Jodoh Tak Pernah Salah

Part 284 ~ Bertemu Investor ( 1 )



Part 284 ~ Bertemu Investor ( 1 )

Musik rock mengalun keras dari laptop Bara. Kerasnya suara musik menjadi mood booster Bara untuk semangat bekerja. Tumpukan kertas yang berjejeran di atas meja tak menyurutkan niat Bara untuk bermalas-malasan. Ia malah semakin larut dalam dunianya sendiri menyelesaikan tumpukan berkas-berkas. Bara menggeluti dua profesi. Satu sebagai pebisnis dan satu lagi seorang ketua DPRD Sumbar.     

Bara kadang membawa pekerjaan pribadi ke kantor dewan. Enaknya jadi dewan, Bara bisa menyambi melakukan pekerjaan pribadi. Bara bisa menyelesaikan proyek resort di berbagai tempat. Menjadi anggota dewan ternyata tak semudah yang ia pikirkan.     

Bara merasakan menjadi anggota DPR penuh kepalsuan. Di depan rakyat sikap mereka sangat manis padahal di belakangnya mereka tak semanis itu dan banyak berhati busuk. Bara hanya mengelus dada. Banyak hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya. Para anggota DPR yang ia temui jarang yang benar-benar memperjuangakan aspirasi rakyat.     

Mereka malah memperjuangan nasib mereka. Mereka mengumpulkan kekayaan selama menjabat sebagai biaya ganti rugi selama kampanye dan mengeruk kekayaan sebanyak-banyak selama menjabat.     

Bara berdiri menghadap jendela. Matanya menatap bunga-bunga mawar yang sedang bermekaran. Mawar merah sedang bertumbuh. Mempertontonkan keindahannya pada dunia. Kumbang-kumbang mengisap madu mawar lalu pergi setelah mereguk madunya.     

Daun-daun berguguran tertiup angin. Kepingan daun kuning yang jatuh ke tanah menambah keindahan. Bara tersenyum melihat bunga dan dedaunan.     

Bara berguman dalam hati, bunga mawar dan kumbang ibarat dia dan Dila. Dia kumbang sementara Dila adalah bunga mawar. Bara berjanji tidak akan bersikap seperti kumbang yang pergi begitu saja setelah meneguk manisnya madu bunga mawar.     

Bara akan mencintai istrinya seumur hidupnya. Ia beruntung menikah dengan wanita sehebat Dila. Jika Dila tak hadir dalam hidupnya mungkin ia masih bergelimang dosa dan masih menyukai sejenis.     

Bara tak tahu sudah berapa lama ia berdiri menikmati sajian music rock yang membuatnya begitu bersemangat, namun ia malah melamun memikirkan istrinya. Padahal ia baru beberapa jam yang lalu berpisah dari istrinya namun ia sudah merindukan istrinya.     

Bara mengambil ponsel dan melakukan panggilan video call pada sang istri. Beruntung Dila segera mengangkatnya.     

"Assalamualaikum cantik," sapa Bara memuji istrinya.     

"Walaikumsalam suamiku," jawab Dila tak kalah manis. Mereka bak anak ABG yang baru jatuh cinta. Greget-greget dan malu-malu.     

"Lagi apa?" Tanya Bara memonyongkan bibirnya.     

"Ini lagi periksa rekomendasi kredit."     

"Hati-hati periksanya jangan sampai kecolongan." Bara mengingatkan.     

Dila mengacungkan jempol, "Pastinya Pak ketua. Cukup sekali ada kredit fiktif. Sejak kejadian itu aku lebih waspada dan berhati-hati. Tidak boleh mempercayai siapa pun walau teman terdekat."     

Bara juga mengacungkan jempolnya pada Dila seraya mencium layar smartphone.     

"Bagus tu kep," Bara ikut-ikutan memannggil istrinya 'kep'.     

"Aku masih trauma sayang dengan kejadian itu. Untungnya tidak ada kredit fiktif dibawah persetujuanku. Kenapa menelpon?"     

"Hanya kangen. Apa tidak boleh jika kangen kamu aku menelpon?" Bara cengengesan.     

Mata Dila membulat dan berbinar. "Baru dua jam yang lalu kita ketemu."     

"Jika sudah kangen gimana?"     

"Bisa dirumah kangen-kangenannya," jawab Dila ambigu.     

Mata berbinar-binar seakan mendapatkan lampu hijau dari sang istri.     

"Nanti malam berarti bisa tu?" Bara menaik turunkan alisnya.     

"Mau punya anak enggak boleh tiap hari gituannya."     

"Masa sich? Bukannya tiap hari dibikin malah bagus?"     

