Jodoh Tak Pernah Salah

15. PERNIKAHAN DIAN DAN ZICO



15. PERNIKAHAN DIAN DAN ZICO

G menggeram kesal mendapatkan berita jika Dian dan Zico pulang ke Bandung untuk melaksanakan pernikahan. Pria itu ingin menggagalkan pernikahan mereka, namun karena ia telah dicekal tak bisa datang ke Indonesia G tak bisa berbuat apa-apa. Mike pun dicekal untuk datang ke Indonesia. Perbuatan siapa lagi jika bukan Lona.     

Gara-gara peristiwa penganiayaan Zico terungkap. Lona menggunakan koneksinya untuk mendeportasi G dari Indonesia. Tak hanya itu, pria itu bahkan dicekal ke Indonesia. Ia sudah tak bisa lagi datang ke Indonesia untuk selama-lamanya.     

G meminum wine dengan kadar alkohol tinggi. Sengaja menetap di Singapura demi dekat dengan Dian. Meski orang-orang Zico mengawasi Dian, namun G sudah bahagia melihat Dian dari jauh.     

Seorang wanita penghibur mendekati G. Ia menawarkan diri pada G. Pria yang sedang patah hati itu meladeni sang wanita yang berpakaian minim. Dada montoknya terekspos dan paha mulus terpampang nyata.     

G meremas dada sang wanita. Perempuan itu hanya mendesah pelan tanpa melakukan perlawanan. Ia sudah pasrah jika G menjamah tubuhnya. Siapa yang tak kenal dengan pebisnis muda seperti G. Kalangan elit sudah sangat mengenal pria itu. Merasa jika wanita penghibur itu lumayan. G membooking wanita itu dan membawanya ke kamar.     

Di dalam kamar pria itu membaringkan sang wanita. G berhalusinasi jika wanita yang terbaring di ranjangnya adalah Dian. Dengan nafsu yang membara G menerkam wanita itu dan melampiaskan kegelisahan.     

"Dian, aku sayang dan cinta sama kamu," racau G ketika mendapatkan pelepasan.     

*****     

Zico sempat deg-degan tak akan mendapatkan restu dari Rahman dan Asti. Untung saja kedua orang tua Dian memberikan lampu hijau untuknya. Rahman malah menyerahkan keputusan pada Dian. Jika Dian mau, maka Rahman akan merestui mereka.     

Rahman dan Asti juga sudah menerima dan memaafkan Zico, apalagi Alvin selalu menceritakan yang baik-baik tentang Zico.     

Pria itu juga telah meminta maaf pada Rahman dan Asti karena telah menyakiti Dian di masa lalu. Kedua belah keluarga juga telah berdamai dengan masa lalu.     

Rahman sangat bahagia akhirnya Dian menikah. Usia Dian akan menginjak tiga puluh satu tahun. Sudah sangat pantas membina rumah tangga.     

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Mereka segera melangsungkan pernikahan setelah mendapatkan restu dari kedua orang tua Dian.     

"Saya terima nikah dan kawinnya Dian Saraswati binti Rahman Salim dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan cincin berlian 24 karat dibayar tunai," ucap Zico mengucapkan ijab qabul dengan lancar.     

"Sah."     

"Sah."     

"Sah."     

Zico bahagia akhirnya bisa mempersunting Dian. Mereka sudah menjadi suami istri. Dengan bangga pria itu memperlihatkan buku nikah pada tamu. Mereka melangsungkan akad nikah dengan konsep garden party. Cuaca Bandung sangat mendukung mereka mengadakan pesta di alam terbuka.     

Dian sangat cantik dengan balutan kebaya putih. Tubuh langsingnya menyatu dengan kebaya buatan perancang terkenal di Indonesia.     

Semua bersuka cita atas pernikahan mereka. Dian didudukkan di sebelah Zico ketika pria itu sudah selesai melakukan ijab qabul.     

Mata Alvin berkaca-kaca melihat kedua orang tuanya menikah. Sudah lama ia ingin melihat keduanya bersanding di pelaminan. Menurutnya Alvin sudah sepantasnya Dian berbahagia setelah penderitaan yang dilalui selama lima belas tahun ini.     

"Alvin kenapa nangis?" Tanya Lona pada sang cucu.     

"Menangis bahagia oma. Akhirnya mami dan papi menikah. Mami harus bahagia karena selama ini telah menderita. Aku jadi tenang oma melihat mereka akhirnya menikah. Kayak mimpi," ucap Alvin menghapus air matanya.     

