Jodoh Tak Pernah Salah

Part 286 ~ G Menyukai Dian



Part 286 ~ G Menyukai Dian

Bara menghampiri ruang VIP tempat istrinya makan. Dila sedang lahap makan dan menyadari kehadiran sang suami. Teman-teman kantor Dila tersenyum melihat kedatang Pak ketua DPRD. Mereka beradu pandang sambil senyum-senyum manis.     

Dila belum juga menyadari kehadiran suaminya. Entah makanannya yang terlalu nikmat atau Dila kelaparan.     

"Lahap banget makannya kep. Lapar atau gimana?" Goda Bara duduk di depan Dila. Sang istri menghentikan makannya.     

"Sayang kenapa enggak bilang mau kesini?" Tanya Dila kaget.     

Interaksi Dila dan Bara membuat para bawahan Dila panas dingin. Tak menyangka jika dua sejoli ini saling mencintai padahal mereka menikah karena perjodohan.     

"Hmmm bikin para jomblo iri aja kep," celetuk Vino si jomblo.     

"Makanya cepat nikah biar ada pasangan," balas Niken mencibir Vino.     

"Makan yang banyak." Bara memperhatikan Dila makan.     

"Iya Pak ketua," cicit Dila menahan rasa malu.     

"Ya udah aku enggak bisa lama. Aku lagi ajak investor makan siang. Ada Dian disebelah. Nanti aku jemput jam berapa?"     

"Aku japri aja yang," jawab Dila dengan wajah merona.     

"Ok. Enggak usah bayar makanannya. Biar aku yang banyak. Hari ini aku yang traktir kalian," ucap Bara sedikit berteriak.     

"Terima kasih Pak ketua. Murah rejekinya, jika punya anak langsung kembar," ucap Niken berterima kasih sekaligus mendoakan.     

"Doakan ya biar cepat isi lagi," pinta Bara tak tahu malu.     

"Pergi sana bikin aku malu aja," usir Dila dengan lembut.     

Selepas Bara pergi, Dila menjadi sasaran empuk para anggotanya. Mereka menggoda Dila karena sikap Bara yang sangat manis. Menurut mereka, Dila sangat beruntung punya suami seperti Bara. Tak hanya ganteng, Bara juga pengusaha kaya yang kekayaannya tidak habis tujuh turunan, romantis dan baik. Bara juga seorang pejabat daerah yang sangat terkenal.     

Begitulah pandangan orang-orang pada Bara dan Dila. Mereka hanya melihat diluarnya saja, mereka tidak tahu penderitaan apa yang telah dilalui Dila hingga sikap Bara sebaik dan semanis sekarang.     

Bara kembali ke ruangan mereka. Dian dan G sedang asik mengobrol. Sesekali ia melihat Dian tertawa tersipu malu. Kehadiran Mike disana bak nyamuk. Mike tak dianggap. G hanya mengajak Dian bicara.     

"Jadi aku kagum padamu setelah melihat videomu yang viral itu. Darimana kamu mendapatkan kemampuan melempar pisau seperti itu?" G memancing kejujuran Dian, walau G sudah tahu namun ingin mendengarkan cerita ini langsung dari mulut Dian.     

"Belajar begitu saja G." Dian memanggil G dengan sebutan nama tanpa embel-embel Mr.     

"Kenapa ingin belajar?"     

"Kalian terlihat serius sekali," ucap Bara menghampiri keduanya.     

"Tidak bos. Kami tidak serius. Kami hanya mengobrol saja menghabiskan waktu," kata Dian menjelaskan.     

"Dian kamu belum jawab pertanyaanku." G menginterupsi.     

"Pertanyaan yang mana?"     

"Kenapa kamu ingin belajar pakai pisau?"     

"Oh itu," ucap Dian tergelak tawa. G benar-benar mengorek informasi tentang dia lebih dalam. "Hanya untuk membela diri G. Kita tidak tahu kejahatan apa yang akan menimpa kita. Wanita jaman sekarang haruslah menguasai bela diri agar tidak dilecehkan."     

"Mr G masih adakah yang ingin ditanyakan?" Bara menatap G dengan rasa kagum.     

"Untuk saat ini tidak ada Mr Bara. Aku rasa cukup." G tersenyum manis pada Bara. Melihat sikap baik mereka berdua G merasa bersalah telah membantu Samir untuk menculik Dila. G berharap mereka tidak akan tahu siapa dia sebenarnya.     

