Jodoh Tak Pernah Salah

Part 267 ~ Aku Tak Bisa Melepaskanmu



Part 267 ~ Aku Tak Bisa Melepaskanmu

"Tentu segala sesuatu milik Tuhan tapi apa salahnya aku mempertahannya selagi ada?"     

"Bara kamu terlalu banyak bicara. Aku harus pergi," ucap Dila mengakhiri panggilan video call.     

Setelah video call dengan suaminya Dila menangis sesenggukan seraya menyandarkan kepalanya pada kemudi mobil.     

Sebuah panggilan masuk menghentikan tangis Dila. Ia mengambil ponsel dan mengangkatnya.     

"Iya uni?" Ternyata panggilan dari Naura.     

"Kamu dimana? Uni sudah di rumah kamu ini?" Naura mengomel sembari mondar mandir di ruang tamu rumah hasil jerih payah Dila.     

"Sebentar lagi aku sampai," ujar Dila dengan suara tercekat.     

"Apa yang terjadi Dil?" Naura segera memahami ada sesuatu yang tak beres dengan adik iparnya.     

"Nanti aku cerita setelah sampai rumah."     

"Baiklah uni tunggu."     

Tak butuh waktu lama Dila sampai di rumahnya. Rumah minimalis dengan cat warna putih. Sederhana namun Dila bangga rumah ini hasil kerja kerasnya selama bekerja di bank MBC. Ia mendorong koper hingga membuat Naura khawatir.     

"Jangan bilang kamu kabur lagi?" Tebak Naura histeris.     

"Uni aku belum duduk." Dila memprotes. Ia menaruh koper di kamar lalu kembali ke ruang tamu menemui sang kakak ipar.     

"Uni." Dila memanggil Naura.     

"Minumlah." Naura menyodorkan dalgona yang ia bikin ketika menunggu kedatangan Dila.     

"Bagaimana kabar ayah dan bunda?"     

"Mereka sehat dan baik-baik saja."     

"Kabar anak-anak dan uni Ria?"     

"Anak-anak baik. Mereka semakin kompak dan pintar. Ria banyak berubah semenjak uda Iqbal menghukumnya."     

"Masih tinggal di paviliun?"     

"Masih. Uda Iqbal tidak pernah menengoknya sekali pun. Bahkan melihat Ria saja dia ogah."     

"Tiga bulan berturut-turut jika uda Iqbal tak memberinya nafkah batin akan jatuh talak uni. Ingatkan uda."     

"Aku sudah mengatakannya, tapi abang kamu tidak menghiraukan aku. Sudahlah jangan bahas uda Iqbal. Kamu yang harusnya kita bahas sekarang. Kenapa menelpon dan meminta uni kesini? Apa yang terjadi Dila?"     

"Uni." Tangis Dila pecah lalu ia memeluk Naura.     

Naura mengelus punggung Dila memberikan kekuatan. Sudah terlalu banyak air mata yang ditumpahkan Dila semenjak menikah dengan Bara. Hanya ada kesakitan dan kekecewaan.     

"Papa Bara," ucap Dila terbata-bata.     

"Kenapa dengan om Herman?" Naura penasaran.     

"Beliau sengaja menjodohkan aku dengan anaknya padahal dia tahu jika anaknya gay."     

"Apa?" Naura kaget dan berdiri. Tak sadar ia menyenggol gelas dalgona. Gelas itu pecah dan berserakan di lantai.     

"Uni." Dila geleng-geleng kepala melihat reaksi kakak iparnya. Naura saja bukan korban emosi apalagi dia. Dila mengambil sapu dan pengki. Dila mengumpulkan pecahan gelas dan lalu mengepel lantai hingga bersih.     

"Kenapa pake urat sich uni? Jatuhkan dalgonanya. Sayang belum diminum." Protes Dila kembali duduk di sofa.     

"Uni enggak habis pikir aja. Tega om Herman mencelakai anak sahabatnya sendiri. Apa alasan dia melakukannya? Pasti dia ada alasannya."     

"Dia punya feeling jika aku bisa membimbing anaknya kembali ke kodrat. Dia terkesan saat bertemu denganku di kantor. Dia merasa aku mampu mengubah Bara kembali straight."     

"Dan ucapannya benar," potong Naura ketika Dila bercerita.     

"Aku kecewa dan sakit hati uni." Dila menangis di paha Naura. Ia tiduran dan menjadikan paha Naura sebagai bantal.     

"Dila kalo posisi kayak gini uni jadi ingat film Itaewon Class Park See Jon." Naura tertawa ngakak.     

"Uni. Dalam keadaan kayak gini masih mikirin drakor?" Cebik Dila seraya mencibirkan bibirnya.     

