Part 259 ~ Titik Balik Egi
Part 259 ~ Titik Balik Egi
Kata-kata Ira terngiang-ngiang di telinga Egi. Dunia Egi seakan runtuh ketika mendengar permintaan Ira agar ia bertaubat dan kembali ke kodrat. Kali ini ia tidak bisa membohongi dan membodohi sang tante karena resikonya sangat besar.
Egi kembali ke klub dan meneguk wine. Ini terakhir kalinya dia datang ke klub sebagai salam perpisahan. Ia tak akan kembali lagi ke tempat yang banyak memberikan kenangan indah untuknya. Demi mendapatkan maaf dari Ira, ia harus meninggalkan komunitas gay yang selama ini mendukungnya, memberinya semangat luar biasa. Ia harus melupakan Bara dan mengubur semua mimpinya. Ira ingin Egi menjadi laki-laki normal memiliki istri dan anak. Taubat yang diingikan Ira adalah taubat nasuha bukan taubat sambal lado.
"Kevin mungkin ini terakhir kalinya gue datang kesini." Egi memutar-mutar gelas di atas meja.
Kevin memicingkan mata merasa heran dengan sikap Egi. Baru tadi dia kesini namun perubahannya sangat drastis.
"Kenapa bos?"
"Gue udah ketahuan sama keluarga. Tante udah tahu jika gue gay."
"Gawat dong bos."
"Iya. Gue tidak bisa kehilangan tante jadi gue terpaksa meninggalkan semua kegiatan disini. Tante memata-matai gue."
"Bos sudah dewasa masa mau diatur?" Kevin menghasut Egi.
Naluriah sifat gay, mereka tak ingin kaum mereka ada yang taubat. Jika ada seorang gay yang taubat maka akan jadi inspirasi bagi gay yang lain buat sembuh. Sudah jadi rahasia umum kaum gay mencap diri mereka tak bisa sembuh dan perbuatan mereka tidak menyimpang, tapi faktor genetik. Doktrin mereka jika gay menyimpang, mengapa Tuhan menciptakan perasaan ini pada mereka?
"Tante gue segalanya bagi gue Kevin. Dia yang membesarkan gue sejak orang tua gue meninggal. Mama dan papa meninggal saat usia gue tujuh tahun. Dia mengambil alih tanggung jawab merawat dan membesarkan gue. Hatinya hancur ketika tahu jika gue gay. Dia menyalahkan dirinya karena gagal mendidik gue. Dia merasa bersalah sama mama. Gue yang berbuat tapi tante gue yang menanggung semuanya."
"Tumben lo lemah bos."
"Gue tidak lemah Kevin cuma gue dihadapkan pada pilihan yang sulit. Gue lebih milih tante daripada dunia kita. Lagian hidup gue udah enggak berarti semenjak Bara mencampakkan gue. Jika Bara bisa straight berarti gue juga bisa."
Kevin tidak senang jika Egi ingin berubah. Berkurang lagi anggota komunitas gay di klub ini. Anggota sultan seperti Bara sudah tak pernah datang. Penghasilan Kevin jauh berkurang. Biasanya Bara paling royal memberikannya uang tips. Sekarang Egi juga ingin taubat maka orang yang memberinya uang tips semakin sedikit.
"Davi tadi dimana?"
"Sudah pulang bos."
"Koktail satu gelas," pinta seorang gadis pada Kevin.
Egi sangat mengenal suara siapa yang meminta Koktail pada Kevin. Ia pun menoleh memastikan tebakannya benar apa tidak.
"Hai Egi," sapanya dengan ramah dan mengulas senyum.
"Gue sudah bisa tebak jika itu lo Clara."
Clara tertawa terbahak-bahak seraya menerima minuman dari Kevin, "Thank Kevin." Clara menyeruput minumannya hingga tinggal setengah.
"Gue dengar pembicaraan lo dengan Kevin. Tante Ira udah tahu jika lo gay? Wow…..kejutan."
"Lo berbahagia di atas penderitaan gue?"
