Jodoh Tak Pernah Salah

Part 377~ Kejutan Keluarga



Part 377~ Kejutan Keluarga

Napas Dila terengah-engah ketika Bara memasukinya dari atas. Entah kenapa pria itu tidak ada capek-capeknya. Ketika berhubungan intim tak cukup sekali. Bara bahkan menggempur Dila dalam tiga ronde.     

Bara selalu berhasil membuatnya mendesah dan melenguh. Ketika gelombang cinta itu muncul Dila tak bisa, tak menjerit dan mendesah. Hujaman yang diberikan Bara memberikan kenikmatan tiada tara membuatnya menggelinjang hebat.     

Bara kembali bergerak dalam tempo sedang. Keduanya kembali melenguh dan mendesah. Racauan erotis kembali menyergap pendengaran mereka. Dila merasakan kupu-kupu menari diperutnya ketika Bara menghujamnya lebih dalam.     

Dila sampai mencakar punggung Bara karena kuatnya sentakan dan hujaman yang ia terima. Dila memejamkan mata dan memeluk Bara ketika hujaman suaminya semakin kuat dan cepat.     

"Cepatlah sayang. Aku sudah tidak kuat," pinta Dila dengan suara serak.     

"Tunggu sayang. Sebentar lagi aku sampai." Bara menggeram ketika kejantanannya diremas milik Dila. Pria itu menumpahkan benihnya dalam rahim Dila.     

Mereka bermandikan keringat. Dinginnya AC tak mampu menghilangkan panasnya gairah mereka. Bara mengecup kening Dila, penghargaan karena telah melayaninya dengan baik. Bara bahagia, meski Dila bilang capek namun tetap saja melayani hasratnya. Ini sudah ronde ke empat Bara bermain-main dengan istrinya. Tak ada istilah capek bagi Bara untuk gesek kartu ATM. Bara terlau menggilai tubuh sang istri dan selalu buat ia candu untuk menyentuhnya.     

Bara melihat jam dinding. Sudah jam sepuluh pagi. Bara tertawa menutup wajahnya. Berarti mereka sudah bercinta lima jam. Setelah sholat subuh Bara kembali meminta Dila melayaninya. Pantas saja Dila kecapekan. Bara terlalu keras. Dalam waktu lima jam dengan waktu istirahat yang sedikit ia telah menghajar istrinya empat ronde.     

Smartphone Dila berdering. Dila sudah terbang ke alam mimpi. Bara mengangkat telepon Dila.     

Uni Naura Calling...….     

Bara menggeser tombol hijau di layar. Meletakkan smartphone di telinganya.     

"Happy birthday adik ipar tersayang. Semoga panjang umur, sehat selalu, diberi rejeki yang melimpah. Makin cantik dan makin bahagia. Cepat dikaruniai baby," ucap Naura bersemangat.     

"Terima kasih juga kakak ipar," balas Bara tertawa cekikikan.     

"Bar, kok kamu yang angkat telepon Dila?"     

"Kenapa uni? Enggak boleh gitu?"     

"Bukan gitu."     

"Terus?"     

"Tumben aja kamu yang angkat Bar. Dila mana?"     

"Ada nih lagi bobok cantik."     

"Tumben Dila belum bangun. Jangan...." Buru-buru Naura menutup mulutnya takut keceplosan. Naura mengerti kenapa Dila masih tidur.     

"Jangan-jangan apa?"     

"Enggak ada."     

"Apa cuma Dila aja yang diucapkan? Aku juga ulang tahun lo uni."     

"Tanggal lahir kalian sama?"     

"Iya. Tahun aja yang beda. Aku 84, Dila 89."     

"Wah udah jodoh ya. Selamat ulang tahun Bara. Semoga panjang umur, agamanya makin bagus dan bisa jadi imam yang baik buat Dila. Jangan pernah sakitin Dila. Buat dia bahagia."     

"Pasti uni. Makasih doanya."     

"Kalian ke rumah nanti ya. Keluarga mau merayakan ulang tahun Dila. Sore jam empat udah di rumah ya. Uni akan kabarin keluarga jika kamu juga ultah."     

"Baik uni. Makasih ya."     

Naura mengakhiri sesi telepon. Setelah teleponan dengan Naura, Bara tidur disebelah Dila. Memeluknya dengan erat dan tak rela melepaskannya.     

Pukul dua belas siang. Bara membangunkan Dila. Bara memberikan kecupan manis di pipi Dila.     

Dila menggeliat, membuka matanya. Orang pertama yang ia lihat adalah suaminya. Dila tersenyum manis mengelus cambang sang suami.     

"Nyenyak banget bobonya sayang."     

"Aku capek sayang. Empat ronde bikin badan aku remuk."     

