Part 383 ~ Ketakutan Dila
Part 383 ~ Ketakutan Dila
"Tidak ada apa-apa. Tenanglah, aku sudah menyelesaikannya," kata Bara mengelus wajah istrinya.
"Aku sempat membaca berita kamu di internet. Mereka memberitakan jika kamu mantan gay. Aku tadi sempat screenshot sebelum berita itu lenyap di internet. Sebenarnya apa yang terjadi sayang? Aku takut."
"Kita pulang dulu. Nanti aku akan cerita di rumah. Tidak enak cerita disini."
Dila manggut-manggut menyetujui usul suaminya. Bara membanting stir membelah jalanan kota. Dia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Rumah mereka sangat jauh dari pusat kota sehingga untuk kesana membutuhkan waktu lebih kurang satu jam.
Dila segera mandi ketika mereka sampai di rumah. Sebelum mandi Dila sudah mempersiapkan pakaiannya dan juga pakaian Bara di atas ranjang.
Menurut Dila sebelum mereka terlibat pembicaraan serius lebih baik mandi dan makan. Seperti biasa para ART sudah mempersiapkan makan malam. Menu hari ini cumi asin pete balado, tomyam seafood, ayam asam manis dan tumis buncis.
Mereka makan dengan lahap. Tak ada yang bicara. Mereka sibuk mengisi perut hingga kenyang.
"Sayang apa sebenarnya yang terjadi? Aku sudah membaca dan menonton video syur para anggota dewan. Video mereka sangat jelas. Wajah mereka terekspos, hanya wajah sang wanita yang di blur. Video ini menghebohkan jagad dunia maya. Meski semua video sudah di take down, tapi di twitter terlanjur menyebar. Semua orang bisa mengaksesnya dan memposting ulang. Apakah kamu yang melakukannya?" Tanya Dila hati-hati. Dia tak mau menyinggung perasaan suaminya.
Bara mengambil nafas mencoba mencerna ucapan sang istri. Pria itu memikirkan kata-kata yang akan disampaikan pada istrinya. Bara tak bisa asal bicara, agar Dila bisa menerima alasannya melakukan semua itu.
Prinsip dalam hidup Bara. Lo jual gue beli. Pria itu paling benci diremehkan dan ditantang.
Bara tipikal orang yang akan menjatuhkan orang lain dan membungkam mulut mereka ketika dijahati. Meski berusaha sabar namun dia belum sepenuhnya berubah. Bertemu orang jahat dan licik mengembalikan sisi buruk Bara. Pria itu sadar apa yang dia lakukan secara langsung akan mempengaruhi mental dari keluarga para dewan. Bara melakukan semuanya untuk melindungi diri. Siapa dulu yang mulai memercikkan api. Kini mereka terbakar oleh api yang mereka buat.
"Aku tahu video itu karena diberitahu Vinta. Sebelumnya aku sempat membaca artikel yang mengatakan kamu mantan seorang gay. Berita itu tenggelam dengan berita video panas anggota dewan. Aku berusaha mencari beritanya tapi sudah hilang dari pencarian."
"Kamu mau aku jujur apa bohong?" Bara memberikan pilihan.
"Tentu saja aku ingin kamu jujur."
"Aku dan Dian melakukannya. Dari enam puluh lima orang anggota dewan, empat puluh orang mendatangani petisi untuk menjatuhkanku. Mereka ingin aku mundur dari jabatan sebagai ketua. Mereka mengetahui rahasia terbesarku, jika aku mantan gay. Mereka mengintimidsiku. Jika aku tidak menuruti permintaan mereka, mereka akan menyebarkan aibku. Aku mengetahui rencana mereka dari para selingkuhan mereka yang di bayar Dian. Aku memberikan mereka angin setelah itu aku hempaskan. Aku membiarkan mereka up berita itu, tapi setelah itu aku membongkar aib mereka melalui video itu. Berita tentang aku langsung hilang dari internet ketika video mereka viral."
"Sayang, aku lebih suka kamu jadi pengusaha daripada politisi. Meski beritanya sudah hilang, tapi aku tetap saja takut."
"Takut kenapa?" Bara memeluk Dila. Berusaha menenangkannya.
