Part 232 ~ Rencana Yang Gagal
Part 232 ~ Rencana Yang Gagal
"Aku tidak tahu bos."
"Kenapa kau tidak tahu?" Emosinya meledak-ledak.
"Aku masih menunggu dia di rumah sakit bos. Dokter sedang melakukan pemeriksaan padanya. Aku tidak bisa mendekat kesana karena ada polisi yang berjaga-jaga.
"Bodoh! Kenapa sampai ada polisi disana?"
"Atasannya menemukan dia kecelakaan di pusat kota."
"Bodoh kenapa kamu menabrak dia di pusat kota? Cari tempat sepi bukan keramaian."
"Gadis itu tinggal di pusat kota bos. Jalan yang dia lalui ya pusat kota."
"Kau bodoh, harusnya cari cara lain untuk membunuhnya."
"Bos ingin kematian dia seperti kecelakaan bukan? Makanya aku membuatnya seolah-olah kecelakaan. Jika bos ingin aku membunuhnya. Aku akan bunuh."
"Tidak jangan lakukan perbuatan bodoh. Kau bisa ditangkap."
"Itu bos tahu. Harusnya tidak mengatai aku bodoh. Aku sudah mengambil resiko besar melakukan semua ini bos."
"Aku akan menambahkan bayaran kamu."
"Bos sangat pengertian."
*****
Dila dan Renata berdiskusi membahas kelanjutan kasus fraud yang dilakukan Adrian. Mereka sepakat melaporkannya hari ini. Jika terus ditunda akan menjadi masalah kedepannya. Renata mengoreksi berita acara yang dibuat Dila sebelum. Mereka menambahkan kredit fiktif dalam berita acara yang baru. Dila mengeprint berita acara yang baru. Meminta paraf Renata dan lalu menandatanganinya.
Renata juga sudah menghubungi keluarga Vinta dan mengabarkan kondisi terakhir si nyai badas.
"Mana bang Ad?" Dila bertanya pada Renata.
"Dia tidak masuk hari ini. Tadi Niken datang ke rumahnya dia tidak ada. Dia beralasan pada istrinya jika ada dinas luar kota. Dia membohongi keluarganya Dila."
"Bang Ad sudah tahu jika kita menyelidiki dia. Berarti dia sudah kabur. Kita harus bertindak cepat Re."
"Cepat lo pergi ke cabang utama. Bawa niken atau siapa. Lo nggak boleh pergi sendiri. Gue takut lo bernasib sama seperti Vinta.
Dila akhirnya memutuskan pergi bersama Niken menggunakan mobil kantor. Awalnya Bara bersikeras mengantar sang istri, namun Dila tak mau dengan alasan SOP. Bara terlalu khawatir dengan keadaan sang istri. Bara mengikuti mobil sang istri. Bara hanya berjaga-jaga saja. Ia ingin memastikan keselamatan istri tercinta.
Di suatu jalanan yang sepi sebuah mobil melaju kencang menabrak mobil kantor Dila. Mobil itu menabrak dengan kencang hingga mobil itu terseok-seok. Bara, Niken dan sopir terpekik ketika mobil yang mereka tumpangi terseok. Sopir Dila berusaha menguasai mobil. Dalam gerakan cepat sang sopir bisa mengendalikan mobil dan mengerem mendadak. Mereka tak terluka namun shock dengan kejadian ini
Emosi Bara sampai ke ubun-ubun mengetahui ada orang yang mencelakai sang istri. Dugaan Bara benar dan dia telah menyiapkan semuanya. Bara menarik pedal gas lalu menabrak mobil yang telah menabrak mobil kantor Dila. Mobil itu pun terbalik hingga mengeluarkan asap.
Bara turun dari mobil dan mengeluarkan si pengemudi yang telah menabrak mobil Dila, Para polisi yang telah Bara kontak sebelumnya, keluar dari persembunyian mereka. Para polisi menyamar dengan menjadi peserta gowes. Dugaan Bara tak pernah meleset. Andai saja dia tidak punya feeling buruk mungkin tadi pagi pertemuan terakhirnya dengan Dila.
Polisi menyergap pelaku penabrakan. Bara menghampiri sang istri dalam mobil. Bara membuka mobil dan melihat istri melamun karena shock.
"Kamu nggak apa-apa sayang?" Bara menangkup kedua pipi Dila.
"Kamu sudah aman Dila. Aku melindungi kamu."
"Bara." Dila akhirnya sadar. Dila memeluk dan menangis dalam dada bidang Bara.
"Semua sudah aman Dila." Bara menenangkan seraya mengusap-usap punggung sang istri.
"Aku pikir kami akan mati tadi," ucap Dila dengan bibir gemetar.
