Jodoh Tak Pernah Salah

Part 210 ~ Kejadian Memilukan ( 5 )



Part 210 ~ Kejadian Memilukan ( 5 )

Aku tersadar dari pingsanku. Entah berapa kali aku pingsan semenjak aku menggigit telinganya. Aku buka mata dan memendarkan pandangan ke sekeliling aku tak melihat si bajingan itu. Kemana dia? Aku melihat kak Bara tergolek lemah di kursinya dengan kondisi terikat. Kuremas dadaku menahan pelik di hatiku. Tertatih-tatih aku mengambil pakaian dan memakainya. Tubuhku masih lemah dan tak bertenaga. Selangkanganku masih sakit dan ngilu.     

Aku berusaha bangkit dan berbaik sangka jika si bajingan itu telah pergi meninggalkan kami. Aku berjalan selangkah demi selangkah mendekati kak Bara. Aku akan membuka ikatannya dan kami akan lari dari sini. Aku pun bertanya-tanya. Tidakkah orang tua kami datang mencari? Atau mereka belum menemukan keberadaan kami? Aku tak tahu berada dimana sekarang. Walau pun kami terkurung disini tanpa melihat matahari tapi aku tahu jika kami telah berhari-hari berada disini. Selama itu pula aku menjadi budak nafsu laki-laki bajingan itu. Dia memuaskan birahinya padaku.     

"Kak," panggilku pelan pada kak Bara.     

Tak ada jawaban. Aku mengulangi sekali lagi dan aku mengguncang tubuh kak Bara…     

Jangan...Jangan….. Aku berprasangka buruk.     

Jangan mati kak. Aku mohon bertahanlah. Aku melepaskan ikatan kak Bara sembari menepuk-nepuk pipinya. Perlahan-lahan kak Bara membuka mata. Melihatku dengan tatapan iba dan rasa bersalah.     

"Dian," panggilnya dengan suara tercekat.     

"Ya kak. Aku lepaskan ikatan kakak dulu. Mumpung bajingan itu pergi mending kita kabur kak."     

"Ya kamu benar."     

Aku memapah kak Bara untuk berjalan. Tiap hari kak Bara dianiaya hingga muntah darah. Setelah itu dia memberikan obat. Besoknya dia akan menganiaya kak Bara lagi. Setelah menganiaya kak Bara dia akan datang padaku dan memperkosaku. Hikssss…. Sungguh malang sekali nasibku.     

"Mau kemana kalian?" Teriak si bajingan itu pada kami. Ternyata dia pergi sebentar. Aku melihat dia menenteng sebuah kantong dan ada tulisan apotik disana. Aku yakin dia dari apotik untuk membeli obat.     

Aku dan kak Bara perlahan-lahan mundur menjauhinya.     

"Kalian tidak akan bisa pergi dari sini sebelum aku melepaskan kalian," ucapnya dingin dengan wajah gelap.     

"Kau sudah keterlaluan. Kami tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Ini tidak sebanding dengan apa yang di lakukan kak Bara." Aku memberanikan diri membalas ucapannya.     

"Masih syukur aku tidak membunuh kalian." Ucapnya enteng sembari menunjukkan seringainya.     

"Lebih baik kau bunuh aku daripada memperkosaku."     

"Itu bonus," balasnya tertawa evil.     

Aku melihat dia mengambil sebotol obat dalam kantong plastik yang dia bawa. Aku tak tahu obat apa itu. Dia meminumnya dan reaksinya setelah itu seperti orang teler dan kesetanan. Dia mencengkram kak Bara dan melepaskan celana kak Bara. Dia juga melepaskan celananya. Dan aku melihat dua orang laki-laki tidak menggunakan pakaian bagian bawah.     

Ya Tuhan apa yang akan dia lakukan pada kak Bara? Mataku melotot dengan bibir gemetar. Ini gila dan tak mungkin.     

"Aku sudah berjanji akan menghancurkan masa depan kamu. Aku akan menunaikan janjiku sekarang." Ucapnya tertawa terbahak-bahak. Dia mengarahkan kejantannya pada lubang anus kak Bara.     

"Tidak," pekikku mencegah perbuatan laknatnya. Jika dia memperkosaku masih wajar, tapi bagaimana dia memperkosa kak Bara.     

Tidak! Ini salah dan aku harus menghentikannya.     

Aku menarik si bajingan itu menjauhi kak Bara. Ini tidak boleh terjadi dan sudah menyimpang. Apa yang dia lakukan tidak setimpal dengan apa yang dilakukan kak Bara. Dia sudah melewati batas.     