"Aku takut ayah membaca berita ini. Apa kamu tidak ingat apa yang dikatakan ayah?"
'Jahat banget wartawannya. Dia muslim pasti sadar jika gay haram dalam agama. Kaum gay itu kaum yang menyimpang dan terlaknat. Binatang jantan tidak kawin dengan binatang yang jantan. Masa kita manusia tak lebih berakal daripada binatang? Jauh-jauhlah anak dan keturunan kita dari penyakit itu. Jangan sampai ada keturunan kita terjerumus pergaulan gay. Kalo ada di keluarga kita yang gay, ayah enggak akuin dia sebagai keluarga. Kalo perlu ayah doakan dia cepat mati.'
Bara teringatnya ucapan Defri saat perayaan pesta ulang tahun mereka. Tubuhnya bergetar hebat dan shock. Tiba-tiba Bara merasa takut jika ayah mertuanya membaca artikel itu.
Jujur saja Bara tidak sampai kepikiran kesana. Memang berita itu telah hilang di internet, namun bisa saja Defri telah membacanya atau ada orang lain yang memberitahunya.
"Dila jangan takut. Doakan saja ayah tidak membacanya."
Dila menangis terisak-isak.
"Aku takut sayang. Ayah pernah meminta uda Iqbal menceraikan Ria. Aku takut....."
Bara mendaratkan telunjuknya di bibir Dila.
"Sudahlah Jangan berpikiran buruk. Semuanya akan baik-baik saja. Kita akan selalu bersama. Hanya maut yang bisa memisahkan kita."
"Berjanjilah tidak meninggalkan aku. Beberapa hari belakangan ini firasatku tidak enak."
"Hanya pikiran kamu saja. Apa yang kamu pikirkan itulah takdirmu. Jadi kamu harus memikirkan yang baik-baik. Hilangkan pikiran burukmu." Bara menenangkan istrinya walau ia sendiri khawatir.
Bara tak menunjukkan rasa khawatirnya pada sang istri. Ada nyeri di ulu hatinya mengingat bagaimana kerasnya sikap sang ayah mertua. Pria itu harus menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Bagaimana pun Bara akan mempertahankan Dila di sisinya.
"Semuanya akan baik-baik saja. Tak usah kamu khawatirkan. Kamu enggak boleh stres sayang. Bukankah kita akan transfer embrio minggu ini. Kalo kamu stress program bayi tabung kita bisa gagal."
*****
Dian datang menjemput Alvin di rumah Zico. Semenjak memutuskan berbaikkan mereka memberikan kebebasan bagi Alvin untuk tidur di rumah siapa. Rumah mami atau rumah papi.
"Alvin mana?" Tanya Dian ketika Zico membukakan pintu rumah.
"Masuklah. Alvin sedang mandi di kamarnya."
Dian masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.
"Mau minum apa?"
"Enggak usah. Gue cuma sebentar aja kok."
"Alvin lama kalo mandi."
"Ya udah. Gue mau minum dalgona ada?" Tanya Dian asal.
"Lo cenayang ya. Gue sama Alvin abis bikin dalgona. Bentar gue ambil di kulkas." Zico beranjak ke dapur.
Pria itu kembali ke ruang tamu membawa segelas dalgona permintaan Dian.
Dian meminum dalgona pemberian Zico.
"Enak juga. Siapa yang bikin?"
"Guelah. Siapa lagi," ucap Zico bangga.
"Bikin dalgona aja lo bangga." Dian malah menertawai Zico.
"Harus banggalah. Gue bikin minuman kekinian. Ngomong-ngomong gue mau tanya sesuatu sama lo."
"Tanya apa?"
"Tadi gue baca berita soal Bara yang ditulis mantan gay. Hanya beberapa menit berita itu tayang, hilang. Setelah itu beredar video mesum para dewan. Terjadi perpecahan di dewan?"
"Menurut lo bagaimana?" Dian malah meminta pendapat Zico.
"Hubungan sebab akibat. Mereka menyebarkan berita Bara. Lalu Bara membalas membuka aib mereka. Penyebabnya apa hingga mereka membongkar masa lalu Bara?" Zico diliputi rasa penasaran.