Jodoh Tak Pernah Salah

Part 249 ~ Penyesalan Bara ( 2 )



Part 249 ~ Penyesalan Bara ( 2 )

Herman membantu Bara bangkit dan mereka duduk berhadapan. Herman melihat kesungguhan di mata Bara. Herman yakin Bara akan bertaubat dan tidak mengulangi perbuatannya. Jika Bara tidak juga sadar mungkin Herman harus menghela napas dan berdoa agar Tuhan mencabut nyawanya dan menyusul Ranti ke alam baka.     

"Berubahlah demi diri kamu sendiri bukan demi orang lain. Sebagai seorang muslim sadarilah kodratmu. Gay haram dalam agama kita. Allah sudah berfirman dalam surat Al Araf ayat 80 yang artinya Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kalian mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu, yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelum kalian.     

Dalam Alquran Allah telah mengisahkan bagaimana kaum Sodom Allah musnahkan. Bahkan nabi Luth sendiri meminta ditimpakan azab pada kaum sodom."     

"Iya pa. Aku sadar jika aku menyimpang dan aku sudah bertaubat."     

"Kamu pikir selama ini papa tidak mencari cari agar kamu dan Egi menjauh? Papa cari cara Bara. Papa minta Dian untuk menggoda kamu. Egi mengalami kecelakaan dan berbagai masalah itu kamu pikir kebetulan? Mona yang mengejar-ngejar Egi juga kiriman papa dan kamu hampir membunuh Mona. Untung saja Dian berbelok mendukung papa."     

"Jadi Dian tak pernah benar-benar membunuh Mona? Lalu bukti yang dia berikan?"     

"Dian memalsukannya. Papa tahu semua kejahatan kamu Bara tapi papa selalu menutupinya. Papa salah melindungi kesalahan kamu." Wajah Herman sendu dan tak bersemangat.     

Bara mendekati sang ayah dan menyandarkan kepalanya di paha Herman.     

"Ampuni aku pa. Aku tidak menyangka papa makan hati dengan sikapku. Aku tersesat, terlalu takjub dengan cinta akan dunia. Terlalu takjub dengan cinta pada Egi hingga aku melupakan kodrat melupakan jati diriku sebagai muslim. Tapi pa aku sudah mulai bertaubat pa. Aku sudah menjauhi kemaksiatan itu semenjak aku memutuskan menjadi suami yang sebenarnya untuk Dila, Maafkan aku pa. Aku berdosa dan bersalah pada mama, papa dan Dila."     

"Jika kamu sadar jauhi semua perbuatan buruk kamu. Jauhi Egi bagaimana pun cara. Tolak semua godaan yang berhubungan dengan gay."     

"Aku janji pa. Jangan membenciku pa."     

"Papa tidak pernah membencimu Bara. Cuma papa merasa gagal menjadi seorang ayah. Tidak bisa mendidik kamu menjadi orang yang benar. Kamu sudah dewasa tak bisa dinasehati lagi. Pernikahan kamu dengan Dila juga andil papa. Bukan tanpa sebab papa menikahkan dia sama kamu. Papa minta mama kamu untuk meminta kamu menikah dengan Dila karena kamu tidak akan pernah menolak permintaan mama kamu."     

"Apa maksud papa?"     

"Pernikahan kamu dan Dila papa mengaturnya agar kamu menjauh dari Egi. Ternyata firasat papa benar. Kamu jauh dari Egi setelah menikah dengan Dila bahkan kamu telah jatuh cinta dengan Dila."     

"Apa alasan papa memilih Dila menjadi istriku? Kapan papa bertemu dengan dia?"     

"Papa putus asa tak pernah berhasil memisahkan kamu dan Egi. Semakin kuat keinginan itu kalian malah semakin dekat. Papa melihat Dila kala itu. Dia seorang pemimpin yang tegas dan berkarakter. Usianya masih muda sudah bisa memimpin dan kepemimpinannya sangat bagus. Papa terkesan dengan dia dan mencari tahu siapa dia, anak siapa dan dimana tinggalnya. Dunia ini sempit ternyata Dila anak dari sahabat sekaligus rekan bisnis papa."     

