Jodoh Tak Pernah Salah

Part 376 ~ Rencana Busuk



Part 376 ~ Rencana Busuk

Dentuman musik sangat keras terdengar dari sebuah klub. Suara musik dan goyangan dj saling bersahutan. Malam telah menjelang namun bagi pecinta dunia malam masih terlalu pagi untuk terlelap.     

Hiburan malam, tempat hiburan dan para penikmatnya adalah satu paket pengisi dunia malam. Malam hari adalah milik mereka yang mencari kesenangan duniawi. Waktunya untuk bersantai dan menikmati hidup. Dari dunia malam inilah muncul sebuah trend yang disebut dugem (dunia gemerlap).     

Dalam sebuah ruangan VIP sebuah klub malam beberapa orang pria setengah baya berkumpul. Tak sekedar berkumpul, mereka sedang merencanakan sesuatu. Para pria itu tidak sendirian. Mereka ditemani gadis-gadis muda berpakaian minim. Menampakkan belahan dada dan memamerkan kaki jenjang nan indah. Lampu temaram menambah kesan erotis dalam ruangan itu.     

Para pria tidak tahan dengan godaan wanita. Meski pria itu sudah berumur namun tak mengurangi minat mereka untuk tertarik pada wanita apalagi wanita muda dan masih belia. Inilah yang terjadi pada anggota DPR. Sudah jadi rahasia umum jika anggota dewan kebanyakan mata keranjang dan memiliki wanita simpanan.     

Para gadis muda itu menuangkan minuman pada pria yang seusia dengan ayah mereka. Semua pria yang ada dalam ruangan itu memilik gadis pendamping. Para gadis itu mereka dapatkan dalam klub. Gadis itu menawarkan diri untuk menemami atau bahkan kencan kilat.     

Tanpa malu para wanita itu duduk di pangkuan para pria tua. Pasrah dan cenderung membiarkan para pria itu menjamah tubuh mereka, bahkan dengan nakal memainkan jemarinya di kewanitaan para gadis.     

Tanpa malu dan jijik para wanita muda itu membiarkan para pria itu meremas payudara bahkan bokong mereka.     

"Mau lagi om?"     

"Kalo minum oom sudah enggak mau.Oom maunya diisep. Lidah kamu pasti bahaya kalo lagi ngisep. Pasti bikin om melayang."     

"Kalo ngisep jangan disini om. Mending ke kamar aja," balas si wanita tanpa rasa malu.     

"Tunggulah. Jangan ke kamar dulu Pak. Kita datang kesini bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi juga merencanakan sesuatu. Kalian silakan pergi dari sini. Nanti kami panggil lagi." Pria itu mengusir para gadis. Bagaimana pun tak ada yang boleh tahu apa rencana mereka.     

Para gadis marah dan kesal. Menghentakkan kaki lalu pergi dari ruangan itu. Para gadis tak rela pergi dari ruangan itu. Pergi artinya mereka kehilangan sumber uang mereka.     

Lima orang anggota DPR berkumpul.     

"Bagaimana dengan rencana kita?"     

"Kita sudah mengetahui kartu truf Bara. Akhirnya kita mengetahui sisi lemah bajingan itu."     

"Selama ini kita dibungkam dan tak diberi ruang. Anak kemarin sore sudah berani mendikte kita."     

"Bara mainnya kurang jauh. Kita diam bukan berarti kita lemah. Kita diam untuk mengumpulkan amunisi untuk menyerangnya."     

"Semenjak bajingan itu jadi ketua. Ruang gerak kita jadi sempit. Kita tidak bisa lagi memeras para pengusaha. Bukankah selama ini kita buat undang-undang untuk memeras para pengusaha. Jujur saja sejak si bajingan itu ada di dewan. Aku banyak kehilangan proyek dan uang."     

"Aku juga merasakan hal yang sama. Dia merongrong kita sehingga tak bisa bernapas. Buat apa kita jadi wakil rakyat jika tak mendapatkan keuntungan apa-apa. Uang kampanye saja belum balik modal. Jabatan kita lahan basah mendulang rupiah. Kita tidak bisa lagi melakukan permainan. Bajingan itu mempersempit ruang gerak kita."     