"Bisa dibilang begitu." Clara tersenyum evil.
"Lalu apa reaksi tante Ira tahu lo gay?"
"Dia mengusir gue dan om Musba," jawab Egi jujur.
"Om Musba? Kok sampai om Musba diusir?" Clara pura-pura bertanya padahal dia sudah tahu apa yang terjadi. Dia akan melakukan tugasnya membantu Egi namun tak secara terang-terangan.
"Dila dan Dian datang ke rumah."
"Penuh kejutan Egi. Lalu?"
"Dila datang memperingatkan gue, lalu kami saling curhat. Buntut curhat itu tante Ira mendengar cerita gue yang mengaku gay karena disodomi om Musba. Terbongkarlah rahasia kami selama ini. Om Musba diusir dari rumah dan tante Ira minta cerai."
"Gue prihatin sama tante Ira, tapi gue rasa tante lebih baik cerai daripada hidup dengan si bajingan tengik itu. Lo diusir juga?"
"Sama," jawab Egi dengan wajah tertunduk. Egi merasa tak bersemangat.
"Derita lo Gi. Siapa suruh jadi gay. Masih untung diusir daripada dibunuh."
"Tante kecewa sama gue," tiba-tiba Egi curhat sama Clara. Dia menangis di pundak Clara dan menangis layaknya seorang gadis.
Clara pun kaget dengan sikap Egi. Dia memeluk dan menepuk-nepuk punggung Egi memberikan dukungan. Hati Clara ikut gerimis melihat kacaunya Egi saat ini namun tak menunjukkan sikapnya.
"Tante Ira menyalahkan dirinya sendiri karena penyimpangan gue. Dia merasa gagal mendidik dan tak bisa jalankan amanah almarhum orang tua gue. Gue telah melukai perasaan wanita yang sangat berarti dalam hidup gue. Gue sangat menyayangi dan mencintai tante. Beliau membesarkan gue dengan kasih sayang. Setelah gue dewasa inikah balasan untuk dia? Gue merasa bersalah sama dua orang wanita. Pertama mamanya Bara kedua tante Ira. Gue telah menyakiti perasaan seorang ibu."
"Lalu apa yang lo lakukan sekarang?" Clara melunak tak mentertawakan Egi lagi.
"Gue enggak ingin diusir dan tak dianggap keluarga lagi."
"Apa yang lo lakukan?"
"Tante Ira maafkan gue jika gue bertaubat dan kembali ke kodrat. Jika gue udah taubat tante mau gue menikah dan punya anak."
"Apa?" Clara kaget dan takjub. Dugaan Dila memang benar. Jika dari dulu ia membongkar rahasia Egi mungkin laki-laki itu telah straight. Tante Ira telah pemicu Egi untuk berubah.
"Lo kaget bukan? Clara mengangguk. "Gue saja pesimis bakal straight."
"Lo ada keinginan untuk straight?"
"Ada. Demi maaf dari tante gue ingin straight.��
"Gue akan bantu lo," jawab Clara.
"Bukannya lo benci ma gue?"
"Gue benci karena lo enggak mau berubah, sekarang ceritanya berbeda. Jika lo benar-benar ingin sembuh gue akan bantu."
"Lo baik banget sama gue Clara. Gue terharu." Egi menangis terisak-isak di dada Clara.
"Udah lo jangan cengeng. Lo harus bangkit dan buktikan pada tante Ira jika lo straight, menikah dan punya anak."
"Maafkan gue jika selama ini jahat dan menganggap lo enggak pernah ada. Saat gue terpuruk malah lo yang datang membantu gue."
"Sudahlah jangan dibahas lagi. Belajarlah dari Bara. Jika dia bisa straight berarti lo juga bisa. Semua tergantung kemauan lo. Apa yang lo pikirkan itulah diri lo. Jika mikir bakal normal lo akan jadi pria normal."
Tiba-tiba seseorang datang menarik Egi dari pelukan Clara dan memukulnya.
"Brengsek lo," maki si pria.