Jodoh Tak Pernah Salah

Part 240 ~ Siasat Egi



Part 240 ~ Siasat Egi

Egi tersenyum manis menatap pagar rumah orang tua Bara. Sedari pagi Egi duduk di dalam mobil melihat keadaan sekitar. Egi bak penguntit duduk di seberang jalan rumah orang tua Bara. Mau tidak mau Egi harus membalaskan rasa sakitnya pada Bara. Egi tak terima dibuang begitu saja setelah Bara menikah dengan Dila. Egi tersenyum evil memegang kemudi mobil.     

"Ini baru permulaan Bara. Aku akan memulai misi balas dendam ini satu persatu di mulai dari orang terdekat kamu. Jangan salahkan aku akan kejam karena kamu juga sudah kejam mencampakkan aku selama ini." Egi bicara sendiri.     

Egi celingak celinguk memikirkan keadaan di sekitarnya. Melihat Ranti menyirami tanaman, Egi tersenyum sumringah. Ia memutar balik mobil dan pura-pura secara kebetulan lewat di depan rumah Ranti. Kebetulan pagar rumah Ranti pagar besi sehingga orang di luar bisa melihat keadaan rumahnya. Ranti tak mau membuat pagar dari tembok karena akan menutup pemandangan dan tak bisa melihat orang berlalu lalang.     

"Tante," sapa Egi dari mobil. Egi mencondongkan kepalanya.     

Ranti yang sedang menyirami tanaman menghentikan aktivitasnya sejenak.     

"Siapa ya?" Ranti berpikir keras.     

"Ini Egi tante temannya Bara. Tante masih ingat kita ketemuan di rumah sakit ketika Dila di rawat di Jakarta?" Egi berusaha mengingatkan Ranti. Egi maklum jika Ranti tidak mengingatnya karena mereka hanya satu kali bertemu dan ingatan Ranti tidak setajam dulu.     

"Ah iya." Ranti tersenyum sumringah karena ingat pada Egi.     

"Kok Egi ada disini?" Ranti mendadak bingung. Terakhir kali melihat Egi dalam kondisi kaki di gips dan duduk di kursi roda.     

"Ada kerjaan tante."     

"Sudah sembuh?"     

"Lumayan sih tante."     

"Nggak enak kita ngobrol sambil berdiri. Ayuk ke dalam Egi." Ranti mengajak Egi bertamu ke rumahnya.     

"Nggak usah tante." Egi pura-pura menolak.     

"Sesekali datang ke Padang kenapa nggak mampir? Kapan lagi Egi coba masakan tante. Kebetulan tante masak rendang. Egi harus coba rendang yang beneran rendang asli Padang. Maknyos," ucap Ranti bersemangat.     

"Pak Bowo tolong buka pagar!" Titah Ranti pada security yang berjaga di pintu masuk.     

Egi memasukkan mobilnya dalam parkiran rumah orang tua Bara. Ranti mempersilakan Egi masuk rumah. Ini pertama kalinya Egi menginjakkan kakinya di rumah sang mantan. Egi menatap dinding yang memajang foto Bara bersama kedua orang tuanya. Ruang keluarga juga dipajang foto Bara sewaktu kecil.     

"Dari kecil Bara udah cakep juga ya tante." Tanpa malu Egi memuji Bara bak seorang perempuan memuja lelaki."     

Ranti tersenyum manis, "Egi bisa aja."     

"Tante cantik, om ganteng pantas saja Bara juga cakep," puji Egi dengan jujur.     

"Ranti sibuk memerintahkan para ART untuk membuatkan minuman dan menyediakan makanan pada Egi.     

"Egi sini," panggil Ranti dari ruang makan.     

Egi melangkahkan kakinya mendekati Ranti. Ada kebahagiaan yang tak bisa digambarkan dengan kata-kata. Andai Dila tak hadir dalam kehidupan Bara mungkin dia yang akan menjadi menantu kesayangan Ranti. Egi memaksakan senyumnya ketika Ranti menawarkannya minuman. Ranti membuatkan dalgona kopi yang sedang hits.     

"Bagaimana Egi?" Ranti antusias menanyakan apakah dalgona buatannya enak apa tidak.     

"Enak sekali tante. Lebih enak dari pada orang yang jual," kata Egi membuat Ranti sumringah.     

Ranti semakin semangat menjamu Egi. Cuma sesekali teman Bara datang apa salahnya jika Ranti menjamunya dan memberikan kesan yang baik. Bukankah jika baik pada teman Bara maka dalam pergaulan Bara pun lebih baik.     

