Jodoh Tak Pernah Salah

Part 252 ~ Kekagetan Egi



Part 252 ~ Kekagetan Egi

Semenjak pertemuan terakhir dengan Clara. Egi sudah tak berhubungan lagi dengannya. Ia tak merasa kehilangan karena memang tak ada cinta untuk wanitanya itu. Untuk saat ini Egi bisa bernapas lega karena belum ada tindakan dari Bara atau pun Dian.     

Egi melangkahkan kakinya menuju klub Vegi untuk berkumpul dengan komunitasnya. Sebagai member lama Egi dapat masuk klub tanpa pemeriksaan yang ketat. Egi naik ke lantai empat tempat komunitas nongkrong. Para gay sibuk memadu cinta diruangan itu.     

Tak perlulah author jelaskan nanti kalian pada jijik. Hehehehehehe.     

Egi duduk di meja bartender meminta minuman. Seperti biasanya sang bartender bernama Kevin menyediakan minuman kesukaan Egi.     

"Kenapa bos? Suntuk gitu?" Kevin menanyai Egi. Mereka sudah mengenal satu sama lain karena Kevin sudah bekerja selama tiga tahun. Kevin pun seorang gay dan memiliki kekasih.     

"Gue sakit hati sama Clara." Egi bercerita dengan wajah penuh amarah. Gelas dalam genggamannya seakan diremukkan.     

"Kenapa bos? Bukannya pengusaha real estate itu cinta mati sama lo?"     

"Dia udah nyerah karena gue enggak pernah buka hati gue buat dia."     

"Bos iya juga sich. Jangan gantung anak orang. Kasih harapan tapi masih aja kejar bos Bara. Ngomong-ngomong gimana kabarnya bos Bara? Benaran dia udah straight karena istrinya? Bahkan kabar burungnya istrinya hamil lalu keguguran."     

"Tahu darimana lo gosip itu?"     

"Dinding bertelinga bos. Bos Bara sultan siapa sih yang tidak ingin tahu berita tentang dia. Aku ada info buat bos?"     

"Info apa?" Mendadak Egi kepo dan menghentikan minum.     

"Soal bos Bara."     

"Kenapa?" Egi terlihat bersemangat ketika ada yang membahas Bara.     

"Kemarin ini Niko sedang tugas ke Padang isi acara gitu di sebuah hotel. Niko ketemu sama bos Bara di kamar mandi. Niko mau buktikan bos Bara emang benaran udah normal apa belum. Niko buka baju..."     

"Brengsek si Niko beraninya." Egi geram sampai melemparkan gelas ke lantai hingga pecah. Aksinya menjadi tontonan para kaum pelangi yang sedang memadu cinta. Mereka menatap Egi tajam dan sadis. Egi menggaruk kepalanya seolah tak terjadi apa-apa.     

"Bos kalo gaya lo kayak gini gue jadi males cerita. Gue belum selesai cerita lo udah marah duluan."     

"Ya udah lanjut." Egi menghardik Kevin.     

"Bos informasi adalah uang." Kevin tersenyum manis.     

Egi mengerti maksud Kevin. Ia segera merogoh dompet dan memberikan dua lembar uang serratus ribuan.     

Kevin mencium uang pemberian Egi dan memasukkannya dalam saku celana.     

"Bos memang cepat tanggap." Kevin memuji Egi sebelum melanjutkan ceritanya.     

"Cepat lo cerita!"     

"Niko buka baju menunjukkan body goalsnya ke bos Bara. Melihat reaksi bos Bara apakah tertarik apa tidak? Nyatanya bukan tertarik bos Bara malah nonjok Niko hingga babak belur dan pergi ninggalin dia. Jadi bos kesempatan lo buat balikan lagi sama bos Bara udah ketutup. Dia sudah menjadi laki-laki normal dan enggak suka sejenis lagi."     

"Berisik lo ah." Egi menghardik Kevin hingga laki-laki itu tutup mulut.     

"Wine satu botol." Davi sang aktor terkenal di Indonesia memesan minuman pada Kevin. Terlihat Davi sedang mengalami masalah berat. Dia sakau sehabis menghisap narkoba.     

"Davi gila lo minum satu botol." Egi mengomentari Davi.     

Mereka berdua saling mengenal satu sama lain karena berada dalam satu klub yang sama. Davi juga seorang gay namun menyembunyikan identitasnya dari masyarakat karena ia salah satu aktor papan atas di Indonesia. Davi juga memiliki kekasih seorang pria.     