"Doa anak yang sholeh pasti dijabah sama Allah. Berkat doa Alvin juga hingga hati mami luluh menerima papi."     

"Alhamdulillah oma," ucap Alvin.     

Zico dan Dian tak begitu banyak mengundang orang. Mereka hanya mengundang tamu sebanyak 300 orang. Hanya teman-teman dekat dan pebisnis yang dekat dengan mereka.     

Zico dan Dian melambaikan tangan pada para tamu. Para undangan ikut berbahagia atas pernikahan Zico dan Dian.     

Bara dan Herman juga ada di pesta itu. Bara sudah diijinkan dokter Andrew untuk pulang. Herman bahagia akhirnya Bara bisa pulang.     

Bara merasa dejavu melihat pernikahan Zico dan Dian. Ingatannya menerawang pada saat akad nikahnya dulu. Bara ingat dia pernah mengucapkan ijab qabul. Bara memejamkan mata. Ia ingat jika telah menikah namun wajah istrinya masih samar dalam ingatannya.     

Bara membuka mata tak mau memaksakan diri untuk mengingatnya. Kepalanya akan sakit jika berusaha mengingat dengan keras.     

Pria itu menuju ke pelaminan bersama Herman.     

"Selamat Dian, Zico. Akhirnya kalian menikah. Zico lo jaga adik gue baik-baik. Kalo lo macam-macam gue akan pasang badan buat Dian," ucap Bara dengan nada bercanda.     

"Thank ya Bar. Tenang aja. Gue akan jaga adik lo baik-baik." Zico membalas dengan senyuman manis.     

"Makasih ya bos mau datang," ucap Dian menyentuh pundak Bara.     

"Aku pasti datang Dian. Enggak mungkin aku tidak datang di hari bahagia kamu."     

Setelah Bara mengucapkan selamat, Herman pun menyalami kedua pengantin itu.     

Egi dan Clara juga datang. Mereka mengucapkan selamat pada Dian dan Zico.     

"Selamat bro. Akhirnya lo nikah juga," sapa Egi tertawa lebar.     

"Enggak nyangka gue jika lo akan mempersunting nyai badas. Hati-hati sama Dian kalo enggak lo bakal dihajar," celetuk Egi dengan nada bercanda     

"Sayang," lirih Clara mengingatkan suaminya.     

"Bercanda sayang."     

"Makasih Egi, Clara udah mau datang," ucap Dian pada keduanya.     

"Kami pasti datang Dian. Turut berbahagia atas pernikahan kalian. Semoga langgeng sampai kakek nenek." Clara memanjatkan doa.     

"Semoga kalian segera diberikan momongan. Biar anak kita seumuran," sambung Egi.     

"Amin. Doakan gue tokcer langsung isi," ucap Zico mendapatkan cubitan dari Dian.     

Mendengar kata 'tokcer' membuat Dian meremang.     

"Istri lo marah bro." Egi tergelak tawa.     

"Istri gue cakep kalo marah." Puji Zico menatap Dian.     

Zico masih tak percaya jika telah menikahi Dian. Mimpi bisa berada di tahap ini. Ia dan Dian telah sah sebagai pasangan suami istri.     

Melihat kebencian Dian mustahil mereka bisa dekat dan menikah. Mereka duduk di pelaminan melihat para tamu undangan bersantap.     

Zico menggenggam erat tangan istrinya. Pria itu mencium tangan Dian.     

"Terima kasih telah memilihku. Aku akan menjaga kamu dengan segenap cinta yang aku miliki," ucap Zico memandang istrinya.     

"Sama-sama Zi. Semoga kamu bisa menjadi suami dan ayah yang baik untuk keluarga kecil kita."     

"Aku masih enggak nyangka jika kita akan duduk di pelaminan."     

"Aku apalagi. Namanya jodoh kita enggak tahu Zi. Nyatanya masa lalu kita yang buruk membawa kita hingga ke titik ini. Yang lalu biarlah berlalu. Kita menata masa depan yang baru. Semoga kita bisa menjadi suami istri yang saling menyejukkan. Aku bisa menjadi tempat kamu berkeluh kesah dan kamu bisa menjadi sandaran hatiku."     

"Aku berjanji Di akan memberikan yang terbaik untuk rumah tangga kita." Zico menggenggam erat tangan Dian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.