Part 294 ~ Curhatnya Dua Orang Lelaki
Part 294 ~ Curhatnya Dua Orang Lelaki
"Selama ini gue kabur bro ke luar negeri untuk menghindari hukuman. Gue dan mantan istri tinggal di Singapura makanya enggak tahu."
"Gimana ceritanya lo bisa bebas dari jeratan hukum. Berat lo kasusnya memperkosa. Teman gue kerja di lapas bilang napi yang paling suka dipukul dan disiksa itu napi yang memperkosa."
"Gue mengkambinghitamkan anak buah gue kala itu. Mereka mau di penjara asal kehidupan keluarga mereka terjamin. Orang tua gue menyanggupinya. Gue masih sering bolak-balik ke Indonesia ngurus bisnis keluarga dalam rentang waktu lima belas tahun itu."
"Apa yang akan lo lakukan setelah tahu punya anak dari perempuan itu? Mau menikahinya?"
"Menikah?" Zico tersenyum miris. "Tidak mungkin ada pernikahan Egi. Dia pasti sangat dendam sama gue. Bahkan dia sudah mempersiapkan diri jika gue kembali."
"Mempersiapkan bagaimana?"
"Dia bahkan sudah melatih dirinya untuk membunuh gue?"
"Kok lo bisa tahu?"
"Beberapa bulan belakangan ini gue membayar orang untuk mematai dia. Itu laporan dari anak buah gue."
Egi menepuk bahu Zico memberikan semangat dan dorongan.
"Darah kental daripada air. Selama ini hidup anak itu pasti terkatung-katung. Menurut gue, cepat atau lambat kalian akan bertemu. Mending lo muncul di hadapan anak lo dan bilang kalo lo papanya dia. Dia berhak tahu siapa lo. Terlepas dia lahir dari pemerkosaan yang lo lakukan."
"Gue rencananya mau gitu juga bro. Gue akan muncul di hadapan mereka. Gue tahu tidak mudah tapi tidak ada salahnya berusaha."
"Jika boleh tahu kenapa lo memperkosa gadis itu?"
Zico menatap langit-langit klub. Matanya memendar melihat sekeliling klub. Para lelaki pencari kesenangan dunia sedang berkumpul di bawah panggung. Para penari striptis sedang berlenggak lenggok di atas panggung menggoyangkan dan meliukkan tubuh mereka.
Tanpa malu sang wanita mempertontonkan kemolekan tubuhnya. Para pria ileran saking bernafsunya melihat para penari. Tiap kali penari itu melepaskan pakaiannya satu persatu teriakan para pria menggema dengan keras. Bahkan penari makin semangat membuka pakaiannya jika ada pria yang menyawer mereka.
Zico membuang muka tak mau melihat kelanjutan aksi penari itu. Ia sudah terlalu kenyang menikmati dunia malam. Zico malu dengan dirinya sendiri. Masa bisa kalah dengan Alvin? Mereka berdua mirip dengan sifat yang bertolak belakang. Alvin sangat alim dan soleh sementara Zico jauh dari kata alim. Dia sudah tidak pernah sholat. Sholat Zuhur di pesantren mungkin kali pertama sholat setelah belasan tahun.
"Lo belum menjawab pertanyaan gue bro." Egi menyenggol lengan Zico.
"Apakah tarian penari itu memancing hasrat lelaki lo hingga lupa menjawab pertanyaan gue?" Egi menggoda Zico.
"Gue enggak minat main sama jalang. Trauma gue. Takut HIV. Jalang yang pernah gue pakai kena HIV. Jadi gue trauma main sama jalang. Bersumpah enggak bakal seks bebas lagi."
"Lo udah cek kesehatan?"
"Sudah dan gue bersih. Pertanyaan lo kenapa gue perkosa cewek itu? Dia hanya korban dari aksi balas dendam gue sama laki-laki yang dianggap kakak sama cewek itu." Zico pun menceritakan dengan detail kenapa melakukan pemerkosaan di masa lalu. Mulai bercerita tentang Sisil lalu pemerkosaan yang terjadi.
Egi geleng-geleng kepala tak menyangka orang seperti Zico memiliki masa lalu yang sangat kelam. Zico juga menceritakan bagaimana ia tahu memiliki anak.
"Mami lo gercep juga bro."
"Mami sangat ingin punya cucu karena beliau merasa kesepian. Kami tinggal terpisah dengan mami. Gue enggak mau serumah karena kami sering cekcok. Jika kami cekcok mami akan banting-banting barang."
"Berarti gangguan emosi lo turunan gitu?"
"Bisa dibilang begitu. Lo kapan mau mulai terapi?" Zico berbalik menanyai Egi.
"Rencananya gue mau mulai terapi besok bro."
"Ajak cewek lo itu?"
"Enggaklah." Egi menepis.
"Lo beruntung anak Wira Setiawan naksir sama lo. Banyak lo cowok mengejar dia. Kemarin aja anak rekan bisnis gue ditolak sama Clara. Jangan sia-siakan wanita seperti itu bro. Langka nemuin cewek yang mau menerima kita apa adanya. Jika lo straight perjuangkan cinta lo sama dia. Lo dan gue harus sama-sama bangkit dari masa lalu yang kelam."
