Part 209 ~ Kejadian Memilukan ( 4 )
Part 209 ~ Kejadian Memilukan ( 4 )
"Henti...kan…..Aaaaakhhhhh."
"Untuk ukuran gadis remaja dadamu besar juga sayang."
"Hentikan! Aku tidak mau," rengekku lagi memintanya menghentikan apa yang dia lakukan pada tubuhku.
Dia menjilati perutku, jilatannya semakin turun perlahan-lahan sampai selangkanganku.
"Tidak...Jangan...…."
Aku merapatkan kedua kakiku ketika dia berusaha membuka lebar kakiku. Aku menendang wajahnya hingga tersungkur. Aku membangunkan singa tidur. Dia semakin marah dan kalut melihatku. Dia menamparku lagi hingga bibirku kembali berdarah.
"Lebih baik kau bunuh aku daripada melakukan ini," kataku menangis. Entah sudah berapa banyak air mataku tumpah. Mungkin air mataku sudah habis karena sering menangis.
"Mati terlalu enak untuk Bara. Dia harus melihat kamu menderita. Aku hancurkan masa depanmu dan masa depannya. Menangis dan menjeritlah. Semakin keras tangisan dan jeritanmu akan membuat aku semakin bernafsu merobek tubuhmu."
"Kau bukan manusia, kau bahkan lebih keji dari pada binatang." Aku kembali meludahi wajahnya. Percuma aku memohon padanya. Dia tidak mendengarkan permohonanku. Aku akan melawan dia sampai titik darah penghabisan. Aku lebih baik mati dari pada dilecehkan. Aku rela jadi pembunuh demi mempertahankan kehormatanku.
Lagi-lagi dia tertawa, kali ini terdengar sangat merendahkan.
Aku tak tahan dengan dia. Aku nekat mencakar wajahnya lagi. Untung saja kuku belumku potong sehingga bisa sedikit membuatnya terluka.
"Bocah kecil berani kau mencakar wajahku. Jangan menyesal jika aku akan kasar!"
Dia mendekati aku dan mendaratkan ciumannya pada bibirku. Dia melumat bibirku, menggigitnya hingga berdarah.
"Hentikan…..Achhhhhhh." Aku mengatakannya lagi ketika dia melepaskan ciumannya karena napasnya sesak tidak bisa bernapas. Dia membaringkan aku di atas meja dan membuka lebar pahaku. Semakin aku melawan, dia semakin kasar padaku. Aku sungguh tak berdaya, bukan aku saja kak Bara juga. Aku bisa melihat sudut mata kak Bara menangis terisak-isak melihat aku diperlakukan seperti ini. Dia bahkan menangis seraya menutup matanya tak tahan melihat aku direndahkan dan dilecehkan.
Aku melirik ke bawah. Aku melihat dia memainkkan kejantanannya dan siap memasukkannya ke dalam milikku. Aku menggeleng, tak boleh ini terjadi padaku. Tidak!!!!!!
Aku bangkit, tapi sebuah tamparan menghentikan pergerakanku. Tamparan dan pukulan bertubi-tubi membuat kesadaranku semakin berkurang.
"Akkkkkhhhhh. Sakit." Aku memekik, menjerit pilu ketika dia melesakkan kejantannya ke dalam milikku. Ini sungguh sakit dan sungguh perih. Aku serasa dicabik-cabik sebuah pisau. Aku menangis lagi menahan perih di kewanitaanku. Si brengsek ini bukannya iba padaku, malah ketika aku menangis dan menjerit dia menekan kejantanan agar masuk ke dalam milikku seluruhnya.
Ayah...Ibu…..ini sakit….
Apa yang terjadi padaku??
Kenapa sangat menyiksa sekali….
Perih…..Ngilu...
"Aku mohon hentikan. Hiksssss. Sakit….."
"Ini terlalu nikmat untuk aku hentikan," katanya meracau. Dia terus menggerakkan pinggulnya memompa tubuh kecilku.
"Aaaaaaackhhh…" Aku meringis menahan sakit.
Si brengsek itu malah tersenyum menahan. Dia meracau kata-kata yang sangat vulgar dan seolah aku wanita murahan yang telah dibayar.
Kreeeeekkkkk....Dia berhasil merobek keperawananku.
"Aaaaccccchhhh. Sakit." Aku kembali menjerit. Mungkin siapa pun yang mendengar jeritanku akan menangis pilu. Siapa pun yang punya hati akan menaruh iba padaku, tapi sayangnya si brengsek yang tengah menikmati tubuhku tidak punya hati. Dia terus menggenjot tubuhku.
