
Dian shock dan kaget melihat kejutan Zico. Kejutan Zico diluar ekspektasinya. Ternyata lebih bagus dari bayangannya.
Zico berlutut seraya memperlihatkan cincin lamarannya.
"Dian maukah kamu menikah denganku?" Tanya Zico tanpa ragu.
Dian menangis terharu mendapat perlakuan seperti ini. Ini sangat manis dan ia suka. Jika Zico memperlakukannya seperti ini terus, lama-lama Dian bisa diabetes karena selalu mendapatkan hal yang manis.
"Di. Maukah kamu menikah denganku? Menjadi temanku sehidup semati? Aku tidak meminta kamu untuk jadi ibu anak-anakku. Nyatanya kamu sekarang sudah jadi ibu dari anakku. Dian, i love you," ucap Zico semangat dengan wajah berbinar-binar.
Dian sampai menangis karena terharu. Ia menghapus air matanya lalu menganggukkan kepala.
Zico bangkit dan memakaikan cincin di jari manis Dian.
"Artinya iya bukan?" Zico mengkonfirmasi.
"Iya. Aku bersedia menikah denganmu."
Zico refleks memeluk Dian dengan erat bahkan sampai menggendongnya.
"Zi turunkan aku." Dian menepuk bahu Zico.
"Kenapa?" Zico menurunkan Dian dari gendongannya.
"Malu dilihat orang Zi."
"Kenapa malu?" Zico malah mendekap Dian. Tubuh mereka bertubrukan.
"Zi, apa yang kamu lakukan?" Dian dapat merasakan deru napas Zico di telinganya. Bibir mereka hanya berjarak beberapa centi.
Tanpa bicara Zico membungkam mulut Dian dengan ciuman panas yang membara. Zico menghisapnya dengan lembut, menyesap dan menyedotnya. Dian membuka mulutnya memberikan akses lidah Zico masuk ke dalam mulutnya. Lidah Dian menyambar lidah Zico. Bibir mereka bertautan tak mau lepas.
Tangan Zico memegang pinggang Dian, sementara itu tangan Dian mengalungi leher Zico.
Mereka berciuman meresapi cinta yang hadir di antara mereka. Siapa sangka hubungan mereka akan bermuara pada pernikahan. Awalnya mereka kenal dengan cara yang salah. Zico memperkosanya lalu Dian hamil. Lima belas tahun setelah kejadian itu mereka bertemu lagi dengan suasana yang berbeda.
Dian datang membalas dendam pada Zico. Sebuah peristiwa besar membuat mereka saling memaafkan. Mereka bersahabat demi anak. Ternyata persahabatan berubah menjadi cinta.
Zico bahagia Dian mau menikah dengannya. Mereka bisa menjadi keluarga yang utuh untuk Alvin.
Mereka melepaskan tautan bibir mereka ketika tak bisa bernapas lagi. Zico dan Dian tertawa geli. Mereka sama-sama malu seperti remaja yang baru saja jatuh cinta.
Mereka jalan-jalan di sekitar taman sambil bergandengan.
"Kapan kita nikah?" Tanya Zico pada Dian.
"Kamu lamar dulu aku sama ayah dan ibu," jawab Dian ketika mereka sampai danau.
"Baiklah. Kita akan pulang ke Bandung besok."
"Kok cepat banget?" Protes Dian.
"Makin cepat makin baik. Kalo kita enggak segera nikah bakal sering khilaf. Kalo udah coba sekali nanti kelepasan."
Dian meninju perut Zico pelan. Hanya bermain-main. Tak bermaksud untuk memukul.
"Aw….sakit Di," ucap Zico memegangi perutnya. Ia hanya berpura-pura dan ingin bermanja-manja.
"Mau aku pukul benaran Zi?" Dian tersenyum evil.
"Ampun Di. No. Aku enggak kuat dipukul sama kamu."
"Makanya jangan akting."
"Aku senang banget lo Di. Akhirnya kita nikah dan wujudkan impian Alvin."
"Gimana perasaan kamu sama aku?" Dian ingin tahu perasaan Zico yang sebenarnya.
"Aku sayang kamu." Zico mengelus kepala Dian.
"Sejak kapan kamu sayang sama aku."
"Sejak kamu memberikan CPR. Aku tahu kamu enggak bakal bunuh aku. Kamu sayang Alvin dan enggak mungkin nyakitin dia. Jika kamu lukai aku berarti kamu melukai Alvin."
"Kamu benar."
"Kamu kapan suka ma aku?" Zico balik bertanya.
"Enggak tahu kapan. Pokoknya aku dah suka aja ma kamu. Ada satu pertanyaan Zi."
"Apa itu?"
"Apa kamu santet aku makanya sayang dan cinta sama kamu?"
"Sembarangan." Zico mencibirkan bibirnya.
"Aku kayak kena gendam. Tiba-tiba aja khilaf bercinta sama kamu Zi. Kalo enggak kena guna-guna trus apaan?"
Zico tertawa terbahak-bahak. Mengelus rambut dan memeluk Dian.
"Ngapain orang ganteng kayak aku pake gendam Di. Kamu pasti terpesona sama aku. CEO, ganteng, penyayang dan royal. Aku suami idaman emak-emak kalo lagi baca novel. Jika ada CEO yang mau sisir rambut istrinya bakal jadi idola mak-mak webnovel."
"Pede sekali kamu Zi."
"Kalo kamu enggak percaya. Kasih aja Q and A buat emak-emak di Webnovel pasti pada suka sama aku."
"Luar binasa," sarkas Dian bertepuk tangan.