Egi tergelak tawa kenapa Zico begitu mendukung hubungannya dengan Clara. Sejauh ini Egi hanya menganggap Clara teman dan tak memiliki perasaan apa-apa.
"Gue dan dia aneh. Dia pernah memperkosa gue." Egi tertawa terbahak-bahak hingga Zico membulatkan matanya tidak percaya.
"Gimana ceritanya kok lo bisa diperkosa gadis secantik itu?"
"Gue dihukum mantan. Dia membayar lima orang wanita memperkosa gue.Salah satu wanitanya itu Clara. Mantan menghukum gue karena gue mau bunuh istrinya saat honeymoon.
*****
Bara, Dian dan G telah pulang dari Mentawai. Mereka pergi survei lokasi pembangunan resort. Bara tak pernah berhenti mentertawai Dian. Perjalanan ke Mentawai memperlihatkan bagaimana bucinnya G pada Dian.
Pria bule itu sangat perhatian dan tidak membolehkan Dian melakukan apa-apa selain menemaninya. Bara melihat G dan Dian seperti sedang bulan madu. Sikap G memperlihatkan kebucinannya pada Dian. Sebenarnya proyek yang sedang mereka garap sebagai ajang pedekate G pada Dian. Proyek mungkin tak terlalu penting untuk pria itu. Hanya angin bagi pebisnis seperti G.
"Bos berhenti tertawa!" Dian marah-marah pada Bara saat mereka ada di kantor dewan.
"Apa salahnya aku tertawa? Tidak ada yang salah Dian. Bule itu naksir sama kamu. Bucin banget. Parah pokoknya. Kerja sama kita hanya ajang pedekate buat dia. Ya Allah kalo ingat Mentawai aku enggak bisa lupa. Kayak pembokat gitu disana temani kalian bulan madu."
Dian menarik bulu tangan Bara yang kebetulan sangat lebat. Pria itu memekik kesakitan.
"Dian kamu." Mata Bara melotot seperti bola pimpong.
"Bos jangan cari masalah deh. Ledekin aku mulu. Aku jadi malu bos. Jika bos kayak gini suruh yang lain aja urusin bisnis sama G."
"Tidak bisa Dian. G hanya mau sama kamu bukan sama yang lain. Jika bukan kamu yang tangani proyek ini percayalah dia tidak akan mau kerja sama lagi sama kita."
"Kenapa kamu marah kalo aku jodohin kamu sama G?"
"Aku sama dia enggak ada hubungan apa-apa bos. Lagian aku enggak niat mau nikah sama bule?"
"Kenapa?"
"Aku enggak mau aja sama bule. Maunya pria lokal aja."
"Jangan bilang kamu masih naksir sama aku?"
"Enak aja naksir sama bos. Kepedean. Dulu aku memang naksir sama bos sekarang mah enggak. Jadi cowok kepedean banget."
"PD itu wajib Dian. Kalo enggak PD mana mungkin bisa mendapatkan hati Dila kembali."
"Apa dia sudah mengakui perasaannya sama bos?"
"Belum. Hanya aku yang mengakui perasaanku padanya," ucap Bara keceplosan.
Giliran Dian yang meledek Bara karena si bos sombong sudah tak gengsi mengakui perasaannya. Dering ponsel menghentikan pembicaraan mereka.
:telephone_receiver: "Ada apa Jimmy?"
:telephone_receiver: "Gue sudah mengetahui siapa Giovani, kakak angkat Samir. Dia meminjamkan Mansionnya sebagai tempat penyekapan Dila."
:telephone_receiver: "Apa?" Dian shock dengan berita yang dibawa Jimmy untuknya.
:telephone_receiver: "Lo bukannya minta gue cari tahu Giovani kakak angkat Samir?"
:telephone_receiver: "Iya gue lupa. Jika pernah minta tolong sama lo dan kejadiannya sudah lama dan gue tidak ingat lagi."
:telephone_receiver: "Gue sibuk menyelesaikan misi makanya baru sempat mencarinya. Makanya jadi bagian dari kami agar lo punya akses mendapatkan informasi."
:telephone_receiver: "Tetap aja S3 marketing lo jalan ajak gue jadi anggota BIN." Dian mencibirkan bibirnya.
:telephone_receiver: "Dari pengecekan gue Giovani ada di Indonesia."
:telephone_receiver: "Apa?" Dian merasa terkecoh takut jika Giovani kembali menculik Dila. Dian masih tak percaya jika Giovani tidak terlibat penculikan Dila. Instingnya Dian sangat kuat dan tak pernah meleset. Giovani pasti memanipulasi keadaan hingga namanya bersih.
Setelah pembicaraan mereka selesai Jimmy mengirimkan hasil penyelidikannya dan sekaligus memberikan foto Giovani melalui pesan WA. Smartphone Dian terlempar karena kaget.