Jodoh Tak Pernah Salah

53. DILA VS KINANTI



53. DILA VS KINANTI

Kinanti menggeram kesal dengan sikap Bara yang sangat mengelukan anak dan istrinya. Menurutnya sangat beruntung wanita yang menjadi istri Bara. Pria itu sangat setia dibalik kejudesan dan sikap dinginnya. Kinanti semakin ingin menggenggam Bara dan mengambil hati pria itu. Kinanti tidak akan menyerah sebelum ambisinya tercapai. Wanita itu selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Bara meninggalkannya dengan Dila. Pria itu pergi begitu saja, tak menghiraukan keberadaan mereka.     

Kinanti memandang Dila dengan tajam. Menatap wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mengesalkan wanita kenapa sangat anggun dan lebih cantik darinya. Dila sangat mempesona. Matanya indah dan alisnya tebal secara alami. Dandanannya sangat natural namun mengeluarkan inner beauty yang luar biasa.     

"Bisa tidak mata anda biasa saja ketika melihat saya?" Tegur Dila dengan nada sinis.     

Kinanti memberikan senyum masam.     

"Jangan pernah mendekati Bara. Dia hanya milikku."     

Dila berdecih mentertawakan Kinanti.     

"Milikmu?" Dila malah memperolok Kinanti. Dia tertawa sinis balik menatap Kinanti dari atas sampai bawah. Wanita memang cantik. Terlihat glamour dari pakaian dan perhiasan yang ia pakai, namun sayangnya wanita itu mengumbar auratnya. Belahan dadanya sangat rendah sehingga mata lelaki bisa melihat dadanya besar itu. Pantas saja Bara risih pada wanita itu.     

"Iya. Bara milikku," ucap Kinanti dengan percaya diri. Ingin meremas wajah Dila namun tangannya sudah ditepis duluan.     

"Jangan pernah menyentuhku," balas Dila mencengkram tangan Kinanti dan menepisnya.     

"Kau berani sekali," balas Kinanti geram. Ini baru pertama kalinya mendapatkan lawan yang seimbang. Dila dengan sikap tenangnya justru membuat Kinanti menjadi gugup. Pembawaannya yang tenang dan bicara dengan suara pelan namun menusuk. Orang seperti Dila merupakan musuh terbesar bagi Kinanti.     

"Tentu saja aku berani. Jangan pernah melayangkan tangan kotormu ke tubuhku. Kau siapa? Berani sekali memerintahkan aku untuk menjauhi Bara."     

"Aku calon istri Aldebaran."     

Dila menyunggingkan senyum, memberikan senyum evil pada Kinanti.     

"Apa kau punya telinga Nona? Aku mendengar Bara menolakmu. Sepertinya aku berada di atas angin. Bara tidak menolak untuk menari bersamaku. Bahkan kami tadi saling menyentuh. Aku pikir pria itu masih single sehingga aku tak menolaknya tadi. Jangan pernah mengklaim suami orang menjadi milikmu. Kalo aku liat kau bukan wanita idaman Bara. Mana mungkin dia suka dengan wanita seperti kamu." Dila kembali meremehkan Kinanti dan menjatuhkan mental lawan bicaranya. Tak rela dan tak sudi wanita macam Kinanti berada disamping Bara. Untung saja bukan Kinanti istri Bara yang sekarang. Dila ingin penggantinya lebih baik darinya. Harusnya pasangan Bara bisa menyeimbangi bukan wanita murahan seperti Kinanti. Dari penampilan dan dandanannya Dila sudah bisa menilai orang seperti apa Kinanti.     

"Jaga bicaramu!" Telunjuk Kinanti mengarah pada Dila. Tak terima harga dirinya diinjak-injak oleh wanita asing yang baru ditemuinya. Perempuan itu berhasil mengguncang batinnya. Kata-katanya sangat menohok dan tepat mengenai ulu hatinya. Sakit tapi tak berdarah.     

"Anda yang mulai Nona dada besar," ucap Dila sumbang seolah menghina kelebihan tubuh Kinanti.     

"Kau." Kinanti ingin menampar Dila namun gagal. Tangannya sudah ditepis duluan dan malah dicengkram dengan kuat. Kinanti sampai mengaduh kesakitan. Tenaga lawannya sangat kuat.     

"Anda yang seharusnya menjauhi Bara bukan aku," sambung Dila.     

"Siapa kau sebenarnya?"     

"Siapa aku tidak penting. Tapi satu hal yang kau ingat. Kau bukan wanita ideal bagi Bara. Dia menyukai wanita baik-baik dan kalem."     

"Kau sudah diluar batas." Kinanti menjambak rambut Dila hingga wanita itu kesakitan. Dila tak mau kalah, ia juga menjambak rambut Kinanti.     

