Part 253 ~ Terbongkarnya Rahasia Egi ( 1 )
Part 253 ~ Terbongkarnya Rahasia Egi ( 1 )
"Bisa kita bicara empat mata?" Dila menatap Egi.
"Dia?" Egi menunjuk Dian.
"Biarkan Dian ngobrol-ngobrol dengan tante Ira. Gapapa kan tante?" Dila bertanya pada Ira dan Ira mengiyakan.
Egi mengajak Dila ke taman belakang rumah agar mereka lebih leluasa untuk bicara. Sementara itu Dian dan Ira berbincang-bincang.
"Ngapain lo datang ke rumah gue?" Tanya Egi ketika mereka sampai di taman. Tanpa mempersilakan Dila duduk laki-laki itu langsung bertanya.
"Enggak usah marah-marah dan emosi. Yang harusnya marah-marah itu gue bukan lo."
"Maksud lo apa?" Egi nyolot dan kelakuannya macam banci lagi berantem.
Dila memperlihatkan smartphonenya yang sedang memutar video CCTV Egi datang ke rumah menemui Ranti. Suara CCTV pun terdengar dengan jelas. Egi bicara sangat emosional pada Ranti.
"Gara-gara kalian menikahkan Bara dengan wanita itu dia meninggalkan aku dan melupakan aku. Setelah semua cinta yang aku berikan bahkan tubuhku sendiri apakah ini balasan untuk aku? Seenaknya Bara meninggalkan aku demi wanita itu. Aku tidak terima tante. Terlalu sakit disini."
"Wanita itu telah menghasut Bara agar membenci aku. Dia merebut Bara bahkan dia juga telah hamil anak Bara. Aku tidak rela melihat mereka bahagia tante. Mereka harus hancur seperti aku. Jika aku tidak bahagia Bara pun tak layak bahagia. Aku tahu tante sakit jantung makanya aku mengatakan semuanya pada tante agar Bara tahu betapa sakitnya kehilangan."
"Aku tidak akan membiarkan Bara bahagia sampai kapan pun. Jika perlu aku akan menghabisi Bara agar aku dan wanita sialan itu sama-sama tak memiliki Bara. Lebih baik Bara mati daripada aku tak bisa bersamanya. Aku benci kalian. Setelah ini aku akan membuat perhitungan dengan menantu sialan tante. Beraninya dia mengubah seksualitas Bara. Gara-gara dia Bara ingin kembali ke kodrat dan jadi laki-laki seutuhnya."
Egi shock dan tubuhnya meremang ketika mendengar ucapannya ketika ke rumah Ranti. Dila menutup video dan menyimpan smartphone dalam tas.
"Lo dengar apa yang lo bilang barusan? Jika aku tidak bahagia Bara pun tak layak bahagia. Aku tahu tante sakit jantung makanya aku mengatakan semuanya pada tante agar Bara tahu betapa sakitnya kehilangan. Perkataan lo ini sudah menyiratkan jika lo sudah melakukan rencana pembunuhan pada mama Ranti. Lo merencanakan pembunuhan pada Mama. Lo tahu jika mama sakit jantung makanya lo membunuhnya tanpa perlu mengotori tangan lo. Cukup mulut busuk lo ngomong sudah membuat mama kembali ke pangkuan Tuhan."
"Apa?" Egi pucat mengerti arah pembicaraan Dila.
"Video ini sudah bisa gue jadikan bukti pada polisi jika lo melakukan pembunuhan pada mertua gue."
"Lo ancam gue?"
"Jika lo punya akal pasti akan ngerti maksud gue."
"Kurang ajar." Egi emosi mendengar perkataan Dila. Tidak kasar tapi menusuk dadanya. "Lo bilang gue kurang akal?"
"Bukan gue yang bilang lo sendiri yang bilang diri lo kurang akal." Dila tersenyum sinis menatap Egi, mantan kekasih suaminya.
"Jangan balikkan omongan gue!"