"Mana bagus kualitas spermanya Pak ketua."     

"Gitu ya?"     

"Tanya aja sama dokter kalo tidak percaya."     

Bara menoleh ketika mendengar suara langkah kaki. Tak lama sosok Dian muncul dari balik pintu.     

"Udah dulu ya Dil. Dian udah datang. Kami mau meeting sama investor baru untuk pembangunan resort di Mentawai."     

"Baiklah," ucap Dila tersenyum manis. "Semoga sukses suamiku."     

"Terima kasih istriku." Bara mengecup layar smartphone dan memutuskan panggilan VC.     

"Hmmmmm yang lagi kasmaran," ucap Dian mencemooh sang bos.     

Dian memberikan proposal final proyek resort di Mentawai. Bara menerima dan membacanya. Mana tahu ada kesalahan yang ditulis Dian.     

"G sudah datang bos."     

"Woww cepat sekali. Bukannya kita janjian jam sepuluh? Ini baru pukul setengah sepuluh."     

"Dia tidak ingin terlambat. Mungkin dia mengira kota ini macet seperti Jakarta." Dian terkekeh.     

"Bisa jadi," balas Bara tersenyum manis. Setelah video call dengan istri tercinta membuat moodnya semakin baik.     

"Periksa dulu proposalnya bos. Aku akan temani Mr G di ruang rapat. Jika sudah selesai membacanya jangan lupa susul kami ya bos."     

"Baiklah." Bara memberikan jempol untuk Dian. Setelah itu Dian pergi menemani G minum kopi di ruang rapat.     

Dian mengetuk pintu seraya membawa nampan yang berisi empat gelas kopi dan aneka cemilan. Dian melihat G sedang membaca koran dan Mike sedang memainkan ponselnya.     

"Maaf menunggu lama Mr G dan Mr Mike," ucap Dian menyajikan kopi dan cemilan di atas meja.     

Mike hanya tersenyum dan tak keberatan. G menurunkan koran dan melihat sosok Dian. Wanita itu sangat cantik dalam balutan rok span hitam dan kemeja cream. Rambutnya dikuncir kuda. Sekilas penampilan Dian seperti sekretaris Kim dalam drama Korea. G semakin terpesona dan jatuh cinta sedalam-dalamnya. G tak pernah menyangka jika akan mengalami cinta pada pandangan pertama.     

G mengalami love at the first sight pada Dian. Saat melihat Dian ada perasaan aneh berdesir di dalam hatinya. G pun mulai merasakan getaran aneh dari dalam tubuh. Jantungnya akan berdegup kencang daripada biasanya. G juga merasa emosional saat di dekat Dian.     

G bahkan baru pertama kali bertemu dengan Dian ketika di bandara internasional Perth, namun gadis itu tidak menyadarinya. G waktu itu pulang ke Perth sebagai saksi dalam kasus penculikan Dila.     

G melihat rekaman CCTV ketika Dian menyelamatkan Dila dari Jack. Ia pun semakin tertarik pada Dian dan ingin mengenal lebih jauh. G rasanya sudah mengenal Dian lebih lama. Ada keakraban yang terbangun antara dirinya dengan Dian, padahal mereka bertemu di bandara dan Dian tak menyadari kehadiran G waktu itu.     

Memercayai orang yang baru kita kenal itu sulit. Namun, G merasa dapat percaya pada Dian. G bahkan berani berinvestasi pada proyek baru Bara dan Dian di Mentawai. Selain merasa akrab dan dapat memercayainya, G juga merasakan sedikit kecemasan pada Dian. Ketika berpisah dengan Dian, tiba-tiba saja muncul rasa khawatir.     

Sosok Dian terekam dengan jelas dalam memori otak G. Ketika dia sedang pergi ke toilet sebentar, G sudah mulai membayangkan wajah Dian dalam kepalanya. Apalagi ketika sudah pulang ke hotel. Sepanjang malam G membayangkan Dian, mengulang kembali pada pertemuan pertama dengan Dian di taplau, mengingat cara bicaranya, dan semua tentangnya. Pikiran G selalu dipenuhi tentang Dian.     

"Mr. G kenapa diam saja?" Dian menginterupsi G yang sedang bengong.     

"Maaf," jawab G salah tingkah.     

Mike yang duduk di sebelahnya hanya mengulas senyum. Mike mentertawakan sang bos yang salah tingkah.     

"Apa yang anda lamunkan?"     

"Kamu?" Jawab G spontan dan tak tahu malu.     

"Mr G. Are you okay?" Dian memicingkan mata menatap G dan mencari jawaban pada Mike namun laki-laki itu hanya mengangkat bahu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.