Dila tak akan pernah mengalah dan meyerah jika sudah menyangkut Bara. Sampai kapan pun tak akan pernah rela ada wanita seperti Kinanti memiliki Bara.     

"Lepaskan aku," pekik Kinanti mengiba.     

"Lepaskan juga tanganmu dari rambutku baru aku akan melepaskannya."     

Mau tidak mau Kinanti melepaskan cengkramannya. Ia melepaskan tangannya dari rambut Dila begitu juga sebaliknya.     

"Kau ternyata sangat barbar. Aku belum pernah menemui wanita barbar seperti kamu. Dilihat dari penampilanmu kau bukan wanita biasa, tapi kenapa kau tak bisa menjaga sikapmu." Dila mengomentari Kinanti.     

"Apa maksudmu?" Kinan masih dengan nada sombong dan arogan.     

"Kau tahu berlian?"     

Kinanti menatap malas dan eneg. Matanya membola menatap Dila.     

"Kau terlalu meremehkan aku. Kau tidak apa-apanya denganku. Aku seorang pebisnis kaya dan hebat." Kinanti menyombongkan diri.     

Dila hanya menyunggingkan senyum. Tenang dalam menghadapi Kinanti. Justru Kinanti merasakan Dila sangat berbahaya.     

"Kau dengar dulu perkataanku. Wanita itu ibarat berlian. Kemilaunya selalu indah dan menggoda mata. Kehalusan detail lekuk yang muncul membuat berlian semakin menarik jika dilihat. Berlian berawal dari sebuah batu yang bentuknya sangat tidak beraturan, banyak bagian tajam. Namun kemudian para pengrajin membentuknya sedemikian rupa, menggosoknya agar berkilau. Melalui proses penempaan yang cukup lama dan berat untuk menjadi sebuah berlian yang cantik dan berharga. Wanita itu ibarat berlian. Karena kilau dan berharganya ia berada di dalam perut bumi dan disembunyikan. Apa yang perlu ditutup harus kamu tutupi. Jangan seperti bunga, setelah dihisap nektarnya oleh lebah ditinggalkan begitu saja. Penampilanmu lihat." Dila menunjuk Kinanti.     

"Ada apa dengan penampilanku?" Kinanti geram namun menunggu jawaban dari Dila.     

"Bara tidak akan suka dengan wanita yang memamerkan lekuk tubuhnya pada orang lain. Bara hanya ingin wanitanya menutup aurat dan hanya memperlihatkan padanya. Kau telah tertolak sebelum berusaha masuk dalam hati Bara. Dia tak suka wanita nakal dan agresif sepertimu. Dia suka wanita kalem namun menyukai wanita nakal jika wanita itu berstatus istrinya."     

"Jangan sok tahu."     

"Sekeras apa pun kau mencoba, tapi masih bertahan dengan penampilan dan sikap agresifmu. Bara tidak akan pernah melirikmu. Aduh kenapa aku harus mengatakannya padamu." Dila menutup mulutnya menyadari kebodohannya.     

Ara hanya tertawa dan diam membatu melihat Kinanti tak berkutik dan kehilangan rasa percaya diri. Wanita sombong seperti Kinanti memang harus berhadapan dengan wanita seperti Dila. Dibalik ketenangan Dila, wanita itu sangat misterius dan menakutkan. Siapa pun akan gentar melihat ketenangan, menguasai keadaan, ucapannya mengintimidasi lawan bicara.     

Kinanti merasa insecure. Tiba-tiba saja perasaan rendah diri muncul.     

"Sepertinya kita terlalu banyak bicara Nona. Aku harus pergi." Dila akan pergi namun tangannya dicekal Kinanti.     

Dila menatap tajam pada Kinanti karena telah berani mencekal tangannya.     

"Jangan dekati Bara lagi. Aku tidak akan membiarkan kamu mendekati Bara." Kinanti mencoba menebarkan ancaman.     

Dila menepis tangan Kinanti. "Jangan pernah mengancamku. Aku tidak takut pada apa pun. Kau bukan lawanku yang seimbang. Aku ingin bersaing dengan wanita yang pantas. Sebelum kita bersaing kau sudah kalah duluan. Bara tak menganggapmu Nona. Jangan terlalu percaya diri. Jika kau bisa mengajak Bara menari seperti aku tadi menari bersamanya, baru kau pantas bersaing denganku."     

"Bara sudah punya istri. Kau jangan mendekatinya."     

Dila tertawa cengengesan, "Seharusnya kau menasehati dirimu bukan aku."     

"---------" Kinanti kehabisan kata-kata. Balasan Dila sangat menohok.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.