"Papa mendekati Defri dan menanyakan kabar Dila. Gayung pun bersambut Dila masih single. Defri bahkan cerita jika ia sudah malu dengan tetangga karena anaknya digosipkan perawan tua. Papa mencetuskan ide untuk menjodohkan kalian. Kami berdua punya anak yang keras kepala, makanya kami mengatur strategi kalian menerima perjodohan ini. Defri tidak tahu kamu seorang gay, jika dia tahu mungkin persahabatan kami akan hancur dan kami bermusuhan."     

"Firasat orang tua tidak pernah salah. Papa yakin jika Dila menjadi istri kamu akan membantu kamu kembali ke kodrat. Ternyata firasat papa benar. Dian sudah menceritakan semuanya. Papa pun bisa melihat perubahan kamu setelah menikah dengan Dila. Kamu pun sudah straight buktinya Dila pernah mengandung anakmu."     

"Dian jadi kaki tangan papa selama ini?"     

"Siapa yang bisa aku andalkan dan aku percaya selain dia? Hanya Dian yang bisa melakukannya. Mungkin jika tidak ada Dian bersamamu mungkin kekasih gay telah banyak. Hanya itu yang bisa papa lakukan. Jika papa terang-terangan melakukannya kesehatan Mama taruhannya. Sekarang kamu sudah tahu segalanya. Kamu sudah dewasa Bara. Hidupmu adalah pilihan kamu. Sebagai orang tua papa telah melaksanakan kewajiban papa selebihnya kamu yang bertanggung jawab atas hidupmu."     

"Apa yang mama katakan sebelum meninggal?"     

Herman melepas kacamata dan mengelap air matanya, "Mama menyesali kenapa papa merahasiakan kamu seorang gay. Jika mama mengetahuinya lebih cepat. Dia bisa membimbingmu dan mengarahkan kamu ke jalan yang benar. Sekarang papa pun menyesal tidak melibatkan mama dalam masalah kamu. Andai mama tahu seperti papa kita tidak akan berakhir seperti ini. Papa hanya ingin yang terbaik untuk kalian berdua. Satu hal yang perlu kamu ketahui. Dila menemui papa saat dia mengetahui kamu seorang gay. Papa bersikap seolah tidak tahu jika kamu gay. Dia ingin berpisah denganmu. Papa melihat ada cinta di mata kamu untuk Dila. Istrimu ingin bercerai denganmu. Tidak mau memiliki suami gay seperti kamu."     

"Apa?" Lagi-lagi Bara terkejut untuk kesekian kali.     

"Dia datang pada papa menceritakan semuanya. Dila tak menemui Ranti karena dia tahu mamamu sakit jantung. Papa meminta Dila untuk bertahan untuk membimbing kamu. Dila pernah bilang jika dia akan membantu kamu kembali ke kodrat dan meninggalkan kamu ketika kamu telah normal. Jika kamu benar-benar mencintainya pertahankan dia di sisimu. Kamu akan tahu pentingnya seseorang jika dia telah pergi. Sebelum kamu menyesal pertahankan Dila di sisimu."     

"Pa. Aku akan membalas Egi atas apa yang dia lakukan pada mama."     

"Jangan bilang jika kamu akan membunuhnya." Herman shock.     

"Aku sudah tak segila itu pa. Aku akan buat dia menyesal. Menyesal telah bermain-main denganku. Dia tahu jika mama sakit jantung. Aku pernah cerita dengannya. Egi memang ingin membunuh mama. Aku akan memberikan balasan yang setimpal untuk dia." Bara mengepalkan tangannya menahan amarah. Jika tidak ingat mamanya baru terkubur mungkin Bara sudah terbang ke Jakarta dan membuat perhitungan dengan Egi. Ia sendiri yang akan turun tangan untuk membalaskan sakit hatinya atas meninggalnya Ranti.     

Tanpa Bara dan Herman sadari ada Dila yang mendengarkan pembicaraan mereka. Dila beruraian air mata merasa ditipu dan dimanfaatkan. Herman telah tahu Bara gay sedari dulu tapi malah menjodohkan mereka berdua. Dila menangisi nasib seolah takdir yang berpihak padanya. Semuanya penuh dusta dan tak ada yang bisa di percaya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.