"Saatnya kita bersatu untuk menghabisi seorang Aldebaran. Anak kemarin sore itu harus kita beri pelajaran agar dia tahu dan sadar siapakah yang tengah dilawan. Dia politisi baru, tapi lagaknya sok sudah senior dan malang melintang di dunia politik. Menyebalkan sekali, pria seperti kita harus diajari oleh anak kecil. Masih bayi sudah mengajari kita untuk berjalan. Bukankah ini menggelikan?"     

"Sangat menggelikan. Dia tahu betapa kelamnya dunia politik. Dunia politik tak mengenal kawan mau pun lawan. Bersatu ketika satu tujuan. Bercerai jika sudah tak seide. Tujuan kita berkumpul malam ini untuk menghabisi seorang Bara."     

"Hahahahahaha." Latif tertawa terbahak-bahak. Tak ada yang lebih membahagiakannya daripada hari ini. Saat ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Latif. Dimana dia akan menjatuhkan Bara sejatuh-jatuhnya. Anak kemarin sore itu telah menghancurkan semua rencananya, bahkan di hari pertamanya menjadi anggota dewan Bara telah berani mengancam untuk tidak maju sebagai ketua DPRD Sumbar. Bara membungkam mulutnya dengan kasus tabrak lari yang dilakukan anaknya.     

Latif kembali mengingat betapa terhina dan terpojoknya dia ketika Bara berhasil menekannya untuk tidak mengajukan diri sebagai ketua DPRD Sumbar.     

Bagaimana Bara dengan bengis menunjukkan bukti-bukti tabrak lari yang dilakukan si anak. Jika Latif tidak mengalah dan melawan Bara kala itu mungkin Bara telah membeberkan bukti-bukti penabrakan yang dilakukan anaknya ke media.     

Jaman sekarang hukum sosial yang dilakukan melalui dunia maya memiliki efek yang sangat besar. Bahkan seseorang bisa melakukan bunuh diri karena tidak kuat mendapat serangan netizen di dunia maya. Latif tak ingin cyber bullying terjadi pada sang anak. Dia sangat tahu mental anaknya, sangat lemah ketika dihujat. Latif mengalah demi anak dan demi reputasinya.     

Latif menahan diri dan membiarkan Bara mencalonkan diri sebagai ketua DPRD. Namun bukan Latif namanya jika menyerah begitu saja. Tanpa sepengetahuan Bara dalam satu tahun belakangan ini, Latief mengamati gerak-gerik Bara. Apa yang dia lakukan dan kemana saja dia selama ini.     

Latif tersenyum misterius. Akhirnya kelemahan alias rahasia Bara telah diketahuinya. Saatnya membungkam Bara dengan rahasianya. Menurut Latif sudah saatnya mengeluarkan kartu truf Bara. Menekan pria itu agar menyerahkan jabatannya.     

"Bagaimana Pak Latif? Kapan kita akan memulai rencana kita? Kita akan menekan anak itu hingga dia akan mengundurkan diri sebagai ketua DPRD. Seharusnya dia tidak berkecimpung di dunia politik. Harusnya dia sadar diri jika masih baru. Mending dia jadi pengusaha saja bukan seorang politikus. Kita bukan anak kemarin sore yang baru bergabung dalam dunia perpolitikan. Kita bahkan sudah berpolitik semenjak muda. Orang-orang seperti kita tak mudah disingkirkan begitu saja. Aku benar-benar kesal dan membenci Bara. Aku akan membuat dia hancur sehancur-hancurnya hingga tidak bisa bangkit lagi," ucap Salman berapi-api.     

"Aku sangat setuju dengan ide Pak Salman. Kapankah kita mulai? Mengeluarkan kartu truf ini?" Hanif bertanya menatap Salman dan Latif bergantian.     

"Tanganku sudah gatal ingin menghajar dia." Latif mengepalkan tangan.     

"Satu tahun bukan waktu yang sebentar untuk mencari tahu rahasia Bara. Isu LGBT menjadi topik hangat untuk kita goreng. Buzzer yang kita bayar bagaimana?" Latif menatap keempat temannya.     

"Sudah aku bereskan. Mereka sedang menyusun narasi menjatuhkan Bara."     

"Tak aku sangka bajingan itu dulunya seorang gay. Apa kata dunia jika tahu Bara seorang gay. Rumah tangganya pasti akan hancur. Aku mengenal Defri dengan baik. Pria itu pasti tidak akan terima jika menantu mantan gay. Pria sombong dan perfeksionis itu pasti akan menceraikan anaknya dengan Bara." Dani tersenyum misterius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.