Egi pun terkesan dengan jamuan Ranti. Ternyata Ranti sangat berbeda dengan Bara. Ranti keibuan dan sangat penyayang kontras sekali dengan Bara yang sangat pemarah, emosian dan tak bersahabat.     

"Egi kenapa ke Padang? Apakah sudah sembuh kakinya?" Ranti bertanya sembari menghidangkan makan untuk Egi. Rendang yang dijanjikannya telah ada di atas meja.     

"Ada kerjaan tante disini."     

"Kalo boleh tahu Egi kerja dimana?"     

"Kerja di konsultan perbankan tante. Kebetulan Egi habis kasih training pegawai bank ABC tante selama dua hari."     

"Sudah selesai trainingnya?"     

"Sudah tante."     

"Kok sudah kerja saja? Apalagi keluar pulau lagi. Nggak dilarang sama mama Egi?"     

Hati Egi tercabik dan gerimis ketika Ranti menanyakan mamanya. Mama dan papa Egi meninggal sedari kecil ketika dia berusia tujuh tahun. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Setelah orang tuanya meninggal Egi tinggal bersama Ira dan Musba. Kepolosan Egi membuat ia celaka. Ia di sodomi suami sang tante sedari kecil sehingga ia menjadi seorang gay.     

Tanpa permisi bulir air mata keluar dari sudut mata Egi. Lelaki tampan itu segera menghapisnya tak mau Ranti melihatnya.     

"Kok Egi nangis? Maaf pertanyaan tante bikin Egi sedih."     

"Egi jadi ingat mama tante."     

"Memangnya mama Egi kemana?" Dengan lugunya Ranti bertanya.     

"Mama dan papa Egi sudah meninggal tante. Mereka meninggal saat Egi masih berusia tujuh tahun. Mereka meninggal karena kecelakaan lalu lintas tante."     

Ranti menutup mulutnya, menyesali pertanyaannya membuat Egi sedih karena mengingat mamanya.     

"Maaf Egi tante tidak tahu jika…."     

"Enggak apa-apa tante," potong Egi sebelum Ranti melanjutkan makanannya.     

"Yuk makan Gi. Ini rendang baru semalam tante bikin." Ranti memberikan piring pada Egi. Dia memperlakukan Egi seperti memperlakukan Bara.     

"Makasih tante. Bara pasti senang punya mama kayak tante. Andai mama Egi belum pergi pasti akan seperti tante juga. Keibuan." Egi jadi tak tega membalaskan dendam pada Bara. Ranti terlalu baik padanya. Kesan pertama saja Ranti sudah menunjukkan keramahannya. Egi melihat sosok mamanya pada Ranti. Kerinduan pada mending mamanya sedikit terobati. Ia jadi tak tega melukai hati Ranti. Egi menepis rasa kasihannya. Ia tak boleh lemah dan mundur dari rencananya. Apa yang dilakukan Bara padanya sangat jahat. Apa salahnya ia membalaskan rasa sakit hati yang terlalu dalam.     

"Egi bisa aja. Yuk dimakan Egi."     

"Jadi enak tante," balas Egi tersipu malu. Ia mengambil sendok lalu mengambil nasi, rending, sambal lado, gulai daun singkong. Egi menikmati makannya. Ini rendang terenak yang pernah ia coba.     

"Tante tidak makan?" Egi kebingungan karena Ranti tidak makan.     

"Tidak Egi. Tante udah makan sebelum menyiram bunga."     

"Enggak enak tante."     

"Enakin aja Gi. Enggak usah sungkan. Tante selalu anggap teman-teman Bara sebagai anak tante sendiri."     

"Tante baik banget. Kok rumah sepi tante?"     

"Ya sepi Egi karena tante cuma tinggal berdua sama papanya Bara. Nasib tante cuma punya anak satu ya gini. Bara nikah rumah langsung sepi."     

"Kenapa Bara enggak tinggal disini aja tante biar rame?"     

"Kalo adat Minang, laki-laki yang telah menikah tinggal di rumah keluarga perempuan. Adat yang sudah turun temurun. Suami sebagai pendatang yang dihormati di keluarga istri."     

"Oooooh gitu." Egi melanjutkan makan dan menyantapnya sampai habis. Egi bahkan sendawa dengan keras.     

Sehabis makan Ranti mengajak Egi untuk ke ruang keluarga agar lebih leluasa mengobrol. Ketika melihat foto pernikahan Bara dan Dila darah Egi mendidih dan hatinya panas. Sakit hati kembali muncul dalam hatinya apalagi melihat senyuman Dila dan Bara dalam foto. Rasanya Egi mau menghancurkan foto.     

Egi mengambil smartphone dari saku celananya dan memulai rencananya untuk membalas dendam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.