Pemandanganku kabur, lama kelamaan pemandanganku gelap. Aku sudah tak tahu apa yang terjadi pada diriku hingga aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur, aku tidak tahu. Aku bukannya tidur tapi pingsan menerima perlakuan si brengsek itu. Aku bangun ketika merasakan kewanitaanku diisi kembali. Ketika aku membuka mata si brengsek itu sedang memacu tubuhnya di atas tubuhku. Bahkan tubuh besarnya menghimpit tubuh kecilku.
Aku mendorong tubuhnya dengan sisa-sisa tenaga yang aku punya. Ketika aku bangkit, kewanitaanku merasa ngilu dan ketika melihat meja. Aku melihat banyak darah berceceran dan sudah mengering. Aku tak sanggup berdiri. Ini benar-benar perih dan ngilu.
"Menyerahlah sayang.. Kau tidak akan bisa lari. Kau terluka." Ucapnya menyeringai menatapku.
"Bocah sepertimu ternyata nikmat juga ya…."
"Kau bajingan. Sisil akan menangis di atas sana melihat kebejatan kakaknya. Kau bilang kak Bara jahat. Kau yang lebih jahat sebenarnya. Kau telah menghancurkan masa depanku dan merampas kebanggaanku. Aku mengutuknya….Selamanya kau tidak akan bahagia dan dihantui rasa bersalah. Sebaik apa pun kau di kemudian hari hanya keburukanmu yang akan terlihat di mata orang-orang."
"BERISIK!!!!!!" Dia kembali menghempaskan tubuh ke meja dan menggerayangiku. Melawan pun percuma aku sudah tak suci lagi. Aku biarkan dia kembali melecehkan aku. Aku berharap dia merenggut nyawaku saat ini. Aku tidak mau hidup lagi. Aku benci dengan diriku yang kotor dan menjijikan.
Aku merasakan perih di selangkanganku. Aku merasakan sangat perih dan ini sakit yang paling perih aku rasakan sepanjang hidupku. Tubuhku kembali di koyak, dia keluar masuk secara teratur. Ini perih sekali…..Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Aku tak kuat lagi menahan rasa sakit ini. Sakitnya menajam hingga ke ubun-ubun. Rasanya aku ingin malaikat maut datang mencabut nyawaku agar penderitaanku segera berakhir.
Dia terus mengisi tubuhku. Aku menangis tanpa mengeluarkan air mata. Mana mungkin air mataku akan keluar jika dia telah habis tak bersisa karena terus aku keluarkan.
Sakit….Ngilu…..Perih…..Sakit….Ngilu…..Sakit…. Itu yang aku rasakan saat ini.
"Tolong hentikan. Aku mohon," bukan aku memohon padanya tapi kak Bara. Aku melihat keputus asaaan di wajahnya dan penyesalan yang dalam. Hatinya pasti hancur ketika si bajingan ini kembali menggagahiku.
"Tidak bisa Bara. Dia terlalu nikmat untuk aku hentikan," ucapnya bak vonis di telingaku.
Dia akan memasukiku hingga sisa kenikmatan itu hilang. Ya Tuhan….Kenapa aku harus bernasib mengenaskan seperti ini? Apa salah dan dosaku hingga di pertemukan dengan bajingan laknat ini? Kenapa Tuhan tidak menurunkan keajaibanmu untuk menolongku? Aku seakan mengutuk Tuhan karena telah menuliskan takdir buruk untukku.
Dia terus menusuk tubuhku. Aku sudah lemah dan tak berdaya. Antara sadar dan tidak. Gerakannya membuat aku mati rasa dan kebas. Tuhan….sampai kapan dia akan terus memompa tubuhku. Aku sudah lemah dan tak berdaya. Dia terus saja mencari kenikmatan dalam tubuhku.
"Kaauuuuuuu. Aaachhhhh." Dia meracau tak tentu. Ia semakin mempercepat laju tubuhnya di atasku. Ini sangat sakit dan perih. Aku bahkan bisa merasakan selangkanganku mengeluarkan darah.
Kau biadab! Kau lebih buruk dari pada setan. Aku sudah tidak kuat menahan semua siksaan yang dia berikan padamu. Dia ambruk di atas tubuhku. Ya Tuhan, tubuh kecilku terasa remuk dan ngilu. Entah keberanian dari apa aku menggigit telinga si bajingan itu sekuat tenaga. Aku salurkan semua rasa sakit yang ia berikan padamu. Dia meronta, tapi aku juga tak peduli. Aku menggigit telinga hingga mengeluarkan darah. Berharap gigiku bisa memutuskan telinganya.