"Gue tidak akan meminta lo untuk menjauhi atau bagaimana pun. Toh semakin dilarang lo semakin nekat untuk mengejar cinta Bara. Ini pembalasan karena lo telah menyakiti seorang ibu." Dila menampar Egi dengan kuat melepaskan sakit hatinya. Entah kenapa ia sangat sakit melihat derita Ranti menahan pilu mengetahui kelakuan anaknya.
Egi memegang pipinya yang memerah, "Beraninya lo?"
Belum sempat Egi melanjutkan ucapannya Dila malah menampar pipinya yang satunya lagi. Egi terhuyung hingga jatuh. Egi berusaha bangkit dan melihat Dila menangis tersedu-sedu.
"Lo nampar gue kenapa lo yang nangis. Berhenti nggak nangis? Nanti tante gue pikir telah menyakiti lo."
Dila menahan perih dan sesak di dadanya. Bebannya terlalu berat dan ia seperti tercekik. Ini terlalu menyakitkan untuknya.
"Gue enggak pernah menginginkan pernikahan dengan Bara." Dila menatap langit biru.
"Lantas kenapa lo menikah dengan dia?" Tiba-tiba Egi melunak dan duduk bersebelahan dengan Dila.
"Mirisnya hidup gue. Gue menikah karena perjodohan dan apesnya suami gue seorang gay. Jika tahu dari awal pasti gue enggak mau menerima perjodohan ini. Jika tahu dari awal siapa Aldebaran dan gue enggak di desak menikah oleh keluarga pasti pernikahan ini tidak akan terjadi. Orang tua gue resah karena gue sudah 30 tahun, mapan dan karier bagus namun belum menikah. Pacar pun tak ada hingga gue digosipkan teman kantor dan tetangga sebagai perawan tua. Setiap pergi acara apa pun pasti orang-orang tanya. Kapan nikah? Calonnya mana?"
"Bukannya gue enggak punya calon. Ada tapi dia berada di Mesir menempuh studi S3. Dia lelaki sholeh dan suami idaman gue. Dia laki-laki yang taat dan menjaga batasan hubungan dengan wanita. Dia belum bisa datang melamar gue karena tujuannya belum selesai. Dia ingin memantaskan dirinya untuk gue karena dia hanya anak mantan ART gue."Dila menangis terisak-isak.
Hati Egi gampang tersentuh dan prihatin dengan orang lain.
"Jika lo bilang gue merebut Bara dari lo. Semua salah besar. Pernikahan ini bukan pernikahan yang gue impikan bahkan gue inginkan. Gue terpaksa lakuin ini demi menyelamatkan muka orang tua gue karena diolok-olok punya anak perawan tua bahkan tetangga gue, ada yang fitnah gue lesbian. Mau tidak mau suka tidak suka gue terima karena calon gue tidak memberikan kepastian. Gue enggak sudi punya suami gay, namun siapa yang bisa melawan takdir? Disini yang jadi korban itu gue bukan lo."
"Lo pikir gue bahagia? Tidak! Gue yang paling tersakiti disini. Bahkan ayah mertua gue sudah tahu jika Bara gay sejak dulu bahkan sebelum kami menikah. Papa menjodohkan gue dengan Bara karena dia yakin gue bisa membuatnya anaknya kembali ke kodrat. Papa menjebak gue menikah dengan anaknya yang seorang
gay? Gue tanya sama lo siapa yang jadi korban disini? Tanpa tahu salah gue apa lo bahkan hampir membunuh gue ketika honeymoon Kandui Villas?"
Egi termenung dan tak bisa menjawab kata-kata Dila. Kata demi kata yang diucapkan Dila mampu menampar hatinya.
"Gue enggak akan menasehati lo jika gay itu penyakit atau bagaimana. Jika lo berakal dan mampu berpikir lo akan tahu mana yang salah dan mana yang benar. Lo sudah menyakiti hati seorang ibu. Tak seharusnya lo membawa mama Ranti dalam masalah percintaan lo yang menyimpang. Orang putus ketika pacaran biasa, gay pacaran pun bisa putus. Tak perlu lo senekat ini dan menyulitkan semua. Tanpa lo sadari lo telah menyakiti orang-orang tak bersalah seperti gue dan mama Ranti."