Davi sedang naik daun. Berperannya Davi dalam suatu produksi film akan jadi jaminan film itu akan laris di pasaran. Dalam setahun Davi bisa membintangi enam sampai delapan judul film. Davi tidak pernah main sinetron semenjak namanya melambung sebagai aktor papan atas. Davi juga mendapatkan banyak penghargaan.     

Davi aktor yang sangat pelit membagikan informasi pribadinya. Davi tidak memiliki media sosial dan menjaga kehidupan pribadinya dari sorot kamera wartawan. Para fansnya hanya berkomunikasi melalui fans page yang dikelola oleh managernya.     

"Biarinlah gi. Gue capek!" Davi terlihat putus asa.     

"Kenapa bro?" Egi menepuk pundak Davi.     

"Lo enggak update ato gimana?"     

"Maksudnya? Gue juga ada masalah bro."     

"Berat banget masalah gue bro."     

"Jujur gue tidak mengikuti gosip perlambean. Emang ada gosip jelek tentang lo?"     

"Ada bro dan viral lagi." Davi menggeram frustasi.     

"Kok bisa? Emang gosipnya apa?"     

"Ada akun tiktok yang merilis nama-nama selebritis gay. Akun sialan itu bahkan nyebut nama gue. Apes gue, padahal film baru gue bakal launching. Gue takut pemberitaan ini bakal membuat film gue enggak ada penonton. Terserah akun kampret itu bilang gue gay atau gimana cuma waktunya enggak tepat. Kalo gue diam aja itu gosip bakal hilang. Nah film gue akan launching seminggu lagi dan gue yakin wartawan akan membahas video tiktok itu ketika launching film. Lo tahu aja gimana julidnya wartawan kita."     

"Iya sich wartawan +62 julid kebangetan. Etikanya udah enggak ada lagi, kadang kasih pertanyaan enggak bermutu. Masih ingat gue waktu penyanyi BCL kehilangan suami. Wartawan ngaco itu malah tanya gimana perasaannya ditinggal suami. Begokan dia. Jelas orang ditinggal suami ya sedihlah. Malah nanya lagi. Gue aja yang putus cinta aja sedih dan nangis gimana BCL yang kehilangan suami."     

"Hubungan lo sama Bara gimana?"     

"Gue udah putus sama dia."     

"Kok bisa?"     

"Ya bisalah."     

"Gara-gara dia udah nikah ya? Istrinya berhasil bikin dia jadi normal?"     

"Udahlah jangan bahas lagi. Gue sakit hati banget sekarang. Gimana kalo kita taruhan minum? Siapa yang kalah dia yang bayar minum? Gimana?"     

"Boleh." Davi mengambil gelasnya dan melakukan cheer dengan Egi.     

Egi menghentikan minumnya ketika ponselnya bergetar. Panggilan dari Ira. Egi menjauh agar suara Ira bisa terdengar dengan jelas.     

"Ya tante." Seperti biasa Egi akan menjadi anak baik di depan tantenya.     

"Lagi dimana Gi?"     

"Biasa tan."     

"Dugem lagi?"     

"Iya. Kenapa tante?"     

"Ada tamu yang cariin kamu. Ada dua orang cewek cari kamu. Gi kamu lagi enggak buat masalah kan?" Ira bicara berbisik-bisik tak mau didengar oleh kedua tamunya.     

"Masalah apa sich tante?" Egi malah tak mengerti arah pembicaraan tantenya.     

"Kamu putus sama Clara? Atau gara-gara cewek berdua itu kalian jadi renggang." Ira menebak-nebak membuat Egi makin pusing.     

"Apa sich maksud tante? Enggak jelas gini?"     

"Kamu hamilin salah satu cewek yang datang kesini? Mereka mau bilang minta pertanggung jawaban kamu."     

"Ngaco ah tante."     

"Kamu pulang Gi. Temui kedua tamu kamu."     

"Baiklah," jawab Egi malas seraya mematikan sambungan telepon.     

Egi kembali ke meja bartender dan menghampiri Davi.     

"Sorry Dav. Gue harus balik dulu. Tante gue nelpon."     

"Terus taruhan kita gimana?"     

"Lain waktu aja. Kalo ini gue yang akan bayar minuman."     

"Enggak usah. Lo pergi aja. Gue yang bayar." Davi menolak traktiran Egi.     

"Thanks." Egi menepuk pundak Davi lalu pergi.     

Sesampainya di rumah Egi sangat kaget melihat kedua tamunya. Ia gemetar dan takut.     

"Hai Egi apa kabar?" Dila bangkit dari sofa dan memasang senyum manis. Yang jelas itu senyum palsu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.