"Polisi sudah menangkap pelakunya. Dugaan Vinta benar. Dia sengaja ditabrak seperti kalian ini. Cepatlah keluar dari mobil. Masuk ke dalam mobilku. Ajak kedua temanmu juga!"
"Niken, Adi ayuk ke mobil suamiku."
"Aku akan mengantarkan kalian ke kantor cabang utama."
Bara mengucapkan terima kasih pada polisi karena telah membantunya menangkap pelaku percobaan pembunuhan pada Dila. Gimana polisi tidak cepat turun tangan jika yang meminta mereka ketua DPRD? Sekelas pejabat daerah seperti Bara tentu disegani dan dihormati. Keterlaluan kepolisian jika tak membantu ketua DPRD.
Bara meminta polisi untuk menginterogasi dengan cepat. Bara ingin mengetahui hasil penyelidikan dalam waktu cepat. Polisi pun menyanggupi permintaan Bara.
Dila dan Niken telah berada dalam ruangan kepala cabang utama. Pak Irwan selaku kepala cabang utama terhenyak dan tak percaya dengan bukti-bukti yang disodorkan Dila.
"Kamu yakin Dila jika Adrian melakukan semua ini?" Pak Irwan tak mempercayai bukti yang dilihatnya.
"Yakin sekali Pak. Adrian telah memberikan kredit fiktif. Dia juga melakukan pemalsuan identitas pada nasabah. Nasabah itu baru melakukan perpanjangan kredit ketika aku cuti. Setiap pencairan kredit pada nasabah yang bermasalah dengan bank lain Adrian akan mendapatkan fee tiga puluh persen dari nilai kredit. Nasabah macet diberikan kredit, mereka lancar melakukan pembayaran hanya selama enam sampai dua belas bulan. Setelah itu kreditnya macet dan dilakukan klaim asuransi. Secara tidak langsung dia telah menipu pihak asuransi. Dia juga memberikan kredit pada nasabah yang telah meninggal. Dia menggunakan data orang yang telah meninggal untuk mengajukan kredit. Agunan yang diberikan juga palsu. Adrian melakukannya ketika aku cuti."
"Kenapa bisa lewat seperti ini. Apa Pak Ilman tidak ke lapangan mengecek usaha dan agunan nasabah?"
"Beritanya buruknya Pak Ilman tidak pergi ke lapangan. Beliau hanya duduk di kantor dan menyetujui kredit yang diajukan Adrian."
Pak Irwan memegang kepalanya. Tiba-tiba ia merasa sakit kepala dan pusing. Ini kasus fraud yang luar biasa.
"Ini tidak mudah Dila untuk melaporkan kasus ini ke bagian audit. Kasus kredit fiktif sepuluh milyar ini tidak bisa kita laporkan. Ganti lagi berita acaranya!"
"Kenapa tidak mudah Pak? Ini sudah merugikan bank kita. Ini hanya sepuluh milyar yang baru kita temukan, jika audit turun tangan pasti akan banyak ditemukan kredit fiktif lainnya. Apa Bapak takut karena direksi kita terlibat sewaktu beliau masih menjabat sebagai kepala capem sama seperti posisi aku sekarang?"
"Itu kamu tahu Dila. Beliau sekarang jadi direksi apa mungkin kita bisa menyelidiki beliau. Yang ada kamu dan saya akan di depak dari bank MBC."
"Kita tidak perlu takut jika kita bertindak benar. Rejeki nggak akan kemana Pak."
"Kamu enak Dila, perempuan. Ada suami yang menafkahi kamu. Saya ini laki-laki, kepala keluarga. Masih ada anak dan istri yang saya nafkahi. Anak saya tiga dan mereka masih kuliah ketiganya. Cari mati kita kalo laporkan kasus kredit fiktif sepuluh milyar ini. Jika kamu mau up kasus fraud Adrian, kasus kredit fiktif sepuluh milyar tidak usah dilaporkan ke audit."
"Bapak tahu apa yang kami hadapi karena mengungkap kasus fraud ini?" Dila emosional bicara dengan nada tinggi pada sang atasan.
"Vinta ditabrak dan sekarang dirawat di rumah sakit karena dialah yang menemukan kredit fiktif ini. Kedua, saya, Niken dan Adi hampir meregang nyawa untuk sampai kesini menemui Bapak. Ada orang yang menabrak mobil kami hingga kami nyaris tewas. Untung ada suami saya yang menyelamatkan kami dan meringkus pelaku."
"Apa?" Pak Irwan semakin shock. "Bagaimana kita bisa melawan direksi Dila?"
"Aku akan bantu kalian dengan menggunakan koneksiku. Pelaku penabrakan sudah menyampaikan motifnya menabrak kalian. Alibinya kuat untuk menyeret direksi kalian." Bara tiba-tiba muncul.