"Maafin aku ya sayang. Nafsu aku terlalu gede, bikin kamu capek."     

"Enggak apa-apa. Tapi kamu janji ya. Kalo aku hamil jangan sering berkunjung. Nanti malah keguguran."     

Bara mengacungkan jarinya membentuk huruf V.     

"Aku janji sayang. Demi anak aku bakal mengalah. Kapan dokter akan transfer embrio?"     

"Katanya seminggu lagi."     

"Berapa embrio bakal ditransfer sama dokter Dedi?"     

"Katanya tiga. Takutnya gagal makanya dimasukkan sekaligus. Mana yang berkembang aja."     

"Semoga semua dilancarkan. Kita akan segera jadi orang tua. Ga sabar punya anak sayang. Kalo mereka lahir mirip siapa ya? Aku atau kamu?"     

"Mau mirip siapa terserah saja sayang. Yang penting mereka sehat. Mirip kamu atau aku yang jelas itu anak kita." Dila mencium bibir Bara sekilas lalu melepaskan bibirnya dari bibir Bara.     

Bara menyentuh bibir Dila dengan telunjuknya.     

"Bibir kamu bahaya tahu nggak? Bikin sange aku terus."     

"Sayang." Dila menggeram kesal namun dibalas Bara dengan kekehan.     

"Aku bercanda sayang. Mandi sana. Tadi uni Naura telepon."     

"Kapan menelponnya?" Dila bangkit dari tidurnya.     

"Jam sepuluh tadi."     

"Uni ngomong apa?"     

"Uni ucapin selamat ulang tahun. Trus dia suruh kita ke rumah. Keluarga besar mau rayakan ulang tahun kita."     

"Benarkah?" Wajah Dila berbinar-binar.     

"Iya."     

Sorenya Dila dan Bara datang ke rumah orang tuanya. Turun dari mobil Bara dan Dila disambut oleh Allea, Attar dan Aina.     

"Selamat ulang tahun om dan onty," ucap ketiganya serentak.     

"Terima kasih ponakan onty," balas Dila memeluk mereka bergantian.     

Aina berlari ke pelukan Bara. Dengan cepat Bara menggendong Aina. Bara dan Aina sangat dekat. Ketika mereka tinggal satu rumah, Aina sering bermain di kamar Bara dan Dila bahkan tidur bertiga.     

Mereka masuk ke dalam rumah. Lusi menyambut kedatangan anak dan menantunya. Bara mencium telapak tangan ibu mertuanya. Lusi dan Dila berpelukan. Sudah lama mereka tak bertemu dan mengobrol.     

"Selamat ulang tahun anak bungsu bunda dan menantu bunda. Semoga kalian panjang umur, sehat selalu, segera diberikan momongan dan semoga kalian langgeng hingg maut memisahkan. Kalian jodoh ya. Enggak nyangka kalian lahir di tanggal yang sama."     

"Ini yang namanya jodoh bunda. Jodoh Tak Pernah Salah." Bara menimpali.     

"Agree Bara. Bunda setuju. Enggak salah kami jodohin kalian dulu."     

"Kalian sudah datang," sapa Defri tiba-tiba muncul.     

Dila dan Bara mendekati Defri lalu salim. Defri mengelus kepala Dila dan Bara ketika mereka mencium telapak tangannya.     

"Selamat ulang tahun buat anak dan mantu ayah. Semoga kalian selalu sehat, panjang umur dan langgeng."     

"Terima kasih ayah atas doanya." Bara bahagia mendengar doa sang ayah mertua.     

Tak ada hadiah yang paling indah selain doa dari orang-orang terkasih. Bara mendongakkan kepala ketika melihat Herman jalan bersama Iqbal.     

"Papa," panggil Bara senang. Pria itu mendekati sang ayah, memeluk dan mencium tangannya.     

"Selamat ulang tahun Bar," ucap Herman dan Iqbal bergantian.     

"Terima kasih ayah."     

"Dila selamt ulang tahun juga buat kamu," ucap Herman.     

"Makasih papa." Dila mencium telapak tangan mertuanya.     

"Semoga anak dan mantu papa selalu bahagia, makin lengket kayak perangko dan saling melengkapi."     

"Mumpung yang ulang tahun sudah datang. Bagaimana kita langsung ke taman merayakannya?" Naura tiba-tiba muncul dan mengajak semuanya ke taman belakang rumah.     

Naura sudah mendekorasi taman belakang. Naura memasang balon sekeliling kolam renang. Meja dan kursi sudah tertata rapi.Kue ulang tahun lima tingkat sudah ada di atas meja. Makanan sudah terhidang. Aroma makanan menyergap penciuman mereka. Langsung lapar mencium bau makanan.     

Naura juga sudah mempersiapkan alat untuk BBQ. Pemanggang sudah tersedia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.