"Berisik…" Dia menepis tanganku dan melempar tubuhku hingga membentur dinding. Kepalaku membentur dinding hingga mengalami pendarahan. Dalam sisa-sisa kesadaranku aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Dia menggagahi kak Bara bak binatang. Kini giliranku mendengar jeritan, tangisan dan permohonan kak Bara.     

Kak Bara sudah tak punya tenaga dan kekuatan karena setiap hari dipukuli. Ketika bajingan itu menggagahinya dia tak berkutik. Kak Bara sama sepertiku. Tak berdaya menerima pelecehan.     

Perlahan-lahan kesadaranku menghilang. Mataku tertutup dan aku tak melihat apa-apa lagi…..     

Aku terbangun ketika mendengar suara dobrakan pintu gedung tua yang tengah kami tempati. Aku edarkan pandangan ke seluruh ruangan yang mencekam ini. Tempat ini memberikan kenangan buruk untukku. Aku mengucek mata dan mencari keberadaan kak Bara.     

Kak Bara tertunduk lesu dengan tatapan kosong. Aku mendekatinya dan berusaha memeluknya. Aku mengajaknya berkomunikasi dan dia tak merespon. Suara pintu di buka paksa semakin keras, aku ketakutan. Siapa lagi ini? Aku mendengar langkah kaki beberapa orang. Aku menggigil ketakutan. Jangan-jangan anak buah si brengsek itu. Aku takut jika mereka datang dan memperkosaku beramai-ramai. Aku menggigil ketakutan entah kenapa rasa trauma ini tidak bisa aku hilangkan. Tatapan mataku kosong.     

Aku melihat orang-orang menghampiri kami.     

"Akhirnya kami menemukan kalian. Kami dan polisi sudah empat hari mencari kalian." Mereka menangis tersedu-sedu melihat kondisi kami berdua.     

Aku melihat mereka, tapi tidak ingat siapa mereka.     

"Pergi!!!" Teriakku histeris. "Jangan sentuh aku. Jangan nodai aku."     

Tangisan mereka semakin kencang ketika aku mengamuk dan mengatakan kondisiku.     

"Jangan nodai aku lagi dengan kak Bara. Kau bajingan telah memperkosa kami berdua," ucapku berteriak dengan suara parau.     

Tangisan dua orang wanita semakin pilu dan menyayat hati. Mereka mencoba mendekatiku dan memelukku. Aku menepis tangan mereka. Aku tak boleh percaya pada orang lain.     

"Bara. Ini mama. Apa yang terjadi nak?"     

"Dian ini Ibu nak. Jangan takut nak."     

Aku mendekati kak Bara dan menjauhkan wanita yang mencoba menyentuhnya. Aku tak ingin mereka melakukan hal buruk padaku dan kak Bara lagi.     

"Pergi tinggalkan kami." Aku mengamuk menyerang orang-orang.     

"Mereka telah mengalami peristiwa yang sangat mencekam dan mereka trauma."     

"Apa?"     

"Pak kita harus membawa mereka ke rumah sakit dan memeriksa tubuh mereka. Batin mereka tergucang. Penculiknya sungguh biadab."     

Aku berteriak histeris ketika orang-orang itu membawaku pergi bersama kak Bara. Aku melihat mereka sedang menelusuri gedung tua yang memberikan kenangan buruk untukku dan kak Bara. Tempat ini akan aku kenang sebagai neraka. Aku berjanji akan kembali kesini dan membakar tempat mengerikan ini.     

Aku tak tahu mereka membawaku kemana. Kak Bara dan aku mengamuk ingin kabur dari mobil. Aku tak mau mereka menyakiti kami lagi. Sudah cukup apa yang kami alami beberapa hari ini.     

"Tenanglah Bara, Dian. Papa akan membawa kalian berobat dan pelaku penculikan kalian akan papa tangkap dan diadili secepatnya."     

Aku mengamuk ketika seorang perempuan berbaju putih memeriksa keadaanku. Kak Bara juga dibawa laki-laki berbaju putih. Entah apa yang mereka lakukan pada kami, aku tak tahu.     

Beberapa orang berbaju putih melepaskan pakaianku. Aku mengamuk dan tak mau disentuh. Aku tidak mau diperkosa laki apalagi diperkosa ramai-ramai.     

"Jangan perkosa aku," rintihku memohon belas kasihan mereka. "Jangan lakukan. Perih…sakit…."     

"Ya Tuhan gadis kecil ini telah di perkosa," kata mereka melepas pakaianku dan melihat banyak tanda-tanda merah di tubuhku.     

"Berikan dia obat penenang. Lakukan visum." Aku mendengar isak tangis.     

Mereka menyuntikku tak lama kemudian pemandanganku kabur dan aku tertidur.     

FLASBACK END     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.