Part 271 ~ Hancurnya Hati Dua Orang Gadis
Part 271 ~ Hancurnya Hati Dua Orang Gadis
"Dian kenapa kamu memiliki belati?" Fatih penasaran.
"Aku selalu membawa belati kak dan menyelipkan di pinggangku."
"Kenapa kamu membawanya?"
"Untuk jaga diri kak agar tidak jadi korban kejahatan. Aku trauma dengan pemerkosaan yang aku alami. Karena aku lemah maka dia bisa melakukan kejahatan padaku. Setelah aku sembuh dari trauma, aku belajar bela diri. Karate, kempo dan juga silat harimau."
"Wow mengesankan sekali. Pantas kamu sangat jago berkelahi. Malu sebagai laki-laki." Fatih tertawa miris.
"Jangan malu kak. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihanku disini. Jago berkelahi. Bukan nyombong juga. Saat Dila kena culik waktu di Perth belati itu juga yang menembus telapak tangan si penculik ketika menyandera Dila."
"Benarkah?"
"Kenapa tertarik mendengar cerita Dila?" Dian menggoda Fatih.
"Tidak ada." Fatih membuang muka.
"Bara tahu masa lalu kakak dan Dila." Dian bercerita hingga membuat Fatih kaget.
"Apa?"
"Bara tahu siapa kakak bagi Dila. Dila juga mengakui hubungan kalian dulunya. Kakak masih berharap dengan Dila?" Dian mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak mungkin mengharapkan istri orang," jawab Fatih tenang. "Kami tidak berjodoh Dian. Takdir kami hanya sebatas kakak dan adik."
"Syukurlah."
"Kenapa syukur?"
"Setidaknya Bara bernapas lega. Dia sangat mencintai Dila. Takut jika kepulangan kakak untuk mengambil Dila."
Fatih tersenyum lucu melihat ketakutan di wajah Dian, "Aku tidak akan merebut Dila dari Bara. Awalnya memang patah hati dan kecewa tapi kembali menyadari jika kami tidak berjodoh. Kamu dekat sekali dengan Bara, apa Dila tidak cemburu?"
"Tidak sama sekali. Dila belum mencintai Bara seperti Bara mencintainya."
Fatih memicingkan mata, "Kenapa begitu?"
"Mungkin belum move on dari kakak."
"Dian jangan bahas. Kamu membuat luka di hatiku semakin besar dan lebar. Ibarat luka yang mulai mengering namun kembali berdarah."
"Maaf," cicit Dian penuh penyesalan. Ia melihat bulir air mata dari sudut mata Fatih.
"Maafkan aku kak."
"Tidak apa-apa. Jika boleh tahu berapa lamu kamu berlatih hingga bisa melempar belati se-akurat itu?"
"Sekitar delapan tahun. Bahkan aku pernah ikut sekolah inteligen hingga BIN menawariku bergabung namun aku menolaknya."
"Kenapa kamu sampai sekolah inteligen dan menolak tawaran BIN?"
"Tidak mau jadi anggota BIN. Resikonya besar. Aku meminta sekolah pada Bara. Efek pemerkosaan itu aku bertekad menjadi wanita kuat dan tak boleh lemah lagi. Aku mempelajari cara menggunakan senjata, pisau dan aku juga belajar totok."
"Wow luar biasa," Fatih berdecak kagum. Sebagai korban pemerkosaan Dian sangat hebat dan mengagumkan.
"Apa Alvin tahu maminya sehebat ini?"
"Jika bocah itu tahu dia akan memintaku untuk mengajarinya. Alvin sudah sabuk hitam karate lo kak."
"Kenapa kamu mempelajari semua ini?"
"Berjaga jika suatu hari ayah biologis Alvin datang. Dia tak bisa menyakiti dan mengambil Alvin dariku."
"Apa dia tahu jika punya anak denganmu?"
"Aku tidak tahu kak. Dia kabur ke luar negeri setelah memperkosa kami."
"Kami?" Fatih menghentikan langkahnya.
"Iya kak."
"Siapa korbannya satu lagi?"
"Bara?"
"Apa? Jangan bercanda Dian."
"Kakak bisa pegang rahasia bukan?"
"Bara juga diperkosa si brengsek itu."
"Kok bisa?" Fatih gemetar. "Apakah kasusnya seperti kasus Reynhard Sinaga?"
"Seperti itulah kak. Trauma pemerkosaan membuat Bara menjadi seorang gay."
"Apa?" Lagi-lagi Fatih shock mendengarkan cerita Dian. Dunianya seakan runtuh mengetahui wanita yang dicintainya menikah dengan laki-laki yang salah.
"Bara kembali straight setelah menikah dengan Dila dan bahkan sangat mencintainya."