"Bercanda kok."     

"Aku ingin serius uni."     

"Baiklah kita serius."     

"Aku kecewa dengan papa. Andai anaknya tidak straight lalu bagaimana dengan nasibku? Pasti akan lebih banyak air mata."     

"Ketahuan dibohongi, dengan berbagai situasi dan alasan, kerap menimbulkan rasa sedih, marah, dan sakit hati. Kaget, dendam, dan kecewa karena sebuah kebohongan tak jarang mengakibatkan putusnya hubungan baik hubungan percintaan, pertemanan dan keluarga. Namun sebelum marah, pahami terlebih dulu jika sebetulnya tidak ada orang yang ingin bohong. Pembohong kerap merasa perilaku tidak jujur adalah upaya paling tepat dan cepat untuk menyelamatkan diri (self preservation)."     

"Bohong tidak selalu bertujuan menyakiti orang lain, atau yang kerap disebut white lies demi alasan sosial. Bohong juga ada kaitannya dengan gangguan psikis seperti pada gangguan mythomania yang punya kebiasaan bohong kronis. Kita memang tidak tahu kondisi persis yang menyebabkan seseorang berbohong. Namun saat bohong diketahui, jangan ragu bertanya kebenaran dan penyebab berbohong. Respon yang diperoleh mungkin tak sesuai perkiraan, misal pembohong yang justru marah atau berkelit. Namun dengan mengetahui latarnya, kita bisa memutuskan dengan baik bila hendak melanjutkan hubungan atau tidak. Kebohongan harus dihadapi dengan ketenangan dan akal sehat."     

"Kebohongan om Herman ingin menyelamatkan anaknya dari penyimpangan. Sama-sama kita ketahui jika om Herman sudah mencoba menyelamatkan Bara melalui Dian namun hasilnya tak ada. Beliau menyembunyikan penyimpangan Bara karena mengingat tante Ranti yang sakit jantung kala itu. Uni mengambil dua sisi. Cara om Herman memang salah namun beliau tidak punya pilihan. Orang tua memiliki feeling tentang anaknya. Ketika melihat kamu om Herman melihat adanya satu harapan Bara untuk sembuh melalui kamu. Toch feeling dia benar bukan?"     

"Itu karena Bara sudah straight. Jika tidak bagaimana?"     

"Uni sudah bilang tadi. Feeling om Herman kuat ke kamu."     

"Om Herman sudah menzalimi aku. Jika aku tak menikah dengan Bara mungkin…." Dila menghentikan ucapannya.     

"Mungkin kamu bersama Fatih karena dia sudah kembali." Naura melanjutkan omongan Dila.     

"Entah bagaimana uni memulainya Dila."     

"Memulai apa?"     

"Kalian sebenarnya saling jatuh cinta tapi tak mengakui perasaan masing-masing," ujar Naura tepok jidat. Dila keukeh dengan pendiriannya bahwa tak mencintai Bara.     

"Dia sudah mengakui perasaannya."     

"Apa? Kurang jelas," pancing Naura.     

"Bara mengatakan jika dia mencintai aku."     

"Lalu reaksimu?"     

"Aku tidak menjawabnya."     

"Dila bukannya uni membela Bara namun dia layak untuk dapat kesempatan. Tak gampang seorang gay memutuskan untuk taubat. Dia pasti sudah melewati fase dimana berperang dengan dirinya sendiri. Bagaimana dia teguh dengan pendiriannya untuk straight padahal Egi tak pernah berhenti menggangu dia. Tak bisakah kamu hargai niatnya? Kenapa Tuhan mentakdirkan dua orang beda karakter berumah tangga? Agar kalian bisa saling belajar ketika melihat kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan itu yang membuat kalian saling melengkapi. Daun yang jatuh tak luput dari takdir Tuhan termasuk pernikahan kalian. Om Herman memang ada andil dalam semua ini, tapi Tuhan yang lebih punya andil atas kehidupan kalian. Kalian sudah Tuhan jodohkan untuk saling melengkapi. Istri pakaian untuk suaminya. Kamu pakaian Bara dan kamu sudah melindungi dan membawa dia dari lembah kenistaan."     

"Aku masih sulit untuk menerima uni. Sakitnya tuch disini?"Dila menunjuk dadanya.     

"Kok omongan kamu kayak lagu dangdut Dil?" Naura mencandai Dila agar suasana lebih cair.     

"Uni aku lagi curhat ini," ucap Dila merajuk bak anak kecil. Begitulah Dila ketika bersama Naura tak ada kedewasaan dan sikapnya seperti anak-anak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.