"Baiklah jika begitu Mr G. Mau aku antar kemana?"     

"Tidak perlu Mr Bara. Biar aku dan Mike pergi berdua. Kami punya sopir pribadi selama berada disini." Tolak G secara halus.     

"Kami mau pamit dulu Mr G. Masih ada pekerjaan yang harus kami lakukan." Bara dan Dian pamit.     

"Terima kasih atas jamuannya Mr Bara, Dian." G berterima kasih.     

Baru kali ini G mengucapkan terima kasih pada seseorang. Seumur hidupnya G tidak pernah melakukannya. Cinta benar-benar membutakan mata G. Pria itu bisa bersikap diluar kebiasaannya. Mike, asistennya saja sampai terheran-heran melihat sikap sang atasan. Sejak kapan G menaruh rasa hormat dan perhatian pada orang lain?     

"Pantas saja Mr G ingin berinvestasi pada perusahaan kita. Dia menyukai kamu Dian," ucap Bara ketika mereka berada di mobil.     

Dian sampai terbatuk-batuk dan tak menyangka Bara mengetahuinya. Dian pikir hanya dia yang sadar dengan sikap G ternyata tidak.     

Dian kembali terbatuk-batuk. Tenggorokannya terasa gatal.     

"Minum Dian biar berhenti batuk." Bara mengambilkan sebotol air mineral.     

"Makasih bos," ucap Dian sebelum meneguk minumannya.     

"Ada orang yang batuk-batuk Abi karena ditaksir seorang investor." Bara mengajak Abi,sopirnya untuk membully Dian.     

"Benaran bos? Asik dong teteh ditaksir bule kaya. Kalo dia mati ntar semua kekayaannya jatuh ke tangan teteh," ucap Abi mendapatkan jitakan dari Dian.     

"Kamu pikir aku wanita matre apa?"     

"Teteh sayang dijaman sekarang enggak ada perempuan yang enggak matre. Masa cewek mau nikah sama cowok yang enggak kerja dan enggak punya duit. Cinta ya cinta the tapi realistis. Memangnya kita bisa kenyang cuma makan cinta? Iya kan bos?" Abi melirik Bara dari kaca mobil.     

Bara mengacungkan jempol, "Seratus buat Abi."     

"Kalian berdua berkomplot buat membully aku?" Dian nyolot dan kepalanya berasap melihat sikap kedua pria yang bersamanya sekarang.     

"Terserah teteh anggapnya gimana. Saran sich teh. Kapan lagi gitu kami liat teteh pacaran atau nikah. Masa urusin bos terus. Urusin suami lagi teh. Bos udah ada Bu bos yang urus."     

"Abi sejak kapan kamu bermulut besar?" Dian mulai kesal karena dijahili.     

"Sejak tadi teteh. Bos yang ajarin," jawab Abi polos. Kepolosan Abi tambah membuat Dian kesal.     

"Sudah saatnya kamu membuka hati sama laki-laki Dian. Kamu sudah cukup dewasa untuk berumah tangga. Jika kamu dan Fatih tidak punya hubungan, Apa salahnya kamu kasih kesempatan untuk G. Dia laki-laki yang baik dan juga kaya," ucap Bara menggoda Dian dengan 'kaya'.     

"Apaan sih bos?" Dian menggerutu kesal.     

"Dia lebih kaya lo dari aku. Pebisnis kelas dunia. Jika kenal sama Tuan Smith berarti kelasnya sudah diataslah." Bara semakin senang menggoda Dian karena ia terlihat sangat marah dan emosi.     

"Alvin udah butuh Bapak Dian. Enggak mungkin kamu membesarkan dia seorang diri tanpa ada status," kata Bara kembali mengingatkan.     

"Bos udah punya calon sekretaris baru ya?"     

"Kenapa memangnya?"     

"Bos menyuruhku menikah seperti akan memecatku saja."     

"Kamu berburuk sangka. Siapa yang berniat memecat kamu? Kamu terlalu handal untuk aku pecat."     

"Lantas kenapa bernafsu menjodohkan aku dengan G?"     

"Sudah saatnya kami menikah. Aku sudah menikah dan bahagia. Sekarang giliran kamu Dian. Kita harus lepas dari rasa trauma itu. Sudah saatnya kita merengkuh kebahagiaan."     

"Iya bos," balas Dian tak bersemangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.