"Syukurlah kalo begitu. Aku tidak rela jika Bara membuat hidup Dila menderita. Kenapa kamu menceritakan semua ini padaku?"
"Agar kakak tahu bagaimana beratnya perjuangan Bara untuk straight dan tahu bagaimana dia mencintai Dila dengan segenap jiwa raganya. Tidak mudah bagi kaum gay untuk berhijrah. Halangan dan rintangan selalu datang untuk menggoda, bahkan mantan kekasih Bara masih nekat menghubunginya. Apa masih ingat dengan cowok yang datang menggunakan kursi roda waktu Dila dirawat di Jakarta karena keguguran?"
"Ya aku ingat."
"Dia mantan kekasih Bara. Kakak tahu kenapa dia bisa dirawat di rumah sakit?"
"Kenapa?"
"Aku menghajarnya. Aku memberi peringatan agar tak mengganggu Bara. Aku harap kakak bisa mengerti bagaimana sulitnya Bara dalam berhijrah dan memperjuangkan cintanya pada Dila walau Dila sendiri belum menyadari perasaannya."
"Apa maksudnya?"
"Dila juga mencintai Bara namun dia memungkiri perasaannya. Aku bukan orang bodoh tidak menyadari perasaan Dila pada Bara. Bagaimana dia melindungi dan membimbing Bara hingga straight seperti sekarang. Feeling om Herman memang tak salah. Dila bisa mengembalikan Bara ke kodrat dan ucapannya terbuktinya."
"Satu pertanyaan Dian?"
"Apa?"
"Apakah Bara benar-benar berubah? Bukan sandiwara?"
"Aku bisa pastikan jika dia benar-benar bertaubat. Aku jaminannya kak."
"Aku tak ingin Dila hidup dengan orang yang tidak tepat."
"Aku paham bagaimana perasaanmu kak. Kau hanya ingin yang terbaik untuk Dila."
******
Berita penembakan tentara di supermarket mendunia. Cyra dan Naima yang berada di Cairo dapat membaca berita berbahasa Arab. Naima bahkan mencari beritanya di media lokal Indonesia. Naima tak bisa menahan tangisnya melihat informasi tentang Fatih dan Dian. Media memberitakan jika mereka sepasang kekasih.
Naima menangis tersedu-sedu. Pantas saja Fatih menolaknya jika ia bersama wanita tangguh dan cantik seperti Dian.
Dian bahkan bisa melindungi Fatih dari serangan berbahaya seperti itu. Naima tahu sekali jika Fatih trauma dengan kejadian penembakan itu. Namun demi menyelamatkan sang wanita Fatih melawan rasa traumanya.
Hati Naima dan Cyra itu hancur melihat Fatih dan Dian. Mereka melihat bagaimana histerisnya Fatih ketika si tentara mengarahkan pistol pada Dian, hingga si tentara berbalik menembak Fatih lalu dengan heroiknya Dian menyelamatnya dengan melempar belati hingga menembus telapak tangan si tentara. Bagaimana Dian dengan khawatirnya merobek lengan baju Fatih dan memeriksa luka Fatih. Kedua wanita itu patah hati dan menangis tersedu-sedu.
Cyra tak kalah emosional. Ia bahkan melempar barang-barang yang ada di kamarnya hingga kamarnya seperti kapal pecah.
Naima pun bertindak bodoh sama seperti Cyra. Gadis itu menangisi nasib dan menganggap dirinya kena karma karena telah menolak laki-laki yang telah meminangnya pada sang Abi. Naima mengambil ponsel dan melakukan panggilan video call pada Fatih.
Kening Fatih berkerut melihat layar, "Kenapa Naima menghubungiku?"
"Siapa kak?" Dian mendadak kepo.
"Teman kuliah di Mesir."
"Angkat saja."
"Tumben."
"Makanya angkat, jangan-jangan ada sesuatu yang penting."
Mendengarkan nasehat Dian, Fatih mengangkat video call Naima. Wajah Fatih dan Dian terlihat jelas di layar monitor. Naima semakin terisak tangis.
"Apakah dia alasan kamu menolakku uda?" Naima memanggil uda pada Fatih.
"Maksud kamu?"
"Wanita itukah yang ada di hatimu sehingga kamu menolak seorang anak Kyai seperti aku?" Tanpa disadari Naima menyombongkan dirinya.
Dian memahami sesuatu, jika perempuang yang sedang video call dengan Fatih salah paham dengan hubungan mereka.
"Kami ti..." ucapan Dian terpotong.
"Maaf Naima. Kamu benar," ucap Fatih penuh penyesalan.
Setelah Fatih mengatakannya Naima langsung memutuskan panggilannya.
"Kak. Dia salah paham."
"Biar saja," ucap Fatih cuek meninggalkan Dian. "Kamu bawa mobil bukan? Maaf tidak bisa mengantarmu."
"Tidak apa-apa."